NovelToon NovelToon

Monster Evolution

BAB 1: Sosok Mengerikan

Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan warna merah dan jingga. Jizi Etzell menatap langit dengan ekspresi serius di wajahnya, matanya dipenuhi kesedihan.

Dalam benaknya, ia masih bisa membayangkan saat-saat ketika ayah dan ibunya meninggal, kesedihan dan rasa sakit yang memenuhi hatinya.

Dia tahu bahwa dia harus kuat, tetapi dia tidak bisa tidak memikirkan kehilangannya. Dia sekarang sendirian, dan terserah dia untuk menemukan jalannya sendiri di dunia.

Pada akhirnya, Etzell memutuskan untuk terus belajar dalam memahami perasaan orang lain. Alasannya sederhana, itu karena orang tuanya selalu menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah terjadi pada mereka.

Etzell terus berandai-andai, kalau saja dia bisa mengetahuinya sejak awal, maka orang tuanya tidak akan melakukan tindakan bunuh diri karena stress berlebih. Tapi semuanya terlambat, kini orang tuanya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Secara mau tidak mau, ia harus menerima fakta itu.

"Ayah, ibu, maafkan aku!"

Jauh di dalam hatinya, Etzell terus meminta maaf pada mereka. Sambil terus berharap kalau mereka akan memaafkannya, dia hidup seorang diri dengan pekerjaan paruh waktunya.

Dia bekerja di sebuah restoran kecil dari sore hari sewaktu pulang sekolah hingga malam hari. Singkatnya, dia bekerja dengan dua shift, yaitu sore dan malam.

Saat ini Etzell sudah menjalankan shift sorenya dan dia meminta izin pada manajer restoran untuk tidak mengambil shift malam karena tubuhnya terasa tidak sehat. Lalu atas izin manajer restoran itu, dia diperbolehkan pulang.

Perjalanan dari restoran tempat Etzell bekerja ke rumahnya terasa cukup lama. Jika dihitung-hitung, mungkin dia akan sampai ke rumahnya dalam 10 menit lagi jika berjalan kaki.

"Kesini, lihat ke kanan, Etzell!"

Ditengah perjalanan pulangnya, secara samar-samar, suara misterius terdengar berbisik di telinga Etzell. Itu adalah sebuah perintah yang terdengar dengan jelas walaupun hanya sebuah bisikan.

"Hmm?"

Sontak, suara itu membuat Etzell menolehkan wajahnya ke bagian kanan sesuai dengan apa yang dia dengar.

"Memangnya ada apa disana? Eh?!"

Melihat seorang perempuan yang sedang terduduk di kursi taman sambil menangis, Etzell pun merasa terkejut. Hal itu membuat dirinya merasa iba dengan perempuan itu. Lalu atas kesadarannya sendiri, dia mendekatinya secara perlahan agar tidak mengganggu perempuan itu.

"Umm.. anu, apa kau baik-baik saja?" Etzell menanyai kondisinya.

Jika dilihat dari belakang, bentuk rupa perempuan itu seperti seorang gadis remaja berumur belasan tahun. Dia menangis sambil menyeka air matanya sendiri menggunakan kedua tangannya.

"Apa ada masalah?" tanya Etzell lagi.

"..."

Beberapa kali Etzell telah bertanya pada perempuan itu, tetapi tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya. Kemudian karena rasa simpatinya, Etzell lebih mendekat dan menghadapi perempuan itu sambil menawarkan sapu tangannya.

"Ini, kau bisa menggunakannya!"

Sekilas tidak ada yang aneh dari bentuk perempuan itu saat dia menghadapinya, bahkan perempuan itu menatap Etzell dengan wajahnya yang basah, seolah-olah dia sudah menangis dalam waktu yang cukup lama.

"Kubunuh kau!"

Setelah menatap Etzell beberapa saat, perempuan itu mulai mengeluarkan suara kecil yang tidak dapat didengar oleh Etzell.

"Maaf, kau bilang apa tadi? Aku tidak mendengarnya."

Karena tidak dapat mendengar perkataan perempuan itu, Etzell memintanya untuk mengulangi perkataannya.

"Kubunuh."

Perempuan itu kembali mengeluarkan suara yang sangat kecil, lalu memalingkan pandangannya ke bawah, setelahnya dia kembali menatap Etzell dengan tatapan yang berbeda.

"KUBUNUH KAU!!!"

Tanpa disangka-sangka oleh Etzell, perempuan itu mulai berubah menjadi sosok aneh yang mengerikan. Sosok itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, hanya saja semua tubuhnya menghitam, penuh dengan darah, dan mulai memanjang dengan sendirinya.

"Eh, kau kenapa?!"

Etzell hanya bisa terkejut dan terdiam kaku saat melihat sosok aneh yang mengerikan itu. Bahkan dia juga tidak bisa bergerak karena merasa takut. Pikirannya hampir kosong, dan badannya serasa lepas begitu saja.

"Kubunuh kau! Kubunuh kau!! KUBUNUH KAU!!!"

"Tidak! Kenapa aku tidak bisa bergerak?! Siapapun, tolong aku! Aku tidak ingin mati disini!"

Melihat sosok aneh itu berteriak, Etzell merasa sangat ketakutan dan membalas teriakannya dengan meminta tolong, tetapi mungkin, tidak ada seseorang yang mendengarnya. Teriakan sosok aneh itu seolah-olah bisa menghempaskan Etzell kapan saja, tetapi teriakan dari Etzell tidak memiliki pengaruh apapun pada sosok itu.

Puas beradu teriakan dalam waktu yang singkat, sosok aneh itu mulai bergerak dan mengeluarkan cakar yang tajam.

"TOLONG AKU! KUMOHON JANGAN APA-APAKAN AKU!"

Etzell terus berteriak sambil melihat sosok aneh itu yang bersiap untuk menyerangnya. Bersamaan dengan itu juga, keadaan di sekitar taman menjadi sangat mencekam dan gelap, bahkan gelapnya melebihi malam hari saat taman tidak memiliki penerangan.

"Manusia yang bisa menguasai Monster Energy, harus kubunuh!"

"Tu-tunggu, apa maksudnya? Aku ti-tidak mengerti!"

Cara bicara Etzell menjadi lebih gagap saat dia merasa takut. Terlebih lagi, dia tidak mengerti tentang perkataan sosok aneh itu. "Monster, apa maksudnya?!" gumam Etzell sambil merasa ketakutan.

"MATI SAJA KAU!"

Serangan benar-benar datang mengarah ke Etzell. Beberapa cakaran sosok aneh itu terarah ke bagian kepala dan jantungnya, lalu untuk jumlahnya juga sangat banyak dan tidak bisa dihitung.

Sosok itu bisa membagi beberapa bayangan tubuhnya menjadi sebuah senjata berupa cakaran yang terlihat sangat tajam, seolah-olah siap untuk membelah apapun yang menghadang.

"WAA!!"

Pasrah menghadapi kenyataan yang tidak dapat dia mengerti, Etzell menutup matanya sendiri sambil merasa ketakutan begitu cakaran itu hampir mengenai dirinya.

"Ternyata kau ada disini, ya?"

Cukup lama Etzell menutup matanya, tapi dia tidak merasakan apapun. Dia hanya mendengar suara seorang laki-laki yang agak berat. Tentu saja, karena laki-laki itu telah menyelamatkannya dan menangkis semua serangan cakaran itu.

"Sungguh merepotkan," kata laki-laki itu.

Karena penasaran dengan apa yang terjadi, Etzell kembali membuka matanya. Saat itulah dia melihat sesosok hitam aneh yang penuh darah berhadapan cukup dekat dengan laki-laki yang menyelamatkannya.

Laki-laki itu memiliki tinggi seperti seorang atlet, dengan tubuhnya yang ditutupi oleh jubah biru serta rambutnya yang berwarna hitam. Dari penglihatan Etzell, lelaki itu terus mengayunkan tangannya ke arah yang tidak bisa dimengerti oleh Etzell.

Melihat dirinya yang telah diselamatkan, kini rasa takutnya mulai menghilang, dan dia ingin berterimakasih pada lelaki itu.

"Anu, terima kasih karena sudah menyelamatkanku!"

Saat Etzell terpikir untuk berterimakasih, pada saat itulah dia langsung melakukannya.

"Ya, untuk saat ini, diam dan saksikan saja!"

Kemudian lelaki itu menjawabnya dengan singkat tanpa menghadap ke arah Etzell, dia juga menyuruh Etzell untuk diam dan menyaksikannya saja.

Etzell mengangguk, merasa aneh tetapi taat pada perintahnya.

Lelaki itu terus bergerak, mengejar sosok mengerikan itu. Dia terus menggerakkan kedua tangannya dan menghadapi sosok aneh itu sambil tersenyum kecil. Melihat ekspresinya yang terlihat seperti sedang bersenang-senang, Etzell pun merasa semakin bingung dengan apa yang telah terjadi sekarang.

Umumnya bagi Etzell, kebanyakan orang pasti akan merasa takut dan bingung sama seperti dirinya saat melihat sosok aneh seperti itu. Akan tetapi berbeda dengan orang itu, dia tersenyum seolah-olah menganggap enteng segalanya.

"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" Etzell bertanya-tanya.

BAB 2: Pertarungan Singkat

Dari sudut pandang Etzell, pertarungan antara seorang manusia dengan Monster telah terjadi.

Pertarungan berlangsung tidak begitu sengit, karena lelaki itu hanya terus menghindari serangan dari sosok aneh itu.

"Lama tidak bertemu, Naste! Sepertinya atasanmu mulai memberikan perintah, ya? Yah, aku tidak keberatan untuk bermain-main denganmu. Mengingat kita juga sedang berada di taman bermain sekarang, bukankah begitu?"

Lelaki itu mulai menyapa sosok aneh itu yang dipanggilnya dengan sebutan Naste, itu adalah nama dari sosok aneh itu.

"Tiwaz Re! Aku akan membunuhmu lebih dulu, kemudian aku akan membunuh orang di belakangmu itu!"

Lalu sosok aneh itu, Naste, juga mulai memanggil nama lelaki itu, yaitu Tiwaz Re.

"Satu hal yang pasti, orang di belakangku tidak akan terbunuh. Itu saja," ucap Tiwaz Re.

"Kebanyakan Monster lebih kuat dari manusia sekarang. Kau tahu alasannya? Itu karena manusia tidak menyadari potensi yang mereka miliki, mereka mengabaikan semuanya. Lalu mereka yang menyadarinya akan menyatakan kalau dirinya merupakan sosok pilihan Tuhan. Sungguh lucu bukan?" balas Naste panjang lebar.

"Aku setuju dengan semua penjelasanmu, kecuali di bagian awal," kata Tiwaz Re sedikit menyangkal.

"Manusia masih jauh lebih kuat daripada Monster, bahkan bisa kukatakan kalau 3 Monster bisa sebanding dengan 1 manusia," sambungnya.

"Begitu ya? Kau akan menyadari kalau kata-katamu itu adalah sebuah kesalahan besar, aku akan membunuhmu dan menarik kembali kata-katamu itu!" balas Naste lagi. Dia merasa kesal hingga menatap tajam ke arah Tiwaz Re.

"Baiklah, mari kita bertarung sampai mati!" ajak Tiwaz Re.

"Kuterima dengan senang hati!" seru Naste.

Tiwaz Re berdiri berhadapan dengan Naste, keduanya memancarkan aura kekuatan dan kesombongan yang sama.

Etzell tahu bahwa pertarungan ini akan berbeda dari sebelumnya dan berlangsung sengit, tetapi dia yakin kalau Tiwaz Re akan menang.

Kedua petarung ini saling menatap satu sama lain, siap untuk menyerang.

"Rasakan ini!"

Naste melakukan langkah pertama, meluncurkan serangan cakaran yang kuat ke arah Tiwaz Re.

Tiwaz Re mencoba menghindar, namun serangan itu terlalu cepat dan ia terkena serangan yang membuat tubuhnya terluka.

"Apa kau baik-baik saja?!"

Merasa khawatir karena terkena serangan Naste, Etzell mendekat ke arah Tiwaz Re.

"Tetap disana," perintah Tiwaz Re saat melihat Etzell mendekat ke arahnya.

"Ba-baik!"

Mendengar perintah Tiwaz Re, Etzell memutuskan untuk mengikutinya dan kini diam di tempat.

"Haha, boleh juga," kata Tiwaz Re.

"Reverse Mirror!"

Sesaat setelah mengatakan itu, secara ajaib, luka yang dialami oleh Tiwaz Re sembuh seketika.

Reverse Mirror, sebuah teknik yang hanya dikuasai oleh Tiwaz Re seorang. Itu berguna untuk membalikkan luka yang dia terima dengan cepat. Tetapi, kelemahan teknik itu ada pada bagian waktu, yang dimana Tiwaz Re hanya bisa menggunakannya sehari sekali.

"Eh?! Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa sembuh secepat itu? Padahal aku melihatmu terluka parah tadi!"

Kebingungan, Etzell memberikan beberapa pertanyaan pada Tiwaz Re.

"Jangan khawatirkan aku, tolong tetap mundur dan menjaga jarak!"

"Aku mengerti."

Walaupun tidak mendapatkan jawaban, Etzell tetap mundur sesuai perintah dari Tiwaz Re. Kini dia memutuskan untuk diam saja tanpa bergerak kemanapun kecuali jika diperintahkan.

"Bagaimana? Kau kewalahan hanya dengan satu teknikku!" seru Naste merasa puas.

Serangan cakaran masih datang, dan itu lagi-lagi mengarah ke Tiwaz Re.

Berniat untuk tidak melawan balik, Tiwaz Re berdiam di tempatnya sambil mengangkat tangan kirinya dan mengatakan, "Mirror Flip, Pantulkan Monster Energy!".

"UGH!! KENAPA?!"

Beberapa bagian tubuh Naste langsung terbelah saat serangan cakarannya mengenai tubuh Tiwaz Re.

Itulah teknik milik Tiwaz Re yang disebut dengan "Mirror Flip, Pantulkan Monster Energy!" Teknik itu bekerja menggunakan Monster Energy untuk membalik atau memantulkan obyek, energi, dan serangan yang didapat, baik secara terpisah atau secara keseluruhan.

Saat Tiwaz Re mengaktifkan tekniknya, Naste tidak menyadari kalau serangannya terpantul hingga berujung pada melukai dirinya sendiri. Dan kini tubuhnya terbelah akibat serangannya sendiri.

"Hebat!" gumam Etzell.

"Sialan kau, Tiwaz Re!" kata Naste kesal.

Walaupun tubuhnya terbelah, Naste tidak akan mati dengan mudah. Itu karena dia adalah seorang makhluk yang bernama Monster.

Monster terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah tipe bayangan yang sedang dihadapi oleh Tiwaz Re dan Etzell sekarang.

Monster tipe bayangan tidak akan mati jika terkena serangannya sendiri. Untuk itu, cara agar Monster tipe bayangan bisa mati adalah dengan menyerangnya menggunakan teknik yang lain, atau menggunakan teknik dari Tiwaz Re itu sendiri.

"Bagaimana? Masih ingin membunuh kami?" tanya Tiwaz Re dengan kepercayaan diri.

"Ya, tentu saja. Aku bahkan belum mengeluarkan beberapa teknik yang kumiliki!" balas Naste.

Ketika kedua petarung melanjutkan pertarungan mereka, intensitas dan kecepatan serangan mereka meningkat.

Tiwaz Re terus-menerus berada dalam posisi bertahan menggunakan Mirror Flip, sedangkan Naste terus menyerang menggunakan teknik baru.

Teknik baru yang digunakan Naste untuk menyerang Tiwaz Re adalah pisau bayangan yang sangat tajam seolah-olah siap menembus semua bagian tubuh Tiwaz Re.

Namun karena teknik Mirror Flip dari Tiwaz Re, semua serangan Naste terpantul dan tentu saja dia harus menyerang sambil menghindari pantulannya itu.

Pertarungan ini berlangsung sangat intens, dengan kedua petarung yang salah satunya menyerang dan satunya lagi bertahan.

Naste terdorong sampai ke batas kemampuannya, bahkan lagi-lagi tubuhnya tertusuk oleh pisau bayangannya sendiri.

"Sialan! Cepat mati sana!" teriak Naste.

Entah sudah berapa kali dia tertusuk karena teknik Mirror Flip dari Tiwaz Re, tetapi Naste tidak menyerah dan terus menyerang Tiwaz Re.

"Hah.. membosankan, kukira kau bisa memberiku hiburan yang menarik!" keluh Tiwaz Re sambil terus mengangkat tangan kirinya.

"Mungkin kita akhiri saja sekarang!" sambungnya.

Teknik Mirror Flip-nya tidak bisa ditembus oleh Naste walaupun sudah diserang beberapa kali. Padahal Naste sendiri sudah mengeluarkan semua teknik miliknya, tetapi tampaknya Tiwaz Re lebih unggul dari segi manapun.

Dengan santainya, Tiwaz Re mengarahkan tangan kanannya ke arah Naste berada dan mengepalkan jari tangannya.

"Shadow Cloak, Pemusnah Bayangan!"

Shadow Cloak, sebuah teknik yang digunakan untuk mengendalikan bayangan dengan cara apapun. Dengan menggunakan "Shadow Cloak, Pemusnah Bayangan!", maka Naste akan langsung musnah tanpa memiliki wujud lagi.

"UWAA!! Kenapa tubuhku terasa melepuh?! Tidak!"

Tak lama setelahnya, Naste mulai berteriak diiringi dengan menghilangnya keberadaannya secara perlahan. Tidak hanya itu, keadaan taman yang sebelumnya sangat gelap kini mulai semakin terang. Dan ternyata, langit masih menunjukkan waktu senja, bukan malam hari.

"Dia, menghilang!" ucap Etzell dengan tatapan tidak percayanya.

Semua kekhawatiran dan ketakutan Etzell telah menghilang, itu karena sosok aneh yang mengerikan itu telah musnah, dan juga, keadaan taman kembali seperti semula sekarang.

Pertarungan diakhiri oleh Tiwaz Re dengan sangat cepat, jadi di pertarungan yang tidak bisa dipahami oleh Etzell, Tiwaz Re keluar sebagai pemenangnya.

"Yah, melawan bayangan dengan bayangan ternyata cukup efektif!" seru Tiwaz Re sambil tertawa ringan.

"A-anu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Etzell pada Tiwaz Re.

BAB 3: Sebuah Keputusan

Setelah kejadian tadi sore, Tiwaz Re mengajak Etzell ke suatu tempat rahasia. Itu adalah tempat khusus dimana ada sebuah penghalang yang hanya bisa dilihat dan dibuka atas keinginan Tiwaz Re.

Kini waktu menunjukkan malam hari. Langit sudah terlihat gelap dengan awan putih yang terkadang memancarkan kilat cahaya. Tidak hanya itu, beberapa bintang juga mulai memancarkan keindahannya, sama halnya dengan bulan. Keduanya berusaha untuk menampilkan keindahannya masing-masing.

"Jika kau penasaran, kenapa tidak ikut saja denganku?" ajak Tiwaz Re.

"Jika kau tidak keberatan, izinkan aku ikut!"

Saat diajak untuk ikut, tanpa pikir panjang, Etzell langsung menerima ajakan dari Tiwaz Re. Alasan Etzell melakukannya, itu karena dia ingin mendengarkan penjelasan dari Tiwaz Re atas apa yang telah terjadi padanya. Singkatnya, Etzell hanya penasaran.

"Siapa namamu, anak muda?" tanya Tiwaz Re.

"Umm.. namaku Jizi Etzell, panggil saja Etzell!"

"Oh, senang bertemu denganmu, Etzell! Aku Tiwaz Re, tolong panggil aku dengan lengkap agar terdengar keren!"

"Baik, Tiwaz Re!"

Sebelum pergi ke tempat rahasia, mereka sempat berkenalan satu sama lain terlebih dahulu. Setelah melakukannya, barulah mereka pergi dengan berjalan kaki.

"Seharusnya manusia biasa tidak dapat lagi melihat Monster, tapi sepertinya kau bisa melihatnya," ucap Tiwaz Re.

"Iya, sepertinya, aku juga tidak mengerti," balas Etzell.

Selagi diperjalanan menuju tempat rahasia itu, Tiwaz Re membicarakan beberapa hal tentang Monster. Walaupun Etzell tidak mengerti sama sekali, dia tetap merespon dan mendengarkannya dengan serius.

"Manusia telah berevolusi menjadi tahap akhir, yaitu tahap dimana mereka bisa hidup damai tanpa berhubungan dengan Monster. Tapi kurasa kau tidak berevolusi ke tahap akhir, dan mungkin kau memiliki Monster Energy?" kata Tiwaz Re sedikit bingung.

"Monster Energy?! Perempuan itu juga mengatakan hal yang sama padaku," balas Etzell.

Mendengar kata Monster Energy, Etzell langsung bersemangat karena dia juga sempat mendengar kata-kata itu dari perempuan yang telah menyerangnya tadi.

"Monster Energy, itu adalah sebuah energi terkutuk yang berasal dari Monster. Dan manusia yang berevolusi ke tahap akhir tidak mungkin memilikinya, bahkan melihatnya saja sudah tidak mungkin," Tiwaz Re menjelaskan.

"Dengan menggunakan Monster Energy, kau bisa menguasai beberapa teknik yang digunakan untuk membasmi Monster. Contohnya saja adalah teknikku ini, kau akan mengetahuinya setelah memasuki penghalangku," sambungnya.

Mendengar kata penghalang, Etzell kembali merasa semakin bingung dengan apa yang dibicarakan oleh Tiwaz Re. Namun pada akhirnya, dia memutuskan untuk terus mengikutinya.

"Penghalang?"

"Ya, ngomong-ngomong, kita sudah sampai!"

Mereka berhenti tepat di depan gedung tua. Itu tampak terbengkalai dan tidak terawat, bahkan banyak tanaman liar yang tumbuh di sekitarnya. Suara-suara jangkrik dan beberapa hewan lainnya juga terdengar di tempat ini.

Setelah melihatnya, Etzell semakin bingung.

"Barier!"

Saat Tiwaz Re mengatakan "Barier!". Sebuah barier besar berbentuk setengah lingkaran terbentuk. Barier itu sangat terang sampai menyilaukan mata Etzell.

"Wah!! Kenapa silau sekali?"

Barier milik Tiwaz Re memang sangat menyilaukan ketika pertama kali dilihat, karena Monster Energy yang digunakan untuk membuat barier juga sangat besar.

"Buka matamu, Etzell!" perintah Tiwaz Re.

Beberapa detik telah berlalu. Saat diperintahkan untuk membuka matanya, Etzell pun melakukannya. Dan sekarang, tidak ada yang terlihat menyilaukan lagi di matanya. Barier itu hanya terlihat seperti berwarna kuning kecoklatan sekarang.

"Apa ini?"

"Ini sebuah penghalang yang menghalau semuanya untuk masuk ke dalam."

"Menghalau? Itu berarti aku tidak bisa masuk ke dalam gedung tua ini?"

"Tepat sekali. Sekarang, peganglah barier ini!"

"Baiklah!"

Melakukan apa yang diperintahkan oleh Tiwaz Re, Etzell mulai menggerakkan tangan kanannya ke barier besar berwarna kuning kecoklatan ini. Hingga saat tangannya hendak menyentuh barier besar itu...

"AW!"

Tangan Etzell terpental dan itu cukup untuk membuatnya terkejut. Tidak hanya itu, jantungnya juga serasa hampir lepas karena tekanan yang dialaminya secara tiba-tiba.

"Kau lihat? Semua hal yang mencoba untuk melewati barier ini akan terpental begitu saja. Tetapi pertanyaannya, jika aku berjalan melewati barier ini, apakah aku juga akan terpental?"

"Mungkin kau akan mengalami hal yang sama."

"Tidak boleh ragu, jawabannya hanya ya dan tidak!"

"Aku mengerti, jawabannya adalah ya, kau akan terpental!"

Saat dipertegas oleh Tiwaz Re, Etzell pun menjawab pertanyaannya dengan penuh keyakinan.

"Sayang sekali, jawabannya adalah tidak. Tetapi walaupun begitu, setidaknya kau menjawabnya tanpa keraguan. Lihat aku!"

Tiwaz Re mulai berjalan ke arah barier besar itu. Dia berjalan dengan sangat santai, dan sesuai perkataannya dia berhasil melewatinya begitu saja tanpa terpental sedikitpun. Kini mereka berdua terpisah oleh barier.

"Wah, hebat! Bagaimana bisa?"

Etzell yang kagum melihatnya pun langsung menanyakannya.

"Akulah yang menciptakan barier ini. Singkatnya, ini seperti rumahmu sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh beberapa orang yang kau izinkan saja. Ketika ada orang atau makhluk asing yang tiba-tiba masuk, maka kau pasti akan merasa terganggu. Nah, sama seperti barier ini, dia akan merespon rasa terganggu itu dengan penolakan kasar."

"Aku tidak mengerti."

Walaupun Tiwaz Re sudah menjelaskannya dengan panjang lebar, Etzell tetap tidak mengerti.

"Tidak masalah jika kau tidak mengerti. Sekarang masuklah! Barier, Open!"

Setelah Tiwaz Re mengatakan "Barier, Open!", barier besar itu langsung berlubang di bagian dekat Etzell berada dan membentuk seperti sebuah pintu masuk.

Walaupun sempat ragu-ragu, pada akhirnya Etzell tetap berjalan masuk ke dalamnya. Dan kali ini, dia bisa melewatinya tanpa terpental sama seperti Tiwaz Re.

"Wah, hampir saja!" kata Etzell.

"Kau tidak akan terpental karena aku sudah mengizinkanmu untuk masuk," balas Tiwaz Re.

"Ya, terima kasih!"

Kini mereka berdua tidak dipisahkan lagi oleh sebuah barier.

"Etzell, mungkin kau memiliki banyak pertanyaan di kepalamu. Tetapi sayang sekali, aku tidak bisa menjawabnya, karena aku masih memiliki urusan lain untuk membasmi Monster."

"Eh?! Lalu kenapa kau membawaku masuk kesini?"

Sesaat setelah Etzell bertanya seperti itu. Tatapan Tiwaz Re mendadak menjadi serius dan itu membuatnya tidak berani menatap ke arah Tiwaz Re.

"Baiklah, Jizi Etzell, biar kutanyakan padamu. Kau ingin menjalani hidup normal atau menjalani hidup untuk berurusan dengan banyak Monster?" tanya Tiwaz Re.

"Maaf, tapi aku masih tidak mengerti," jawab Etzell.

"Mengerti atau tidak mengerti, kau tetap harus memilihnya!" tegas Tiwaz Re.

Dengan perasaan bingung, Etzell menatap Tiwaz Re yang tatapannya semakin menajam. Seolah-olah tidak bisa berpaling, Etzell juga menatap Tiwaz Re dengan tajam.

"Jika kau memilih hidup normal, aku tidak bisa menjamin kalau kau bisa hidup normal selamanya, alasannya karena kau bisa melihat Monster. Faktanya, jika kau bisa melihat Monster, maka kau tidak memiliki pilihan lain selain berurusan dengan mereka, karena para Monster akan terus mengejar hingga kau mati," jelas Tiwaz Re.

"Jika kau memilih hidup untuk berurusan dengan banyak Monster, maka aku akan mengajarimu tentang berbagai hal baru seperti Monster Energy, teknik khusus, dan yang lainnya," sambungnya.

"Jadi pada akhirnya, aku harus melawan para Monster?" tanya Etzell.

"Ya, begitulah," jawab Tiwaz Re singkat.

Etzell memang merasa takut jika mengingat kejadian sore tadi, apalagi jika membayangkan harus melawan para Monster lainnya yang sama mengerikannya. Akan tetapi, jika memang itu satu-satunya pilihan...

"Tiwaz Re, tolong ajari aku berbagai hal dan cara untuk menghadapi Monster!"

Maka Etzell memutuskan untuk menjalani hidup sambil berurusan dengan banyak Monster.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!