Keputusan Etzell sudah bulat, dia akan hidup untuk menghadapi berbagai Monster ketimbang hidup dengan normal. Tidak ada alasan untuk itu, hanya saja Etzell merasa kalau ini sudah saatnya.
Saat-saat Etzell menghadapi kenyataan dan tidak lari dari kenyataan itu, paling tidak seperti itulah maksudnya.
"Baiklah, aku mengerti. Tidak ada keraguan dari caramu berbicara, jadi aku akan melakukannya," ucap Tiwaz Re bangga.
"Tenang saja, aku akan melindungimu jika para Monster berbahaya menyerang lagi," sambungnya sambil tersenyum.
Jauh di dalam diri Etzell, sebenarnya dia masih merasa takut. Namun dengan keyakinan barunya, Etzell merasa kalau dia perlu melawan rasa takut itu, apalagi setelah mendapatkan jaminan perlindungan dari Tiwaz Re.
"Time Stop, Teleportation, aktifkan!"
Tepat setelah Tiwaz Re mengatakan itu, waktu terhenti seketika.
Di dalam barier ini, sosok Etzell yang menatap Tiwaz Re dengan penuh harapan terlihat dengan jelas. Dia tidak bergerak sama sekali akibat teknik dari Tiwaz Re. Tidak hanya itu, bahkan suara hewan kecil seperti jangkrik dan yang lainnya kini tidak terdengar lagi.
Waktu telah berhenti karena teknik Time Stop milik Tiwaz Re, jadi suasananya benar-benar sunyi sekarang, lalu tak lama kemudian...
"Hah?! Kenapa?"
Ada satu sosok yang tiba-tiba saja sudah berada di depan Tiwaz Re dan juga Etzell.
Sosok itu muncul tepat setelah cahaya menyilaukan terlihat sepersekian detik, dia adalah seorang perempuan yang tubuhnya lebih mengarah ke seorang gadis remaja, walaupun dia sudah berumur lebih dari itu. Dengan rambut pendeknya yang berwarna biru, dia menampilkan kesan seorang tomboy.
"Maaf mengganggu disaat seperti ini, Melissa! Haha, aku memindahkanmu tanpa ragu kesini," kata Tiwaz Re menyambut perempuan itu. Bahkan tanpa merasa bersalah sedikitpun, dia malah tertawa.
"Terserah kau saja, lalu apa yang terjadi?" tanya Melissa kesal.
Tentu saja Melissa merasa kesal, karena dirinya tiba-tiba saja diteleportasi oleh teknik dari Tiwaz Re. Padahal Melissa yakin kalau jaraknya cukup jauh dari Tiwaz Re, tetapi dia tetap dapat dipindahkan dengan mudah.
Walaupun Melissa merasa kesal, dia masih menghormati Tiwaz Re sebagai yang terkuat, jadi dia tidak terlalu menunjukkan kekesalannya.
Kemudian sambil melihat keadaan sekitarnya, Melissa menatap Etzell secara singkat lalu beralih kembali ke Tiwaz Re.
"Anak ini, bisakah aku menyerahkannya padamu?" tanya Tiwaz Re.
"Hah? Untuk apa aku mengurus bocah laki-laki ini?!" protes Melissa.
"Tolonglah, aku tidak memiliki banyak waktu lagi!" Tiwaz Re memohon padanya.
"Tidak, aku menolak!" tegas Melissa.
"Yah, apa boleh buat."
"Kali ini apa lagi?!"
Tiwaz Re tersenyum lebar sebelum mengatakan sesuatu sebagai lanjutan kata-katanya, dan senyumannya itu membuat Melissa merasa curiga.
"Aku telah mengalahkan banyak Monster tipe bayangan tak lama ini. Kau tahu? Anak ini sempat berurusan dengan salah satu dari mereka tadi."
"Eh? Itu berarti, dia bisa melihat Monster?"
"Tepat sekali. Karena itulah, aku ingin kau mengurus anak ini."
"Aku menolak dan aku tidak peduli. Bahkan jika dia bisa melihatnya, bukankah kau bisa menghapus ingatannya dari sebelum dia melihat Monster itu? Seharusnya dia tidak akan melihat Monster lagi."
"Kau benar, tapi teriakan anak ini hampir merusak gendang telingaku. Aku tertarik padanya, jadi aku memakai sedikit kebohongan dan berhasil membawa anak ini kesini."
"Hah?! Apa kau serius? Monster terkuat yang pernah kau lawan saja tidak berefek apa-apa padamu!"
Melissa benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Tiwaz Re, bahkan dia menyangkal kata-kata Tiwaz Re sendiri. Karena bagi Melissa, Tiwaz Re adalah yang terkuat di kalangan manusia bahkan di kalangan Monster itu sendiri. Karena itu jugalah, Melissa menghormati Tiwaz Re walaupun dia sering membuatnya kesal.
Hal yang membuat Melissa bingung dan tidak percaya adalah tentang gendang telinga Tiwaz Re yang hampir rusak karena teriakan Etzell. Dia memikirkan kenapa hal itu bisa terjadi, namun sekeras apapun dia berpikir, tidak ada satupun jawaban yang muncul.
"Ya, aku serius. Jika bukan karena Reverse Mirror, maka aku sudah pasti akan tuli sekarang," kata Tiwaz Re.
"Apa separah itu?! Kau pasti hanya melebih-lebihkannya!" Melissa menyangkal.
"Tidak, aku serius. Apakah wajahku terlihat seperti sedang bercanda?" tanya Tiwaz Re.
"Ya, tentu saja. Wajahmu itu penuh kebohongan!" jawab Melissa.
"Uh.. kata-katamu sedikit menyakitkan."
Seolah-olah terlihat depresi, Tiwaz Re mengalihkan pandangannya dari Melissa dan dia mulai menatap Etzell.
"Maaf, Melissa! Aku tidak memiliki waktu lagi, tolong jaga anak ini!"
"Hei, Tiwaz Re! Jangan kab-.."
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Tiwaz Re sudah menjentikkan jarinya lalu menghilang begitu saja. Tidak hanya itu, waktu disekitar pun sudah kembali berjalan seperti semua.
"bur..."
"Tempat ini, bukankah aku berada di dalam barier-nya Tiwaz Re?" Melissa bertanya pada dirinya sendiri.
Setelah melihat ke bagian atas dan disekelilingnya, Melissa menyadari kalau dia sedang berada di dalam teknik barier milik Tiwaz Re. Dengan warna kuning kecoklatan membentuk setengah lingkaran yang mencolok, tentu saja dia menyadarinya dengan cepat.
"Orang sialan itu, dia licik sekali. Aku akan membalasnya nanti!"
Sambil menggenggam salah satu tangannya kuat-kuat, Melissa melampiaskan kekesalannya.
Melissa merasa kesal karena Tiwaz Re meninggalkannya begitu saja dan menyerahkan Etzell padanya tanpa penjelasan yang jelas.
"Umm? Kau siapa, kak?"
Karena waktu sudah berjalan seperti semula, jadi Etzell juga sudah bisa kembali bergerak. Begitu juga dengan suara beberapa hewan di malam hari yang mulai kembali terdengar. Suasananya tidak sunyi lagi sekarang.
"Kau yang siapa?! Kau merepotkanku, sialan!"
"Ah, maaf kalau begitu, dimana Tiwaz Re?"
Dengan tatapan yang sedikit sedih karena dibentak oleh Melissa, Etzell menanyakan keberadaan Tiwaz Re.
"Kenapa kau terhasut olehnya?" tanya Melissa.
"Apa maksudmu?" Etzell bertanya balik.
"Tidak jadi, lupakan saja!"
"Emm? Ya, baiklah."
Karena takut dibentak oleh Melissa lagi, Etzell mengiyakan perkataannya.
"Yah, aku sudah tahu kalau ini akan mengarah kemana. Kau juga begitu kan? Lalu apa kau sudah siap?" tanya Melissa lagi.
"Siap apa?" Merasa bingung, Etzell bertanya balik.
Karena ditanya balik oleh Etzell, Melissa merasa kesal dan menatap Etzell dengan tajam. Dengan penampilannya yang seperti seorang tomboy, itu sudah cukup untuk membuat Etzell merasa tertekan.
Melihat tatapan tajam dari Melissa, Etzell berusaha untuk berpikir agar Melissa tidak lagi menatapnya seperti itu.
Beberapa waktu telah berlalu. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Etzell mengerti tentang apa yang dimaksud oleh Melissa.
"Baiklah, aku siap. Tolong ajari aku berbagai hal tentang Monster!" kata Etzell dengan tegas.
Walaupun Etzell tidak mengenal perempuan yang dia hadapi sekarang, dia yakin kalau perempuan itu berhubungan dengan Tiwaz Re, jadi karena itulah dia mempercayainya.
"Kalau begitu, bersiaplah untuk mati!"
"Eh?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌
😌😌😌
2023-10-26
1
Ftomic
waduh neng Melissa jangan galak" atuh
2023-10-21
2
Sir Fitz
lah, kok disuruh mati
2023-10-09
1