Jordan dan Elvano juga segera menyudahi makanan mereka,
“ gua boleh ikutan, kan?” tanya Jordan sedikit memperbaiki pakaiannya.
“ Kalian?” tanya Sani heran. Mendengar kata Kalian membuat Jordan menatap ke sampingnya,
“Ya elah gentong, ngapain lu ikut? Gangguin aja lu” tanya Jordan memiliki niat tersembunyi.
“ he he he he , gua mau nyari angin juga. Ngap gua liat ntu” ujar Elvano sambil mengode ke arah meja makan, di sana hanya tinggal Tanisha, Dhatu, Juan dan Aksa.
Tanisha yang juga merasa canggung segera menyudahi makannya,
“tugguin gue woi” ujarnya segera bangkit dari kursi.
“lu ngapain ikut?” tanya Jordan merasa tidak senang acaranya terganggu.
“Gue mau nyusulin si Ve “ ujar Tanisha.
“nyusulin si Ve ato lu males ada di sana” sindir Elvano menebak.
Tanisha menyipitkan matanya kesal ke arah Elvano,
“Kalian masih mau di sana?” tanya Jordan yang rupanya sudah akan keluar ruang makan bersama Sani.
Tanisha dan Elvano bergegas mengikuti meninggalkan ruang makan yang terasa canggung, Aksa menatap Juan yang masih menikmati minuman di tangannya. Butler Hugo mulai mengambil piring tuannya,
“sorry sebelumnya Juan, apa maksud lu sebenarnya?” tanya Aksa langsung.
Dhatu menatap ke arah Aksa yang terlihat lain dari biasanya, dari raut wajahnya terlihat jelas jika saat ini dia sangat cemburu melihat Juan yang berusaha mendekati Vera.
Juan menatap dengan senyuman smirk,
“apa aku salah mendekatinya?” ujarnya menatap Aksa.
“Vera adalah tunangan ku” ujarnya tegas.
“kalian masih tunangan, belum menikah bukan?” tanya Juan membuat Aksa terdiam, dia menatap Juan yang berdiri dari tempat duduknya.
"Apa maksudmu, Juan?" tanya Aksa.
Juan tersenyum sinis lalu menatap tajam ke arah Aksa,
"selama belum ada pernikahan, Vera masih bebas memilih" ujarnya akan meninggalkan ruang makan.
“satu hal lagi (menatap ke arah Dhatu dingin) jangan coba – coba menarik perhatianku, atau kamu akan merasa malu sendiri nantinya” Ujar Juan melenggang pergi keluar.
Dhatu berdiri dari tempat duduknya, dia terlihat sangat kesal.
Kenapa ... kenapa setiap cowok yang akan gue deketin pasti suka ama si Ve, nggak Aksa nggak Juan mereka semua sama aja gumam Dhatu kesal yang juga memilih pergi meninggalkan ruangan itu.
Aksa ikut keluar dari ruangan untuk mencari Vera,
Gua kagak akan biarin si Juan ngambil Vera dari gua, walau pun dia udah nolongin kami. Tapi untuk urusan Vera lain cerita gumam Aksa dalam hati sambil mencari – cari keberadaan Vera.
****
Pak Agus dan para Tim pencari tiba di rumah sederhana tetua kampung, kedatangan mereka menarik perhatian warga setempat yang penasaran.
“Assalamualaikum “ Pak Agus mengucapkan salam.
“wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" tetua kampung keluar dari rumahnya membalas salam Pak Agus. Tetua itu tersenyum lalu mempersilahkan Pak Agus dan timnya masuk ke dalam rumahnya.
"Silakan masuk , Pak Agus. Ada apa yang membawa Anda kesini?" tanyanya dengan ramah.
Mereka dengan santun menyalami sang tetua lalu duduk di lantai yang beralaskan tikar anyaman bambu, Pak Agus memulai percakapan dengan ragu - ragu.
“ begini pak, maksud kedatangan kami ingin meminta bantuan tetua “ ujarnya.
“bantuan ... “ tetua itu terdiam sejenak lalu memandang ke arah luar rumahnya.
Dia menatap tajam ke arah beberapa warga yang berdiri di luar rumah, Tetua itu kemudian kembali menatap Pak Agus dengan ekspresi serius.
"Apa bantuan yang Anda butuhkan Berkaitan dengan kota Nagara?" ujarnya membuat Pak Agus dan timnya terkejut.
Pak Agus menganggukkan kepalanya,
“benar tetua, anak bos saya dan teman – temannya ... “ Ucapan Pak Agus terhenti saat tetua itu berdiri dari tempat duduknya lalu keluar menuju kerumunan warga.
Pak Agus dan timnya saling berpandangan tidak mengerti, tetua itu hanya berdiri di halaman dengan bibir yang terus bergerak membaca ayat – ayat suci Al Quran.
Tetua itu kembali masuk ke dalam rumah dan duduk bersama dengan Pak Agus juga lainnya,
“ada apa tadi, tetua?” tanya Pak Agus penasaran.
Tetua itu tersenyum hangat sambil mengelus janggutnya yang sedikit panjang,
“saat kalian datang kemari, salah satu penjaga kota itu mengikuti. Dan aku sudah menyuruhnya untuk kembali ke kota itu” ujarnya.
Pak Agus dan para tim terkejut mendengar penuturan sang tetua,
“kalian tidak usah takut, jika iman kalian kuat mereka tidak akan mengganggu kalian, sekarang coba jelaskan maksud kedatangan kalian kemari. Mengapa penjaga itu begitu mengawasi kalian?” tanya tetua itu.
Pak Agus lalu menceritakan semuanya,
“begini tetua, anak bos saya dan teman – temannya belum kembali dari semalam. Kami lalu mencari dan menemukan jejak mobil menuju hutan larangan” jelasnya.
“ astaghfirullahhaladzim ... “ ujar tetua itu sambil mengelus d*d*nya.
“dan salah satu dari temannya non Vera sedang hamil, pak tetua” ujar Pak Agus membuat semua rekannya terkejut.
“ astaghfirullahhaladzim ... “ tetua itu kembali beristigfar dan diam sejenak.
“hutan larangan ... tempat itu memiliki sejarah yang kelam dan menyedihkan, siapa pun yang masuk ke dalam kota itu tidak akan bisa kembali” ujar tetua sambil menerawang mengingat cerita leluhurnya.
“lau kami harus bagaimana tetua, bagaimana dengan nasib non Vera dan teman – temannya” tanya pak Agus khawatir.
Tetua itu diam sejenak dengan memejamkan matanya,
“saya akan mencoba membantu sebisanya, sebelumnya saya akan bersiap sebentar” ujar tetua itu berdiri dari duduknya lalu masuk ke kamar.
Tetua itu mengenakan baju koko putih serta tasbih di tangannya, tidak lupa kopiah di lekatkan ke kepalanya.
“ayo sekarang sebaiknya kita ke sana, sebelum semuanya terlambat” ujar tetua itu melangkah keluar rumah.
Pak Agus dan tim pencari bergegas mengikuti tetua, salah seorang dari tim pencari membuka pintu mobil dan mempersilahkan tetua untuk duduk.
Tetua itu masuk ke dalam mobil dengan sopan, tangannya memegang tasbih dan mengucapkan do’a pelan-pelan. Pak Agus dan timnya duduk di sebelahnya, menunggu perintah selanjutnya.
"Kita harus berhati-hati dan berdoa agar diberi keselamatan oleh Allah SWT," kata tetua itu, menatap ke depan.
“baik tetua” ujar mereka serempak yang mulai berdoa dalam hati sesuai dengan kepercayaan masing – masing.
Mobil melaju perlahan menuju Hutan Larangan, suasana menjadi semakin tegang dan khawatir.
***
Vera keluar dari ruang makan, dia berjalan melewati koridor menuju ruang depan. Matanya tertarik ke sebuah lukisan yang tergantung di lantai dua, Vera melihat ke kanan ke kiri memastikan tidak ada orang di sana selain dia.
Vera memberanikan diri menaiki tangga itu menuju lantai dua, sebuah lukisan besar tergantung di sana. Model lukisan itu terlihat mirip dengan Juan, namun model lukisan itu terlihat lebih tua dan berpakaian jadul.
Mata Vera terfokus pada lukisan itu, dia sama sekali tidak menyadari dengan kehadiran Juan yang berdiri di lorong lantai dua sebelah kiri.
“dia adalah kakek buyut ku” ujar Juan membuat Vera terkejut dan melihat ke arahnya.
“kakek buyut?” Vera menatap lukisan itu kembali, Juan lalu menghampiri dan berdiri di samping Vera.
"beliau sangat Mirip sekali denganmu, Juan" ujarnya lagi.
"Ya, banyak yang mengatakan begitu. Namun, ada sesuatu yang tidak bisa dia wariskan kepadaku” ujar Juan membuat Vera menatap ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Ida Siti Farida
hebaaattty
2025-02-07
0