Di pagi hari yang cerah ini, Etzell baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Dia merasa sangat lelah atas kejadian yang dialaminya kemarin.
Etzell baru saja mendapat beberapa pengalaman yang berhubungan dengan Monster. Dan menurutnya, itu adalah hal yang membingungkan. Semuanya termasuk hal yang baru bagi Etzell.
Dibalik semua itu, terdapat suara burung yang berkicau dengan indahnya tepat di saat musim panas ini, dan itu membuat suasana pagi hari Etzell terasa lebih menenangkan.
"Hoamm!"
Perlahan Etzell membuka matanya sambil menguap dalam waktu yang lumayan lama. Kemudian dia melihat ke arah jam dinding kamarnya dan mendapati kalau waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi sekarang.
"Jam tujuh pagi. Kurasa aku akan sedikit terlambat pergi ke sekolah," gumam Etzell.
"Mungkin aku akan mandi lebih dulu," gumamnya lagi.
Selesai bergumam sendiri, Etzell langsung bangkit dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi, lalu dia melepas pakaiannya dengan keadaan setengah sadar.
Saat ini Etzell belum sepenuhnya sadar dan dia merasa seperti terus terbayang-bayang akan kejadian kemarin.
Monster, bayangan, teknik, barier, rantai yang menguncinya, dan terakhir adalah teriakannya sendiri. Etzell baru saja mengetahui dan mengalami itu semua kemarin, dan sampai sekarang dia masih belum sepenuhnya mengerti tentang itu.
Kejadian itu membuat dirinya bertanya-tanya, apakah dia akan segera mati. Namun menurut Etzell, selagi Tiwaz Re masih ada, maka kemungkinan dia untuk mati semakin berkurang.
Sambil melepas pakaiannya dan meletakkannya di mesin pencuci, Etzell mengambil handuk yang dibawanya untuk masuk ke dalam kamar mandi. Saat sudah di dalam, Etzell langsung masuk ke dalam bak mandi dan mulai menenangkan diri.
"Ah, hangat sekali. Untung saja aku mengatur suhunya dengan baik," kata Etzell.
Aliran air yang tenang di bak mandi mendadak berubah ketika Etzell memasukinya, dan itu membuat suara gelombang air yang terombang-ambing.
Kamar mandi adalah tempat yang bagus untuk memikirkan banyak hal, begitulah apa yang biasanya Etzell lakukan. Dia bisa mendapat banyak ide baru berkat bersantai di kamar mandi.
Bahkan saat ini, Etzell memikirkan tentang Melissa yang merupakan seorang perempuan. Walaupun terkadang dia kesulitan untuk memahami seorang perempuan, dia merasa senang karena dapat memahami Melissa dengan mudah.
Akan tetapi, Etzell merasa ragu kalau dia bisa memahami Tiwaz Re atau tidak. Dia ragu karena terkadang Tiwaz Re bisa bertingkah konyol dan tegas di saat yang bersamaan. Jadi, Etzell memerlukan lebih banyak waktu untuk memahaminya.
Kedua hal itu terkesan langka bagi Etzell, karena biasanya dia lebih mudah memahami seorang lelaki ketimbang seorang perempuan.
"Kurasa ini sudah waktunya, aku bisa benar-benar terlambat nanti."
Puas dengan memikirkan banyak hal baru yang ditemuinya kemarin, Etzell memutuskan untuk menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi.
Kemudian Etzell berjalan ke kamarnya dan bersiap-siap untuk bersekolah. Sambil memakan roti lapis dan meminum segelas susu yang ada di kulkas, dia juga melakukannya sambil berpakaian agar menghemat waktu.
Kini Etzell telah mengenakan seragam sekolah, mengatur buku-bukunya dengan rapi di dalam tasnya yang berwarna hitam. Rambut pirangnya yang agak acak-acakan dibiarkan begitu saja, memberinya tampilan yang simpel dan tanpa ciri khas.
Saat Etzell melihat ke arah jam dinding, dia merasa lega karena jam masih menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit, yang berarti dia tidak akan terlambat. Selesai dengan semua persiapannya, dia pun berangkat ke sekolah.
Saat melangkah keluar dari rumahnya, sinar matahari pagi yang lembut menyinari jalanan kecil di lingkungannya. Udara segar memenuhi paru-parunya, memberinya semangat untuk menghadapi hari di sekolah. Etzell lebih suka berjalan kaki ke sekolah, memberinya waktu untuk merenung dan menenangkan diri sebelum masuk ke dalam rutinitas belajar.
Etzell bersekolah di SMA Negeri yang akan sampai jika ditempuh dengan berjalan kaki selama beberapa menit saja. Sepulang sekolah nanti, dia akan melanjutkan kerja paruh waktunya di restoran kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sesampainya di depan sekolah, Etzell melihat seorang teman sekelasnya yang bernama Xoriz. Xoriz adalah seorang remaja dengan penampilan yang cukup unik di mata teman-temannya. Gaya rambutnya yang agak suram dan kacamatanya yang tebal sering kali membuatnya tampak berbeda dari yang lain. Tapi bagi Etzell, Xoriz adalah teman yang setia dan baik hati.
"Hey, Xoriz!" sapa Etzell sambil tersenyum.
Xoriz yang awalnya sedang sibuk mengamati buku catatannya, mengangkat kepalanya dengan senyuman lembut.
"Hai, Etzell. Siap untuk hari ini?" Xoriz menyapa balik lalu bertanya pada Etzell.
"Mmm, ya, aku kira begitu," jawab Etzell sambil mengangguk.
Mereka berdua kemudian berjalan bersama menuju pintu masuk sekolah.
Setibanya di dalam sekolah, kehidupan Etzell sehari-hari nampak seperti siswa pada umumnya. Mereka mengikuti jadwal pelajaran, duduk di kelas, dan mendengarkan penjelasan guru. Tidak ada yang benar-benar menonjol di antara siswa-siswa lainnya. Semuanya sedang berusaha untuk mendapatkan pengetahuan dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Saat waktu istirahat tiba, Etzell biasanya suka duduk di sudut halaman sekolah, di bawah pohon yang rindang. Dia akan membawa buku kesayangannya atau hanya berpikir tentang hal-hal yang menggelitik di benaknya.
"Hah?! Apa aku salah lihat?" tanya Etzell pada dirinya sendiri.
Namun, saat dia sampai di bawah pohon, dia mendapatkan kejutan besar. Tiba-tiba, Melissa muncul dengan langkah yang percaya diri, membuat dirinya terlihat sangat mencolok di tengah keramaian siswa lainnya. Warna rambut biru muda dan penampilannya yang tomboi dengan jas hitam yang terbuka di tengah cuaca yang cukup hangat, membuatnya seperti seorang pahlawan aksi dalam komik yang telah menjadi nyata.
Kehadiran Melissa tidak luput dari perbincangan banyak siswa. Mata mereka tertuju pada gadis yang tidak biasa ini. Beberapa bercandaan dan bisikan bisa didengar di antara mereka, mencoba mencari tahu tentang siapa gadis misterius ini.
Melihat keberadaan Melissa di sekolahnya, tentu saja Etzell merasa terkejut. Dia berjalan mendekati Melissa, mata mereka bertemu di bawah sinar matahari yang menyilaukan.
"Melissa, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Etzell dengan heran.
Melissa hanya memasang wajah datar sambil merapikan rambut pendeknya yang berantakan oleh angin.
"Hai, Etzell. Aku di sini untuk mengurus kepindahanmu," kata Melissa.
"Kepindahan? Apa maksudmu?" tanya Etzell semakin bingung.
Melissa meraih bahu Etzell dengan sedikit kasar lalu berkata, "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menjelaskannya padamu, Etzell."
"Tapi bukankah itu terlalu mendadak?" tanya Etzell lagi.
"Etzell, aku mencarimu kemana-mana tadi!"
Saat Etzell tengah berbicara dengan Melissa, tiba-tiba saja suara akrab memanggil namanya memecah keramaian.
Etzell langsung mengenali suara itu, dan dia pun berbalik untuk melihat Xoriz, salah satu temannya yang memiliki tampang yang dianggap suram oleh teman sekelasnya sendiri. Gaya rambutnya yang cukup eksentrik dan kacamatanya yang besar membuatnya menonjol di antara siswa-siswa lainnya.
"Xoriz?" sahut Etzell dengan rasa terkejut.
"Aku di sini, hanya sedang berbicara dengan seseorang," kata Etzell menjelaskan.
Namun, begitu Xoriz melihat Melissa yang berdiri di samping Etzell, dia merasa terkejut. "Eh?! Siapa gadis ini?" gumamnya dengan heran, matanya memperhatikan sosok Melissa dari atas sampai bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌
Karena kita sebenarnya sepemikiran 🤣🤣🤣
2023-10-26
1
Ftomic
yok pindah yok
2023-10-21
2