Ep. 09

“itu ... Iiiiitu ... Aku.... Aaaaku lilihat ada wajah pucat dengan mata hitam di kaca samping aku” ujar Tanisha ketakutan setengah mati sambil menunjuk ke arah kaca di mana dia melihat wajah itu, Elvano dan lainnya menatap ke arah yang di tunjuk sambil mengarahkan lampu senter ponsel mereka masing - masing.

“wajah mana? “ ujar Dhatu yang sama sekali tidak melihat apa pun di kaca itu, mendengar ucapan sahabatnya perlahan Tanisha membuka tangan dan melihat ke arah kaca. Dia terkejut saat hanya melihat bayangan wajahnya di sana, raut wajahnya terlihat kebingungan dan tangan kanannya langsung mengucek mata.

“nge halu ni anak, liat bayangan wajah die heee malah di kira in setan” ujar Elvano ikut menyoroti ke arah jendela kaca mobil, serentak mereka yang ada di mobil itu nyaris tertawa menatap ke arah Tanisha.

“beneran .... aku nggak bo‘ong. aku beneran liat ada wajah menyeramkan di sana” ujar Tanisha meyakini apa yang di lihatnya.

“salah liat kali lu “ ujar Elvano yang sama sekali tidak percaya, raut wajah Tanisha terlihat sangat ketakutan dan bingung.

“wajah udah mirip setan masak takut ama setan, turun dong pamor setan... “ canda Jordan bermaksud untuk mencairkan suasana yang tegang, spontan Tanisha lalu melayangkan sebuah pukulan cukup keras mendarat di lengan Jordan.

Plaaak ....

“aduuuh ...  sakit Nis” keluh Jordan sambil mengelus tangannya.  

“lu ngomong apa barusan?!” ujar Tanisha tidak terima dengan ucapan Jordan.

“ udaaah udah dong kagak usah di bahas juga kali” ujar Prisa dengan raut wajah yang terlihat ketakutan, dia melihat ke sisi kanan dan kiri. Dhatu melihat ke arah Prisa yang mulai merapatkan duduk ke arahnya,

“Napa lu?” tanya Dhatu heran.

“haaa ... nggak nggak kenapa – napa” ujar Prisa gugup, ada perasaan yang tidak nyaman di rasakan olehnya.

Tengkuk Prisa terasa dingin dan merinding, walau pun tidak memiliki six senses dia masih bisa merasakan ada yang ganjil di sekitarnya. Mereka semua melihat ke arah Aksa yang berjalan ke arah mobil,

Tap ... tap ... kraaak ....

Tiba – tiba saja Aksa menghentikan langkah dan menyoroti lampu senter ke arah belakangnya, dia merasa mendengar ada suara langkah cepat. Raut wajah Aksa terlihat kebingungan saat jalanan yang di sorotinya sama sekali tidak ada apa pun, dia lalu kembali menghampiri dan membuka pintu mobil sambil sesekali menyoroti lampu senter ke arah suara yang sempat di dengar.

“gi mana, Bro?” tanya Jordan.

“menurut gua, ambil jalur kanan aja. Jalanannya terlihat bagus dan nggak rusak” ujar Aksa memberi ide.

“yakin lu?” tanya Jordan.

“ kalo kita ke sesat gi mana?” tanya Dhatu.

“ya kita muter balik aja" ujar Aksa santai.

“Enak bener lu ngemeng muter balik? Udah jelas tadi si Jo bilang kalo bahan bakar kita udah menipis”  ujar Prisa memberanikan diri menatap ke arah Aksa.

“ trus mau stuck di sini ampe pagi?” tanya Jordan kembali melihat ke arah kaca spion.

“nggak mau, ah. Gila aja kalo musti nginep di sini, gue setuju sama Aksa kita ambil jalur kanan” ujar Dhatu.

“hmmm ... menurut aku lebih baik kita ambil jalur kiri” ujar Tanisha memberi pendapat, Dhatu mengarahkan lampu senternya ke arah jalanan sebelah kiri.

“yang beneran aja Nisha, masak mau lewat jalan itu. Seluruh tubuh terutama pinggang gue udah sakit banget akibat guncangan sebelumnya, udah ambil yang kanan aja ” ujar Dhatu keberatan untuk melalui jalan di sebelah kiri, jalanannya begitu rusak dan berkubang lumpur.

“mana yang bener nih, kanan ato kiri?” tanya Jordan kebingungan.

“kita ambil suara aja” ujar Vera menengahi.

“kayak pemilu aja ambil suara, gua setuju sama si Aksa. kanan  ” ujar Elvano.

“ yakin kanan nih?” tanya Jordan sekali lagi memastikan pendapat teman – temannya yang lain.

“gua ngikut aja” ujar Prisa masih merasa sedikit ketakutan.

“jadi kompak ya ambil jalan kanan?” tanya Jordan memastikan.

“udah jalan aja, nggak usah banyak pikir” ujar Dhatu.

Jordan lalu melajukan mobil jeep itu melintasi jalan jalur kanan yang terlihat rata, mereka semua sama sekali tidak menyadari jika jalur yang mereka pilih salah.

****

Bi Tinah tengah berdiri mondar mandir di teras Villa, raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Sesekali matanya menatap ke arah jalan masuk menuju villa, prilaku Bi Tinah tidak luput dari perhatian putrinya Mega yang baru saja menyudahi pekerjaannya.

Mega menghampiri ruang depan setelah mendapati pintu masuk yang masih terbuka, dia hendak menutup pintu tersadar saat melihat ibunya yang terus mondar mandir menatap ke arah jalanan.

“bu ... “ sapa Mega membuat Bi Tinah membalikkan tubuh dan menatap ke arahnya, dia langsung menghampiri lalu menggenggam tangan ibunya.  

“ibu kenapa? Mega perhatiin dari tadi ibu terlihat khawatir dan gelisah” tanya Mega.

“ibu khawatir, sampai sekarang non Vera dan teman – temannya blom pada balik. Apa mereka ... ” ucapan Bi Tinah terhenti saat melihat sinaran lampu dari mobil jeep, dia lalu melihat ke arah mobil yang berhenti di halaman Villa.

Pintu mobil jeep terbuka dan pak Agus turun dari dalam mobil itu, Bi Tinah terlihat semakin khawatir dan di sadari oleh pak Agus yang datang menghampiri.

“Bi Tinah ... nak Mega... kok pada ngumpul di sini, ada apa? Trus non Vera dan teman -temannya apa sudah pada balik? ” tanya pak Agus dengan raut wajah heran.

“non dan teman – temannya belum pada balik jam segini pak Agus, udah sedari tadi saya menunggu di sini. Tapi non Vera belom pulang juga” ujar Bi Tinah mulai panik.

“ apa sudah di coba hubungi ponsel nona Vera, siapa tahu mereka masih jalan - jalan sambil menikmati suasana Kota HW” kata Pak Agus menenangkan Bi Tinah.

“tadi mega udah coba hubungi, tapi nggak tersambung pak” jelas Mega pada pak Agus.

Seketika wajah Pak Agus berubah cemas,

"Gi mana bisa nggak tersambung? Coba lagi kamu hubungi, Mega!" ujarnya yang kembali melihat jalan ke arah villa.

Mega mengangguk dan mencoba menghubungi lagi ponsel Vera, namun sama sekali tidak tersambung. Dia mencoba lagi dan terus mencoba untuk ke sekian kalinya.

Sementara itu, Bi Tinah tampak begitu khawatir. Matanya terus melihat ke arah jalan berharap nona mereka segera kembali,

"Semoga mereka baik-baik saja, ya." Ujar Bi Tinah pada pak Agus yang juga memperhatikan jalan itu.

“bu... pak Agus, Mega sudah berkali – kali coba hubungi non Vera. Tapi tetap tidak tersambung” ujar Mega dengan wajah panik, Bi Tinah semakin kalut. Matanya menatap ke arah langit yang di hiasi bulan purnama, perasaannya semakin tidak tenang.

“pak Agus.... apa jangan – jangan mereka... “ ucapan Bi Tinah terhenti berharap jika dirinya salah menduga, namun hal yang sama juga terpikirkan oleh Pak Agus.

“aku akan mencoba menelusuri jalan ini, siapa tahu nona dalam perjalanan kemari” ujar Pak Agus yang akan melangkah pergi menuju mobil jeep.

Langkah pak Agus terhenti saat merasa lengan jacket yang di kenakannya ada yang memegang kuat, mata Pak Agus melihat ke arah tangan bi Tinah yang memegang lengan jaketnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!