Episode 5

“makasih sayang” ujar Vera pada Aksa yang sejenak mengecup kening Vera lalu melangkah menuju kamar Dhatu.

Tok... tok... tok...

“dhatu... ini aku Aksa” ujar Aksa setelah mengetuk pintu kamar Dhatu.

Vera dan lainnya menatap dari meja makan ke arah Aksa yang membuka pintu kamar Dhatu dan masuk ke dalamnya, pintu kamar itu kembali tertutup di mana Aksa sudah masuk ke dalam kamar itu.

Vera dan lainnya mulai menikmati makanan yang terhidang, Prisa menatap ke arah pintu kamar Dhatu lalu menatap ke arah Vera.

“Ver... si Dhatu makin hari sikapnya makin kekanakan plus ngeselin banget, ngapain juga sih kamu biarin ntu si Aksa buat bicara dengan Dhatu berdua” ujar Prisa merasa curiga, dia teringat dengan maraknya pemberitaan tentang pelakor yang sedang menghangat.

Jordan dan lainnya menghela nafas panjang sambil menggeleng – gelengkan kepala pelan,

“ kamu lupa Prisa, yang bisa nge jinakin anak manja itu kan cuma si Aksa... Hanya bicara beberapa kata aja si Aksanya, ntu anak bakalan keluar dan meminta maaf ama kita – kita” ujar Elvano mengingatkan tabiat Dhatu.

“Ngambeknya si Dhatu juga nggak sekali dua kali Prisa, udah sering ntu anak ngambek dan Aksa yang nenangin. Kayak abang adek gitu” ujar Tanisha menyendok makanan di piring miliknya.

“tenang aja Prisa, Dhatu bakalan tenang setelah Aksa bicara dan nasehatin dia” ujar Vera menenangkan Prisa yang kembali menatap ke arah pintu kamar Dhatu.

Mereka semua menunggu sambil menyantap makanan yang terhidang, sedikit cukup lama Aksa sama sekali belum keluar dari kamar Dhatu. Pintu itu tertutup rapat membuat Prisa memandanginya kembali,

“udah nggak usah di liatin terus, ntar leher kamu sakit dan terkilir” ujar Jordan santai.

“tapi ini lama juga dan si aksa belum keluar” ujar Prisa semakin curiga.

“Nyatai aja Prisa... Kita semua tahu bagaimana Dhatu kalo udah ngambekan, bisa lama tu si Aksa nge bujuk dia” ujar Elvano cuek, Prisa menatap ke arah Vera yang juga balas menatap ke arahnya.

“Bujukin si Dhatu udah kayak bujukin anak kecil, nyebelin kagak tu” ujar Tanisha dengan raut wajah kesal.

“ udah... Kagak baik ghibahin, gi mana pun juga dia teman kita...” ujar Vera mengalihkan tatapannya ke arah pintu kamar Dhatu, hatinya sedikit terusik dengan ucapan Prisa.

Sementara itu di dalam kamar Dhatu lebih tepatnya di kamar mandi,

“hah... hah... mmmhh... mmpppphh” nafas Dhatu tersengal - sengal akibat dari olah raga yang tengah di gelutinya saat itu.

Kemeja terbuka memperlihatkan dua pegunungan kembar yang keluar dari pengamanan terselubung, tangan kekar menjelajahi dua pegunungan dengan menggenggam dan bermain pada puncaknya. Gua sempit yang berada di pedalaman hutan tengah di telusuri oleh anaconda yang di selimuti tudung transparan agar tidak kebasahan, anaconda itu bergerak liar memasuki gua yang sudah licin oleh mata air yang mengalir dari sumbernya.

“hhhhmmmpppp.... hah...hah... enak sayang” Dhatu mengeluh pada Aksa yang sedang mengajarinya bercocok tanam.

“aku... sudah.... hampir... aaakhhh....”

Aksa memeluk erat tubuh Dhatu dari belakang, nafas mereka terdengar tidak teratur saat Anaconda melesak jauh ke dalam gua dan muntah begitu saja. Mereka terlihat tenang dan merasa tidak khawatir dengan anaconda, muntahan anaconda tertampung pada tudung yang di lepaskan dan di buang begitu saja ke dalam toilet yang berada di kamar mandi itu.

“kamu senang” ujar Aksa sambil mengenakan kembali kaus casual yang sempat di lepaskannya, Dhatu merapikan pengamanan dan memasang buah baju yang terlepas. Dia tersenyum manja pada Aksa yang membalas menatapnya dengan hangat, Dhatu mendekatkan wajahnya ke arah Aksa bermaksud untuk mencium bibirnya.

Namun dengan cepat kedua tangan kekar Aksa memegang kedua lengan Dhatu mencegah niatnya,

“jangan, nanti mereka bisa curiga” ujar Aksa yang langsung di hadiahi wajah cemberut dari Dhatu.

“aku masih kangen ama kamu” ujar Dhatu manja mengalungkan kedua tangannya ke leher Aksa.

“kamu harus bisa menahan diri, sekarang aku keluar. Setelah beberapa menit kamu keluar dan meminta maaf pada mereka” ujar Aksa melepaskan kedua tangan Dhatu, raut wajah tidak senang terlihat jelas di wajah Dhatu yang langsung membelakangi Aksa.

Cermin besar yang ada di kamar mandi itu merefleksikan bayangan Aksa, Dhatu menatap ke arah bayangan Aksa di cermin.

“sampai kapan kita sembunyi – sembunyi seperti ini?” ujar Dhatu yang langsung di tatap oleh Aksa pada cermin, pakaiannya telah tampak rapi seperti sedia kala.

“kamu sendiri yang menginginkan hubungan seperti ini, jadi jangan pernah meminta lebih” ujar Aksa dingin lalu meninggalkan kamar mandi, setelah memastikan dirinya aman dia membuka pintu kamar Dhatu dan keluar.

Dhatu terlihat sangat kesal dan marah, namun dia hanya bisa diam serta menerima dengan jalan yang sudah di pilihnya. Setelah menanti beberapa menit dan memastikan dirinya rapi, Dhatu lalu melangkah keluar kamar mandi.

Pintu kamar di buka oleh Dhatu yang keluar dari sana, wajahnya terlihat sedih dan tidak senang. Matanya menatap ke arah ruang makan yang sudah terlihat kosong, pada meja makanan masih terdapat beberapa makanan yang sepertinya sengaja di tinggal. Dhatu mengedarkan pandangan ke ruang tengah di mana Vera dan lainnya tengah berkumpul sambil bercanda.

Aksa melihat ke arah Dhatu lalu mengode padanya untuk melakukan apa yang sudah mereka bicarakan, Tanisha melihat ke arah Aksa yang masih menatap ke arah Dhatu.

“Dhatu?!” panggil Tanisha saat melihat Dhatu yang mendekati mereka dengan wajah tertunduk, suasana menjadi hening seketika.

“hm..... Dhatu kemari... mau minta maaf atas sikap Dhatu tadi.... udah bikin lainnya...” ujar Dhatu sesekali melirik ke arah Aksa yang duduk di samping Vera.

Prisa, Jordan, Elvano dan Tanisha saling berpandangan satu sama lain sambil memberi kode, Vera menatap heran teman – temannya bergantian. Dia lalu berdiri dam menghampiri Dhatu,

“kamu pasti laparkan Dhatu, aku udah simpan makanan buat kamu” ujar Vera, dia lalu mengajak Dhatu ke ruang makan. Tanisha dan lainnya kembali saling berpandangan lalu berdiri mengikuti menuju ruang makan, suasana kembali ceria saat Dhatu kembali meminta maaf pada Tanisha dan lainnya.

Hari semakin larut malam, suasana Villa terlihat hening dan sunyi. Vera dan lainnya sudah kembali masuk ke dalam kamar masing – masing untuk beristirahat melepaskan penat, tanpa satu pun menyadari ada sosok yang berdiri tempat di bawah kaki ranjang yang di tiduri Vera. Matanya menatap Vera yang tertidur pulas, sekejap mata sosok itu berpindah dan sudah berada di sisi samping kanan ranjang Vera.

Punggung tangan yang dihiasi dengan kuku tajam membelai lembut wajah cantik Vera, jari jemari dari tangan berwarna putih pucat itu bergerak membelai lembut bibir mungil Vera yang berwarna pink natural.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!