Chapter 13

Jaehyuk mulai membuka matanya setelah dia tidak sadarkan diri. Dia mengamati seluruh ruangan tempat dia berbaring.

"Aish, masih di sini ternyata." ucapnya perlahan-lahan bangun dari baringnya.

"Kau sudah sadar, anak muda." ucap Biksu Yong membawa nampan berisi makanan untuk Jaehyuk.

"Biksu Yong, kemana semua adikku?" tanya Jaehyuk saat Biksu Yong meletakkan nampan di meja dekat tempat tidur.

"Mereka berada di kamarnya masing-masing, dan mereka juga sudah sadar." jawab Biksu Yong.

"Kalian tinggallah di sini selama liburan," lanjutnya kepada Jaehyuk.

"Tinggal di sini selama liburan?" tanya Jaehyuk.

"Cakra indra kalian baru dibuka oleh Biku Shin. Butuh waktu lama, untuk pemulihan tubuh kalian. Kalian nanti bisa belajar di sini untuk meluangkan waktu." jelas Biksu Yong.

Jaehyuk sedikit khawatir, kalau dia dan yang lain tinggal di sini selama liburan. Maka aura kegelapan di kota Seoul semakin meningkat, dan kedua orangtuanya dalam bahaya.

"Kau jangan khawatir, Jaehyuk. Keluarga kalian semua, sudah kami lindungi dengan perisai teratai Raja." Biksu Yong tahu apa yang di pikirkan oleh Jaehyuk.

"Terimakasih, biksu Yong." ucap Jaehyuk sedikit lebih tenang.

"Sekarang kau makanlah, jika perlu apa-apa kau bisa mencariku di kuil seberang kamar ini." ucap Biksu menyuruh Jaehyuk makan.

Setelah Biksu Yong berpamitan, Jaehyuk mulai meraih sumpitnya dan membuka makanan yang sudah tersaji. Melihat makanannya yang enak, tanpa berpikir panjang dia langsung melahap makanan itu.

***

Setelah merasa kenyang, Jaehyuk keluar dari kamarnya terdapat keenam anak yang sudah dia anggap adiknya sendiri sedang duduk di teras ruangan masing-masing.

"Kalian sedang apa?" tanya Jaehyuk.

Sedang melihat bunga matahari itu, hyung." tunjuk Samuel ke arah pot besar berisi satu bunga matahari berukuran jumbo.

"Indah sekali," ucap Jaehyuk kagum

"Memang indah, tapi para biksu bilang bunga itu akan lebih indah jika terkena sinar bulan purnama." balas Raeyoo.

Jaehyuk hanya bisa menganggukkan kepalanya, sambil bersandar di tiang kuil.

"Kalian khawatir tidak, setelah kita pulang ke rumah masing-masing. Ada kejadian di luar nalar kita?" tanya Jaehyuk.

"Selama perisai bunga teratai Raja belum menghilang. Aku yakin semua baik - baik saja," tanggap Bangjin

"Tapi tidak tahu dengan sekolahku dengan Raeyoo. Karena beberapa terakhir ini, aura kegelapan semakin pekat." ujar Kevin.

"Itu karena Jinhoo sunbaenim, sudah mulai menunjukkan aslinya." balas Raeyoo menatap Kevin.

"Kita harus hati-hati dengan Jinhoo dan saudaranya di sekolah. Karena aura devil mereka, semakin tidak terkendali. Di tambah Selir Choi, sudah bangkit kembali dengan tubuh yang baru." jelas Raeyoo.

"Aish, tidak di masa lalu, tidak di masa sekarang. Mereka tetap saja membuat kita hidup tak tenang." umpat Bangjin.

"Namanya juga para penganut ilmu gelap, hyung." jawab Jung-Il.

Tanpa terasa saat mereka asik berbicara, di atas langit bulan purnama memancarkan cahayanya, dan menyinari Bunga Matahari peninggalan era Joseon itu.

"Hyung, noona. Lihat bunganya," tunjuk Samuel.

Mereka berenam mengalihkan pandangannya ke arah Samuel tuju.

"Kenapa melihat bunga ini, hatiku terasa bergetar?" lirih Kevin memegang dadanya.

"Sama aku juga," jawab Raeyoo.

"Juga," ucap yang lain.

Sementara Biku Shin, hanya menitikan air matanya ketika melihat mereka bertujuh. Dia juga memegang lukisan era Joseon, gambar para putra mahkota dan putri mahkota sedang memandang bulan purnama sambil mengelilingi sebuah pot bunga matahari yang baru saja tumbuh.

"Bulan purnama menunjukkan Ratu Haeji, dan bunga matahari adalah cucunya. Sungguh pemandangan yang sangat langkah setalah berabad-abad." lirih Biku Shin.

***

Sementara di kediaman Hwangsun, wanita itu sangat marah ketika bulan purnama merah yang seharusnya datang hari ini. Justru bulan purnama sempurna berwarna terang dan bersih.

"Sial, Ratu Haeji menghalangiku untuk mendapatkan kekuatanku!" amarahnya.

"Kalau tiga purnama ini gagal, kekuatanku akan musnah dan anak-anakku akan menjadi manusia biasa." geramnya dengan matanya menyala api.

"Cuma aku membunuhnya dulu, arrrggghhh...!!! teriaknya histeris.

Sementara di tempat lain, Hosun dan Nam-il mulai merasakan ke sakitan ketika bulan purnama menyinari mereka.

" Kurang ajar, seharusnya hari ini bulan purnama merah. Kenapa yang muncul bulan purnama wrna terang." geram Hosun.

"Cakra indra mereka terbuka, Hosoen." ucap Nam-il sambil menahan rasa sakit di dadanya.

"Keparat, mereka benar-benar ingin mati rupanya." Hoseon mengeluarkan asap gelap di dalam tubuhnya.

"Jangan Hoseon, perisai teratai raja akan membuat tubuhmu hancur dengan sia-sia." cegah Nam-il.

"Aku sudah tidak tahan lagi menyerang mereka, Nam-Il." emosi Hoseon.

"Kembalikan asapmu itu ketempat semula, Hoseon. Percuma kau mencari mereka, dan menyerang mereka." ucap Hyungi datang dengan teleportasinya.

"Hyung, kenapa dengan kedua sudut bibirmu itu?" tanya Nam-il terkejut melihat kedua sudut bibir Hyungi terdapat bercak darah.

"Gara-gara bulan purnama ini, aku menjadi 'haus' jadi 'Peliharaan'ku setelah auranya aku hisap. Darahnya aku teguk juga sampai kering." jelas Hyungi santai.

"Kalau kau haus, aku dan Hoseon kesakitan. Sementara yang lain?" Nam-il berpikir dan tiba-tiba membulat kan matanya.

"Benar sekali, mereka akan seperti Jinhoo hyung." ucap Hyungi mengerti apa yang di pikirkan Nam-il.

"Pasti besok ada berita yang menggemparkan di berita. Semoga saja mereka tidak terekam," ucap Hoseon setelah mengembalikan asap hitamnya.

"Semoga saja," ucap dingin Hyungi.

Sementara di tengah kota, semua orang berlarian ketika angin asap hitam pekat menelan gadis - gadis yang sedang berlarian menyelamatkan diri. Setelah menelan para gadis itu, oleh asap itu seperti dimuntahkan dengan kondisi sangat mengenaskan.

Sontak saja, membuat Haksun yang baru saja pulang dari mini market langsung bersembunyi ke tempat aman. Karena di pandangannya justru bukan asap tapi Jinhoo dengan ketiga adiknya.

"Setidaknya, aku masih memiliki perisai teratai sejak lahir. Jadi aku tahu, siapa mereka." lirihnya pelan sambil mengintip mereka dari arah jauh.

"Rae-ah, kau kapan pulang? Kota sedang tidak baik-baik saja." Haksun menghubungi Raeyoo.

"Syukurlah, kau di sana. Kau dan yang lain jangan pulang dulu. Sebelum situasi membaik, okey." tutup Haksun kepada adiknya.

Beberapa menit kemudian, angin asap hitam itu menghilang dan semua orang keluar dari tempat persembunyiannya.

"Aish, sial." ucap Haksun ingin muntah karena di sepanjang jalan banyak mayat para gadis yang bergelimpangan dengan kondisi sangat mengenaskan.

Ada ibu menangis histeris, ketika putrinya ikut menjadi korban asap tadi. Ada sang kakak kehilangan kedua adik kembarnya yang sudah tak berbentuk lagi. Dan paling parah ada suami yang meratapi istrinya yang sedang mengandung 7 bulan. Namun sayang, sang istri tewas dengan perut terkoyak tanpa jan*n.

"Dasar anak-anak itu, korbannya sangat banyak." kesal Haksun.

***

Setalah mengacaukan isi kota, Jinhoo, Victor, Jimyun, dan Jeon mengistirahatkan tubuh mereka sambil menunggu bola mata mereka berubah menjadi manusia normal kecuali Victor. Laki-laki itu bola matanya akan tetap sama ketika sudah selesai berubah.

"Victor, seharusnya kau jangan makan jan*n itu. Cukup aura tubuh ibunya. Kau mau kekuatamu akan melemah." Jinhoo memeringatkan adiknya itu.

"Maaf, hyung. Aku kelepasan tadi," ucapnya santai tanpa bersalah.

"Sudah, kita istirahat dulu. Sampai berita itu mereda, kit kembali lagi seperti biasa. Cukup hari ini, kita membuat kacau kota." ucap Jeon.

Sementara Hwangsun yang mendengar pembicaraan keempat putranya hanya menyeringai senang. Karena tidak sia - sia dia membuka sifat liar mereka yang selama ini mereka tahan.

*****

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kania Rahman

Kania Rahman

semoga cepat di hancurkan,, semangat 👍👍

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!