Mata bi Tinah menatap arah kejauhan, tepatnya arah gerbang villa. Matanya membulat sempurna saat melihat sesuatu yang berdiri memperhatikan ke arah mereka.
“ada apa bi?” tanya pak Agus, dia akan melihat ke arah yang sama dengan apa yang di lihat bi Tinah. Namun, bi Tinah cepat menarik pak Agus dan Mega untuk masuk ke dalam villa.
“masuk ... masuk... ayo cepat kita masuk sekarang" ujar bi Tinah mendorong tubuh Pak Agus dan Mega untuk masuk.
“ada apa bu? Kok mega di dorong – dorong gini” Mega terlihat sangat penasaran dengan sikap ibunya.
“sudah, nanti saja ibu jelaskan di salam. Sekarang cepat masuk “ ujar bi Tinah yang langsung menutup dan mengunci pintu villa.
“loh kenapa pintunya di kunci, bi? Non Vera dan teman – temannya ndak bisa masuk kalo pintunya di kunci begini,” ujar Pak Agus yang akan kembali membuka kunci pintu itu.
“jangan pak... jangan di buka. Aku melihat ‘mereka’!!! “ ujar bi Tinah membuat pak Agus menghentikan niatnya, dia menatap ke arah bi Tinah dengan tatapan tidak percaya begitu saja.
Mega terlihat bingung dengan sikap ibunya,
“ Mereka? Mereka siapa bu, apa ibu melihat non Vera dan temannya?” tanya Mega.
bi Tinah menelan ludahnya secara kasar, dia menatap ke sekeliling ruang tamu villa.
“bu “ panggil Mega kembali.
“aku melihat di gerbang, ‘Mereka’ berdiri memagari” Bi Tinah memberi tahu Pak Agus yang langsung mengintip dari balik jendela.
Matanya terbuka lebar saat melihat ‘Mereka’ yang di maksud bi Tinah, Mega yang penasaran dengan ‘Mereka’ yang di maksud ibunya ikut mengintip di balik jendela.
“AAA mmmmpppphhgh”
Pak Agus langsung menutup mulut Mega yang akan berteriak keras,
“mmmmmmmmpppp mmmmpppp” Mega masih berteriak berusaha mengungkapkan apa yang di lihatnya, bi Tinah ikut membantu dan memegangi Mega yang shock. Mereka membawa Mega ke ruangan tengah villa dan mendudukkannya di sofa, Pak Agus segera membaca beberapa ayat lalu menghembuskan ke telapak tangan kanannya. Telapak tangan itu lalu di usapkan ke wajah Mega yang masih terlihat shock berat,
“tenang mega, baca istigfar” perintah pak Agus yang langsung di lakukan oleh Mega.
“as ... as... astaga ... eh salah... astagfirullah ... astagfirullah ... astagfirullah “ Mega mengucapkan istigfar berkali – kali.
Bi Tinah segera mengambil minum dan memberikannya pada Mega, minuman itu langsung di teguk sampai habis oleh Mega.
Setelah merasa cukup tenang Mega menatap ke arah Pak Agus yang tampak bersikap waspada,
“pak Agus, pak Agus tadi habis makan durian ya?” tanya Mega membuat pak Agus langsung melihat ke arahnya.
“ndak... mana ada” kilah pak Agus.
“itu tangan pak Agus ada bau durian, Mega kan tahu dan nyium waktu pak Agus ngusap wajah Mega pake tangan” ujar Mega membuat pak Agus malu – malu meong.
"He he he he he, ketahuan ya, Mega! Iya saya emang habis makan durian pos proyek. Padahal udah di cuci bersih tapi Baunya susah hilang!" ujar pak Agus menggosokkan tangannya ke baju dan jaketnya.
“isss makan durian sendirian aja, malah nggak bagi – bagi” sindir Mega.
“sudah... sudah. Ini Kenapa malah bahas makan durian? Ndak ingat apa non Vera dan teman – temannya masih di luar sana” ujar Bi Tinah mengingatkan mereka dengan Vera.
“astagfirullah, aku baru ingat. Bu itu makhluk apa yang Tadi aku intip di jendela?” tanya Mega penasaran.
“ssssstttt... diam... jangan di bicarakan sekarang” ujar bi Tinah yang langsung menundukkan kepalanya, melihat perubahan sikap bi Tinah membuat pak Agus sadar dan mengikuti apa yang di lakukan bi Tinah.
“ibu dan pak Agus kenapa sih? Ada apa ...”Mega yang akan melihat ke arah lantai dua langsung di hentikan dan di suruh menunduk oleh pak Agus. Tangan pak Agus menempel di bibirnya mengisyaratkan untuk diam,
"Diam (memberi kode untuk tidak bersuara dan bergerak) Ada yang datang"
Mega menatap Pak Agus dengan rasa penasaran bercampur takut, dia mengikuti dengan menundukkan kepalanya. Bi Tinah menatap ke bawah, mencoba menyembunyikan ekspresi.
Suara langkah kaki terdengar dari lantai atas,
Krraaak .... krraaak...
Sreeekk ... srreeek ....
Terdengar suara benda yang bergesek dengan lantai villa, tidak hanya itu terdengar juga suara goresan kuku yang menggores dinding. Seketika saja suasana menjadi dingin merinding membuat bulu kuduk mereka bertiga berdiri, pak Agus gemetar saat merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata.
Dia dapat merasakan ada tiga makhluk berukuran besar dengan memiliki tinggi yang melebihi mereka, bi Tinah dan Mega terlihat sangat ketakutan saat merasakan suasana dingin mencekam.
Suasana di ruangan tengah villa menjadi semakin menegangkan, Bi Tinah dan Mega saling menatap dengan mata terbuka lebar. Mereka tak berani bernapas saking ketakutannya.
Pak Agus berusaha menemukan sumber suara, matanya bergerak ke sekeliling ruangan.
Tiba-tiba, lampu ruangan mulai berkedip-kedip, membuat bayangan di dinding villa semakin menakutkan. Suara goresan kuku semakin keras, seperti mengiringi langkah kaki makhluk itu.
"Aap ap ap apa yang terjadi?" bisik Mega dengan suaranya bergetar.
Pak Agus mengangkat tangan, memberi isyarat untuk diam. Dia merasakan kehadiran makhluk itu berada sangat dekat dengan mereka,
“jangan ikut campur ... atau ... kalian mati....”
Terdengar sayup – sayup suara makhluk itu yang mengancam di telinga mereka, Mega terlihat sangat ketakutan memegangi lengan ibunya. Pada tengkuk dia merasakan hembusan udara dingin yang semakin membuat jantungnya berdebar dengan sangat kencang, Mega semakin memeluk lengan ibunya dengan sangat erat.
Suara napas makhluk tersebut terdengar berat dan menakutkan. Pak Agus berusaha untuk tetap tenang sambil terus menundukkan kepalanya,
"Apa yang kamu inginkan?" tanyanya pelan tanpa melihat.
Makhluk itu sama sekali tidak menjawab, tapi melangkah lebih dekat ke arah mereka. Hembusan udara dinginnya membuat ruangan itu semakin terasa dingin mencekam.
Bi Tinah berbisik pada Mega yang berdiri di sampingnya, "Mega, jangan bergerak..." ujar pelan.
“pengantin ... pangeran mahkota ... Vera”
Mata pak Agus terbuka seketika saat mendengar keinginan makhluk itu,
Braaaak ...
Terdengar suara pintu yang terbuka lebar, seketika suasana di dalam villa itu kembali tenang. Lampu yang sebelumnya berkedip-kedip kini kembali normal. Sudah tidak terdengar lagi suara napas makhluk, Mega dan Bi Tinah saling menatap dengan bingung juga ketakutan.
Pak Agus berjalan mendekati pintu memperhatikan ke sekeliling halaman villa,
"Apakah... sudah pergi?” tanyanya memastikan jika makhluk itu sudah tidak ada lagi.
“bagaimana pak Agus?” tanya bi Tinah yang ikut menghampiri.
“sepertinya mereka, sudah pergi. Sebaiknya sekarang kita beristirahat di ruangan tengah, sambil berdoa untuk keselamatan non Vera dan teman – temannya” ujar pak Agus yang lalu menutup pintu villa itu.
Mereka bertiga kembali duduk di ruang tengah berharap pagi secepatnya tiba, jantung mereka masih berdebar sangat kencang.
Mereka duduk dalam kesunyian menunggu pagi, cahaya lampu yang lembut menerangi wajah-wajah yang penuh kekhawatiran. Mega memeluk ibunya erat untuk mencari keamanan.
Mereka berdiam, berdoa dan menunggu pagi, harapan akan keselamatan dan kebahagiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments