Kelompok itu turun dari mobil, berbekal senter ponsel masing – masing mereka turun satu persatu. Senter ponsel mereka masing – masing bergerak ke segala arah, mereka menyinari jalan dan pepohonan yang terlihat rimbun dan rapat.
Tidak lupa Aksa membawa senter yang di temukannya dalam laci mobil,
“Van, coba lu cek di bagasi mobil belakang, mungkin aja masih ada alat yang bisa kita gunakan” perintah Jordan.
Elvano mengangguk dan berjalan ke arah bagasi mobil yang berada di bagian paling belakang,
"Siap, Jo!" katanya sambil membuka bagasi. Terlihat ada beberapa kotak di sana, dia lalu memeriksa dan hanya menemukan beberapa alat yang tidak berguna. Di kotak lainnya Elvano menemukan beberapa alat seperti obeng, kunci pas, dan lampu darurat.
"Jo, Kita hanya punya obeng, kunci pas, dan lampu darurat!" serunya kepada Jordan.
“ya udah bawa aja lampu itu” ujar Jordan.
Elvano mengambil lampu darurat dan menyerahkannya kepada Jordan,
"Bagus, sekarang kita punya penerangan lebih "
Jordan mengaktifkan lampu darurat itu, sorotannya menerangi sekitar.
"Lihat, sekarang kita bisa melihat lebih jelas" ujar Jordan mengarahkan sinaran lampu ke arah pepohonan. Sesuatu bergerak cepat di balik pohon itu, pergerakannya sempat terlihat oleh Prisa.
Lampu senter pada ponsel Prisa di arahkan pada sesuatu yang sempat di lihat, Prisa menghampiri pohon itu untuk mengecek apa yang di lihatnya.
“Pris, kamu mau ke mana?” Tanya Vera memanggil Prisa.
"Aku lihat sesuatu di balik pohon," jawab Prisa pelan, tidak mengalihkan pandangannya dari pohon tersebut.
Mereka semua mengarahkan senter ke arah pohon yang di tunjuk Prisa, namun tidak ada apa – apa di sana.
“nggak ada apa – apa, salah liat lu kali” ujar Tanisha.
“beneran, Tanisha. Gue liat ada yang bergerak cepat di balik pohon itu” Prisa bersikeras jika dia tidak salah lihat.
“ ya udah, sebaiknya kita sekarang jalan ke depan. Jo lu di depan” ujar Aksa.
Jordan mengangguk dan melangkah ke depan, Aksa menarik napas dalam-dalam mempersiapkan diri untuk menjelajahi kegelapan.
"Siap!" katanya kepada Jordan yang memberi kode oke.
"oke, kita bergerak bersama dan hati-hati! Jangan berpencar" ujar Jordan.
Kelompok itu mulai berjalan, sorotan senter ponsel mereka menerangi kegelapan, mencari tahu apa yang ada di depan.
Vera dan teman – temannya terus berjalan mengikuti jalan yang datar, mereka sudah berjalan selama berjam – jam namun tidak menemukan pemukiman.
“guys... brenti bentar. Gue udah capek banget” ujar Dhatu lelah.
Semua berhenti dan menarik napas dalam-dalam, kelelahan terlihat di masing – masing wajah mereka.
"Ya, istirahat dulu," kata Jordan.
Mereka semua langsung duduk di tepian jalan itu, kaki Vera terasa sangat pegal. Tangannya memukul - mukul lembut dan sesekali mengurut agar mengurangi rasa pegal yang di rasakan. Aksa menghampiri Vera,
“sayang, kamu nggak apa – apa, kan?” tanya Aksa khawatir.
Vera tersenyum lemah dan menggelengkan kepala. "Gak apa-apa, sayang. Cuma capek aja, Kaki aku terasa pegal banget" ujarnya.
Aksa duduk di depan dan membantu memijat kaki Vera,
"Sini sayang, aku urutin” katanya yang di balas dengan senyuman manis Vera.
“aduuuh ... panas nih... bisa kagak sih mesraan nya kagak di depan para kaum jomblo ini” sindir Tanisha bermaksud menggoda pasangan itu.
Semua langsung tertawa mendengar sindiran Tanisha, kecuali Dhatu yang sama sekali tidak senang melihat kedekatan Aksa dan Vera.
Dhatu mengalihkan pandangannya ke arah depan jalan, dia merasa semakin panas mendengar setiap lendekan Tanisha pada pasangan itu.
Aksa melanjutkan memijat kaki Vera, membuatnya semakin nyaman.
“wah bisa - bisa si Aksa buka panti pijat, liat aja tuh si Vera Kesenengan gitu” ujar Elvano.
Semua tertawa lagi mendengar celotehan Elvano.
Tiba – tiba saja angin bertiup kencang entah dari mana,
Krrrreeek.... kreeek...
Hembusan angin itu sangat kencang membuat pohon – pohon bergerak dan mengeluarkan suara. Aksa dan lainnya langsung terdiam dengan apa yang tengah terjadi, Suasana tiba-tiba berubah menegangkan.
Angin kencang terus berhembus, membuat dedaunan bergoyang keras dan cabang-cabang pohon berderak.
"Ada apa ini? kok mendadak berangin gini" tanya Tanisha dengan suara bergetar, dia merapatkan duduknya ke samping Prisa.
Jordan melihat sekeliling dan merasakan perubahan suhu, "Sepertinya akan terjadi badai. Lebih baik Kita lanjut jalan sebelum kita terjebak dalam hujan" katanya yang langsung berdiri.
Mereka semua ikut berdiri dan melanjutkan perjalanan mereka menelusuri jalanan itu. Elvano jalan beriringan dengan Dhatu yang diam sedari tadi,
“Dhatu ... lu kok diem aja. Kenapa?” tanya Elvano.
“kagak kenapa – napa. Gue capek dari tadi kita di sini – sini aja,” kilah Dhatu.
Elvano melihat Dhatu dengan curiga, dia sudah lama tahu jika sedari dulu Dhatu menyukai Aksa.
"Capek? Atau ada yang lain?"
Dhatu menunduk, menghindari pandangan Elvano.
"udah gue bilang Gak ada apa-apa, Van. Gue cuma capek" ujar Dhatu yang berjalan lebih dulu.
“Dhatu, tunggu. Jangan jalan sendirian” ujar Elvano menyusul Dhatu.
“Dhatu kenapa?” tanya Vera heran melihat temannya yang pergi lebih dulu. Tanisha dan Prisa mengangkat bahunya mengode jika mereka juga tidak tahu,
“sebaiknya kita susul” Jordan mempercepat langkahnya menyusul Dhatu dan Elvano, begitu juga dengan yang lainnya.
“berhenti ..... jangan.... “
Langkah Prisa terhenti saat mendengar suara dari arah belakang, Tanisha menatap ke arah Prisa.
“prisa, kenapa malah brenti. Ayuk” ajak Tanisha memegang tangan Prisa.
"tunggu sebentar, tadi gue dengar ada suara dari sana “ kata Prisa menunjuk ke arah jalan yang berlawanan.
“suara?” kening Vera mengerut mendengar ucapan Prisa.
“kita nggak ada yang dengar” ujar Aksa, senter yang di pegangnya di arahkan ke jalan itu. Tidak ada apa pun di sana yang terlihat.
Mata Prisa membulat sempurna saat senter Aksa menyorot ke arah sosok, dia langsung berteriak kaget.
"AAAAAAAAAAA" reflek Prisa menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Vera dan Tanisha melihat ke arah yang di lihat Prisa, dia terlihat bingung dan langsung mendekat ke arah sahabatnya.
“Prisa tenang... kamu kenapa?” tanya Vera khawatir.
“itu... itu Ve..” Prisa menunjuk ke arah sosok yang sempat di lihatnya. Vera, Tanisha, dan Aksa melihat ke arah sorotan senter itu dan sama sekali tidak melihat apa pun di sana.
Vera, Tanisha, dan Aksa saling menatap bingung.
"Tidak ada apa-apa di sana, Prisa," ujar Tanisha menenangkannya.
“beneran ... (mulai panik) aku tadi liat ada cewe berambut panjang di tengah jalan itu” ujar Prisa yakin dengan apa yang di lihatnya.
"Hah, cewek?" tanya Vera penasaran, dia mengarahkan lampu senter untuk melihat ke sekeliling.
“udah ... udah, mungkin karena kita semua udah capek jadi ngeliat yang kagak – kagak. Sebaiknya kita sekarang nyusulin Jo” ujar Aksa menengahi.
“ya udah, yuk Prisa” ajak Vera mengulurkan tangannya.
Mereka berempat kembali berjalan beriringan menyusul teman – teman mereka yang sudah duluan, Prisa memegangi erat tangan Vera dan Tanisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments