Ep. 17

Bi Tinah dan Pak Agus saling menatap, mereka segera naik ke lantai dua dan menuju kamar di mana Mega berada.

“Ada apa nak Mega?” tanya pak Agus penasaran yang berdiri di depan pintu, Dia tidak berani masuk ke dalam dan memilih untuk menunggu di luar saja.  

“sewaktu Mega memeriksa kamar ini, Mega menemukan ini bu” ujar Mega memperlihatkan sebuah benda panjang, pada benda itu terdapat dua garis merah.

“ini apa ya bu?” tanya Mega penasaran.

Mata bi Tinah membulat sempurna, benda yang di pegang Mega adalah sebuah test pack. Alat yang kegunaannya untuk menguji atau test kehamilan, Dia pernah melihat benda itu di kota besar.

“ini ... ini  ... test kehamilan, di mana kamu mendapatkannya nak?" tanya Bi Tinah.

Mega lalu menunjuk ke  sebuah tas kecil yang berada di kamar itu, Bi Tinah berusaha mengingat tas itu.

“Tas ini ... “ Bi tinah dengan lancang membuka tas itu memeriksa untuk memastikan jika dia tidak salah.

“bu .. bu... kenapa ibu malah membuka tas itu, tidak sopan atuh bu” ujar Mega takut, dia tidak ingin nanti Ibunya di sangka yang tidak – tidak jika ada suatu barang atau apa pun yang hilang di kamar itu.

Dugaan bi Tinah benar, terlihat sebuah kartu tanda pengenal di dalam tas itu. Pak Agus terlihat celingak – celinguk penasaran dengan hasil temuan Mega,

“apa itu bi Tinah?” tanya Pak Agus penasaran.

Bi Tinah segera menghampiri pak Agus dengan wajah panik,

“pak Agus, sebaiknya bapak kerahkan anak buah bapak buat nyari non Vera sekarang” pinta bi Tinah sambil memperlihatkan alat tes kehamilan yang di temukan pada pak Agus.

“ada apa bu? Kenapa ibu terlihat panik begini?” tanya Mega yang juga penasaran.

Pak Agus juga terlihat kebingungan sambil terus menatap alat yang ada di tangan bi Tinah,

“ini apa bi? Kok ada dua garis gitu?” tanyanya terus memperhatikan secara seksama.

“ini alat uji tes kehamilan pak,” ujar Bi Tinah membuat pak Agus terkejut.

“Hamil?! ( terkejut) Lantas siapa yang hamil? Non Vera?” tanya pak Agus panik.

“bukan ...  bukan pak Agus, sepertinya yang hamil itu temannya non Vera, kalo ndak salah namanya non Dhatu” ujar bi Tinah.

Pak Agus semakin terkejut mendengar ucapan bi Tinah,

“pantas saja mereka datang ke villa ini” ujar Pak Agus.

Mega terlihat semakin bingung dengan pembicaraan ibunya dengan pak Agus,

“bu, sebenarnya ada apa? Kenapa ibu dan pak Agus panik saat tahu jika non Dhatu hamil” tanyanya penasaran.

Bi Tinah dan Pak Agus saling berpandangan lalu menatap ke arah Mega,

“nak, villa ini di bangun di tempat yang tidak seharusnya. Begitu juga dengan proyek pembangunan yang sedang di kerjakan oleh tuan besar, kami rakyat sini sudah mengingatkan jika proyek itu tidak seharusnya di bangun di hutan ini” ujar bi Tinah.

“maksudnya ibu?” tanya Mega.

“maksud bi Tinah, villa ini di bangun di tepi hutan larangan. kamu ingat tak dengan jalan persimpangan yang menuju villa ini?” Pak Agus mengingatkan Mega pada jalan persimpangan yang di mana jalan sebelah kanan di tutupi pertanda tidak boleh lewat, dia menganggukkan kepalanya.

“jalanan itu menuju ke dunia makhluk ( sejenak berhenti sambil melihat sekitar kamar di villa) makhluk yang kita temui tadi malam” ujar pak Agus berbisik.

Mega teringat dengan sosok yang datang menemui mereka,

“ maksudnya, Pak Agus? Mereka itu (berbisik) makhluk gaib. Kami memanggilnya 'penduduk atau orang sana'!!!" ujarnya takut.

Pak Agus kembali melihat ke sekeliling kamar, memastikan tidak ada yang mendengar.

"Konon, hutan ini dihuni makhluk gaib penunggu kota gaib Nagara, kota yang tidak pernah siapa pun temukan ( berbisik lagi) Kota yang tidak harus di datangi .... Pembangunan villa ini dan proyek tuan besar sudah mengganggu keseimbangan alam" ujarnya dengan berbisik.

"Kami sudah memperingatkan, tapi tidak didengar oleh tuan besar. Jadi tetua kampung berinisiatif pada penduduk sana untuk tidak mengganggu, makanya jalanan itu di tutup" bi Tinah ikut menambahkan.

Mega merasa takut mulai memegangi lengan ibunya, namun dia masih penasaran dengan ketakutan ibunya saat mengetahui Dhatu hamil.

“bu, lantas kenapa ibu panik saat tahu non Dhatu sedang hamil” tanyanya.

“konon, siapa pun yang sedang hamil atau datang bulan tidak boleh datang ke hutan ini. Walaupun villa ini berada di tepi hutan itu, tapi itu peraturan ... “ seketika pak Agus terdiam, dia langsung paham dengan ucapan bi Tinah. 

“pak Agus kenapa diam?” tanya Mega yang masih penasaran.

“sebaiknya ... sebaiknya sekarang aku mencari non Vera dan teman - temannya bersama anak - anak proyek, sebelum hal gawat terjadi” ujar Pak Agus bergegas keluar kamar, dia langsung menghubungi orang – orang untuk membantu pencarian.

Mega masih penasaran, dia menatap ibunya yang terlihat gelisah.

“Bu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya.

Bi Tinah menarik napas dalam-dalam, dia lalu duduk di tepian ranjang.

"nak, hutan ini adalah hutan Sakral, walaupun villa ini di bangun di tepi hutan tapi ada persyaratan dari ‘penduduk sana’ yang harus di patuhi.  Bagi Wanita hamil atau datang bulan dipercaya bisa memicu kejadian buruk, Pak Agus khawatir tentang keselamatan non Vera dan teman-temannya” jelasnya.

Mega terkejut mendengar penjelasan ibunya,

"jadi ... " ucapan Mega terputus saat bi Tinah meletakkan jarinya di mulut menyuruhnya untuk diam.

Bi Tinah menggelengkan kepala meminta untuk tidak membicarakan ‘orang sana’

"Lebih baik kita tidak membicarakan ini sekarang, sebaiknya kita menunggu kabar dari pak Agus. Sebaiknya kita berdo'a, Semoga non Vera dan teman – temannya baik – baik saja" ujarnya sambil berdo'a dalam hati.

Mega menganggukkan kepalanya, dia juga merasa khawatir tentang keselamatan Vera dan teman-temannya.

*****

Pak Agus meminta sebagian orang proyek melakukan pencarian di kota yang di tuju Vera berserta teman – temannya, sebagian dari mereka yang lain menelusuri jalanan menuju villa.

Kelompok pencarian Vera dan temannya  berhubungan melalui HT,

“pak Agus masuk, pak Agus” terdengar panggilan dari Ht yang di pegang Pak Agus, dia lalu menekan tombol di HT itu untuk berbicara dan mendengar dari tim pencarian.

“iya di sini pak Agus, ada apa?” tanyanya dengan wajah serius.

“kami di sini menemukan jejak pak “ ujar tim pencari yang menelusuri jalanan menuju villa.

“di mana posisi kalian?” tanya pak Agus.

“di persimpangan jalan pak, kami menemukan jejak ban mobil menuju jalan yang di tutup pak” ujar tim pencari itu.

Pak Agus terkejut mendengar informasi itu,

“kalian semua tunggu di sana, jangan ada yang masuk. Saya akan menyusul ke sana” ujar pak Agus yang bergegas dengan beberapa pekerja lainnya menuju mobil jeep.

Para tim pencari menunggu di tepian jalanan sambil memperhatikan sekitar, mereka mencari petunjuk sekecil apa pun. Mereka tidak berani melewati pembatas jalan yang sudah terlihat rusak, mata mereka memperhatikan jalanan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!