Chapter 14

Berhari - hari telah berlalu dan tidak merubah keadaan. Hwangsun beserta pengikutnya, semakin menjadi dan mengacaukan kota. Sementara, Jinhoo dan para saudaranya malah menambah korban di pinggiran kota. Karena tempat itu, akan menjadi tempat proyek perusahaan milik Hwangsun.

Sedangkan Raeyoo yang baru saja pulang dari Kuil. Merasa aneh dengan suasana kota yang semakin sepi, dan mencekam.

"Jangan heran melihat suasana kota semakin sepi." ucap Haksun menyadarkan lamunan Raeyoo.

"Banyak orang yang melarang putrinya untuk keluar rumah." lanjutnya sambil menatap jendela dari rumahnya.

"Oppa tidak berani keluar juga?" tanya Raeyoo sedikit menggoda kakaknya.

"Aku belajar untuk masuk universitas, jadi aku mana sempat keluar rumah. Apalagi sekarang, Appa sedang di luar negeri mengerjakan penelitiannya." jelas Haksun.

"Menjadi manusia bereinkarnasi dan memiliki kekuatan super. Sungguh tidak mengenakan, ya?" ujar Raeyoo lesu.

"Kau percaya takdir tidak, Rae?" tanya Haksun kepada adiknya.

"Percaya," jawab Raeyoo singkat.

"Mungkin karena urusan kalian di dunia ini belum terselesaikan. Makanya kenapa kalian bertujuh bereinkarnasi kembali. Dan takdir itu, menunjuk kepada kalian. Agar bisa menyelesaikannya." jelas Haksun.

"Apa aku bisa, Oppa?" tanya Raeyoo sendu.

Haksun merangkul pundak adiknya, dan mengelus rambut adiknya.

"Oppa yakin, kau pasti bisa. Hwaiting..." Haksun memberikan semangat.

***

Keesokan harinya saat sekolah mulai masuk. Suasana biasa ramai, kini mulai sepi seperti sekolah itu tak ada kehidupan. Raeyoo berjalan menuju kelasnya, sambil membawa setangkai bunga krisan putih. Sesampai di kelasnya, Raeyoo meletakkan bunga krisan itu di meja Jieul. Sesekali, Reayoo mengusap air matanya dan menatap foto sahabatnya yang terpajang di mejanya.

"Maaf, baru sekarang aku memberi bunga kepadamu. Semoga kau di sana, bisa bertemu Appamu dan Oppamu. Lee Jieul...," ucapnya lirih.

Lee Jieul juga menjadi salah satu korban, tingkah Hwngsun yang semakin liar. Raeyoo tidak menyangka, sahabat baiknya menjadi korban juga.

"Sudah, masih ada aku yang menjadi sahabatmu." Kevin baru saja meletakkan bunga itu juga, dan merangkul sahabatnya.

Satu per satu teman Raeyoo satu kelas berdatangan, dan meletakkan bunga krisan putih di sana. Sedangkan Raeyoo, dia memilih pindah bangku. Karena dia masih berduka.

"Ini sudah tidak bisa dibiarkan, semakin hari koban semakin banyak. Bahkan murid-murid perempuan di sekolah kita semakin hari semakin berkurang." jelas Kevin sendu.

"Siapapun pelakunya, pasti bukan orang biasa." ucap Boomsun kesal.

"Yang jelas bukan manusia biasa, mereka reinkarnasi dari keturunan raja kegelapan." ujar Kevin ketus.

"Ternyata masih ada manusia begitu," balas Boomsun tak percaya.

"Makanya mulai sekarang kau dan yang lain harus hati-hati mulai sekarang. Karena kita tidak tahu, siapa korban selanjutnya." Raeyoo memperingati teman - temannya.

Boomsun dan yang lain hanya menganggukkan kepalanya, dan berharap tidak ada lagi korban lagi di sekolah mereka.

***

Sementara itu, di kelas yang lain Victor tersenyum menyeringai. Melihat korban - koban berjatuhan, di tambah para pengikutnya semakin hari bertambah dengan kekuatan brain wash mereka.

"Akhirnya, sebentar lagi seluruh kota akan menjadi gelap. Dan saat itu juga, kekuatanku semakin bertambah. Hahahaha... " ucapnya dengan tertawa.

Sedangkan Jinhoo hanya bisa meratapi nasibnya, karena Hwansun memberi tantangan membunuh reinkarnasi putri mahkota. Dan tak lain adalah Kim Rae Yoo, gadis pujaan selama ini. Bukannya Jinhoo menolak, namun membunuh Raeyoo sangatlah sulit. Di tambah luka yang ada di lehernya semakin hari semakin memar. Jinhoo tidak tahu, apakah ini kekuatan Raeyoo ketika sedang marah. Kalau benar, Jinhoo siap - siap kehilangan nyawanya kembali.

"Lukamu belum sembuh, hyung?" tanya Hyungi meriksa leher Jinhoo semakin memar.

"Oemma dan Ahjussi, mereka juga pernah mencoba untuk menyembuhkan. Tapi luka ini, seperti bom waktu yang kapan saja meledak." jawab Jinhoo.

"Wah, yang memberikan luka itu perempuan yang sangat hebat. Jadi teringat, waktu kita di kehidupan sebelumnya. Dadamu di tendang oleh Putri mahkota, bekas lukamu tidak pernah hilang sampai seumur hidupmu." jelas Hyungi.

"Dan luka kali ini, lebih menyakitkan dari luka di dada." balas Jinhoo datar.

"Aku sudah bilang kepadamu, bukan? Jangan pernah, mencintai gadis itu." Hyungi menatap tajam kakaknya itu.

"Namun bagaimana jika hati ini, tak bisa dibohongi. Hyungi?" Jinhoo menyentuh dadanya karena selama ini dia menahan semua perasaannya. Namun selalu gagal di ucapkan.

"Simpan saja cintamu itu, hyung. Jika ingin selamat, dan menguasai dunia ini." ucap Hyungi tajam kepada Jinhoo.

Jinhoo hanya menghela nafasnya, karena omongan para saudaranya seperti tidak memahami bagaimana rasanya memendam perasaan yang selama ini tumbuh di hatinya.

***

Bersambung....

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!