Monster Evolution
Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan warna merah dan jingga. Jizi Etzell menatap langit dengan ekspresi serius di wajahnya, matanya dipenuhi kesedihan.
Dalam benaknya, ia masih bisa membayangkan saat-saat ketika ayah dan ibunya meninggal, kesedihan dan rasa sakit yang memenuhi hatinya.
Dia tahu bahwa dia harus kuat, tetapi dia tidak bisa tidak memikirkan kehilangannya. Dia sekarang sendirian, dan terserah dia untuk menemukan jalannya sendiri di dunia.
Pada akhirnya, Etzell memutuskan untuk terus belajar dalam memahami perasaan orang lain. Alasannya sederhana, itu karena orang tuanya selalu menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah terjadi pada mereka.
Etzell terus berandai-andai, kalau saja dia bisa mengetahuinya sejak awal, maka orang tuanya tidak akan melakukan tindakan bunuh diri karena stress berlebih. Tapi semuanya terlambat, kini orang tuanya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Secara mau tidak mau, ia harus menerima fakta itu.
"Ayah, ibu, maafkan aku!"
Jauh di dalam hatinya, Etzell terus meminta maaf pada mereka. Sambil terus berharap kalau mereka akan memaafkannya, dia hidup seorang diri dengan pekerjaan paruh waktunya.
Dia bekerja di sebuah restoran kecil dari sore hari sewaktu pulang sekolah hingga malam hari. Singkatnya, dia bekerja dengan dua shift, yaitu sore dan malam.
Saat ini Etzell sudah menjalankan shift sorenya dan dia meminta izin pada manajer restoran untuk tidak mengambil shift malam karena tubuhnya terasa tidak sehat. Lalu atas izin manajer restoran itu, dia diperbolehkan pulang.
Perjalanan dari restoran tempat Etzell bekerja ke rumahnya terasa cukup lama. Jika dihitung-hitung, mungkin dia akan sampai ke rumahnya dalam 10 menit lagi jika berjalan kaki.
"Kesini, lihat ke kanan, Etzell!"
Ditengah perjalanan pulangnya, secara samar-samar, suara misterius terdengar berbisik di telinga Etzell. Itu adalah sebuah perintah yang terdengar dengan jelas walaupun hanya sebuah bisikan.
"Hmm?"
Sontak, suara itu membuat Etzell menolehkan wajahnya ke bagian kanan sesuai dengan apa yang dia dengar.
"Memangnya ada apa disana? Eh?!"
Melihat seorang perempuan yang sedang terduduk di kursi taman sambil menangis, Etzell pun merasa terkejut. Hal itu membuat dirinya merasa iba dengan perempuan itu. Lalu atas kesadarannya sendiri, dia mendekatinya secara perlahan agar tidak mengganggu perempuan itu.
"Umm.. anu, apa kau baik-baik saja?" Etzell menanyai kondisinya.
Jika dilihat dari belakang, bentuk rupa perempuan itu seperti seorang gadis remaja berumur belasan tahun. Dia menangis sambil menyeka air matanya sendiri menggunakan kedua tangannya.
"Apa ada masalah?" tanya Etzell lagi.
"..."
Beberapa kali Etzell telah bertanya pada perempuan itu, tetapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya. Kemudian karena rasa simpatinya, Etzell lebih mendekat dan menghadapi perempuan itu sambil menawarkan sapu tangannya.
"Ini, kau bisa menggunakannya!"
Sekilas tidak ada yang aneh dari bentuk perempuan itu saat dia menghadapinya, bahkan perempuan itu menatap Etzell dengan wajahnya yang basah, seolah-olah dia sudah menangis dalam waktu yang cukup lama.
"Kubunuh kau!"
Setelah menatap Etzell beberapa saat, perempuan itu mulai mengeluarkan suara kecil yang tidak dapat didengar oleh Etzell.
"Maaf, kau bilang apa tadi? Aku tidak mendengarnya."
Karena tidak dapat mendengar perkataan perempuan itu, Etzell memintanya untuk mengulangi perkataannya.
"Kubunuh."
Perempuan itu kembali mengeluarkan suara yang sangat kecil, lalu memalingkan pandangannya ke bawah, setelahnya dia kembali menatap Etzell dengan tatapan yang berbeda.
"KUBUNUH KAU!!!"
Tanpa disangka-sangka oleh Etzell, perempuan itu mulai berubah menjadi sosok aneh yang mengerikan. Sosok itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, hanya saja semua tubuhnya menghitam, penuh dengan darah, dan mulai memanjang dengan sendirinya.
"Eh, kau kenapa?!"
Etzell hanya bisa terkejut dan terdiam kaku saat melihat sosok aneh yang mengerikan itu. Bahkan dia juga tidak bisa bergerak karena merasa takut. Pikirannya hampir kosong, dan badannya serasa lepas begitu saja.
"Kubunuh kau! Kubunuh kau!! KUBUNUH KAU!!!"
"Tidak! Kenapa aku tidak bisa bergerak?! Siapapun, tolong aku! Aku tidak ingin mati disini!"
Melihat sosok aneh itu berteriak, Etzell merasa sangat ketakutan dan membalas teriakannya dengan meminta tolong, tetapi mungkin, tidak ada seseorang yang mendengarnya. Teriakan sosok aneh itu seolah-olah bisa menghempaskan Etzell kapan saja, tetapi teriakan dari Etzell tidak memiliki pengaruh apapun pada sosok itu.
Puas beradu teriakan dalam waktu yang singkat, sosok aneh itu mulai bergerak dan mengeluarkan cakar yang tajam.
"TOLONG AKU! KUMOHON JANGAN APA-APAKAN AKU!"
Etzell terus berteriak sambil melihat sosok aneh itu yang bersiap untuk menyerangnya. Bersamaan dengan itu juga, keadaan di sekitar taman menjadi sangat mencekam dan gelap, bahkan gelapnya melebihi malam hari saat taman tidak memiliki penerangan.
"Manusia yang bisa menguasai Monster Energy, harus kubunuh!"
"Tu-tunggu, apa maksudnya? Aku ti-tidak mengerti!"
Cara bicara Etzell menjadi lebih gagap saat dia merasa takut. Terlebih lagi, dia tidak mengerti tentang perkataan sosok aneh itu. "Monster, apa maksudnya?!" gumam Etzell sambil merasa ketakutan.
"MATI SAJA KAU!"
Serangan benar-benar datang mengarah ke Etzell. Beberapa cakaran sosok aneh itu terarah ke bagian kepala dan jantungnya, lalu untuk jumlahnya juga sangat banyak dan tidak bisa dihitung.
Sosok itu bisa membagi beberapa bayangan tubuhnya menjadi sebuah senjata berupa cakaran yang terlihat sangat tajam, seolah-olah siap untuk membelah apapun yang menghadang.
"WAA!!"
Pasrah menghadapi kenyataan yang tidak dapat dia mengerti, Etzell menutup matanya sendiri sambil merasa ketakutan begitu cakaran itu hampir mengenai dirinya.
"Ternyata kau ada disini, ya?"
Cukup lama Etzell menutup matanya, tapi dia tidak merasakan apapun. Dia hanya mendengar suara seorang laki-laki yang agak berat. Tentu saja, karena laki-laki itu telah menyelamatkannya dan menangkis semua serangan cakaran itu.
"Sungguh merepotkan," kata laki-laki itu.
Karena penasaran dengan apa yang terjadi, Etzell kembali membuka matanya. Saat itulah dia melihat sesosok hitam aneh yang penuh darah berhadapan cukup dekat dengan laki-laki yang menyelamatkannya.
Laki-laki itu memiliki tinggi seperti seorang atlet, dengan tubuhnya yang ditutupi oleh jubah biru serta rambutnya yang berwarna hitam. Dari penglihatan Etzell, lelaki itu terus mengayunkan tangannya ke arah yang tidak bisa dimengerti oleh Etzell.
Melihat dirinya yang telah diselamatkan, kini rasa takutnya mulai menghilang, dan dia ingin berterimakasih pada lelaki itu.
"Anu, terima kasih karena sudah menyelamatkanku!"
Saat Etzell terpikir untuk berterimakasih, pada saat itulah dia langsung melakukannya.
"Ya, untuk saat ini, diam dan saksikan saja!"
Kemudian lelaki itu menjawabnya dengan singkat tanpa menghadap ke arah Etzell, dia juga menyuruh Etzell untuk diam dan menyaksikannya saja.
Etzell mengangguk, merasa aneh tetapi taat pada perintahnya.
Lelaki itu terus bergerak, mengejar sosok mengerikan itu. Dia terus menggerakkan kedua tangannya dan menghadapi sosok aneh itu sambil tersenyum kecil. Melihat ekspresinya yang terlihat seperti sedang bersenang-senang, Etzell pun merasa semakin bingung dengan apa yang telah terjadi sekarang.
Umumnya bagi Etzell, kebanyakan orang pasti akan merasa takut dan bingung sama seperti dirinya saat melihat sosok aneh seperti itu. Akan tetapi berbeda dengan orang itu, dia tersenyum seolah-olah menganggap enteng segalanya.
"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" Etzell bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ash ?
benar benar pasrah. lagian pilihannya cuman dua, terima fakta kematian orang tuanya atau sekalian nyusul ke orang tuanya🗿
2024-07-28
2
White Mist (Trisha)
weeh! geeh
2023-11-10
2
White Mist (Trisha)
hmm. kayaknya suara prempuan itu tinggi. maksudnya cempreng
2023-11-10
1