Chapter 3

Istana Gyeongbok adalah sebuah istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul (Gangbuk), Korea Selatan. Istana ini termasuk dari lima istana besar dan merupakan yang terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon.

Sebagai istana utama, Istana Gyeongbok merupakan pusat pemerintahan yang dikelilingi oleh kuil leluhur, altar kurban dan kantor-kantor pemerintahan. Namun, istana yang disukai dan ditempati lebih lama adalah Changdeok. Saat Dinasti Joseon berakhir pada tahun 1910, Istana Changdeok dijadikan aset pemerintah dan dibuka untuk umum.

(Sumber : Wikipedia)

Kevin menitikkan air matanya saat memasuki istana ini. Entah kenapa ada kerinduan mendalam, ketika dia menginjakkan kaki di tempat ini. Dulu, sewaktu dia SMP, dia sempat pingsan di Istana Changdeok. Sekarang, dia kembali lagi ke kompleks yang sama namun di Istana utama.

"Kenapa kau menangis di tempat ini?" tanya seorang gadis dengan nada dingin.

Kevin menengok ke sumber suara, ternyata ada gadis lawan main basketnya dari Nadam Internasional High School.

"Bukan urusanmu," jawab Kevin singkat.

"Ketika ada orang menangis di Istana Utama, apalagi di ruangan singgasana tahta. Pasti ada kaitannya, dengan masa lampau terbawa masa sekarang." jelas gadis itu yang tak lain adalah Raeyoo.

"Yak! Seingat aku murid Nadam Internasional High School, bukan di Istana ini melainkan di Taman Istana melaksanakan study tour." jawab Kevin berusaha mengalihkan topik.

"Ada sesuatu yang bergejolak di dadaku, membuat aku datang ke sini." balas Raeyoo

Kemudian, gadis itu menengok pergelangan tangan kanan Kevin, dan menemukan sesuatu.

"Tanda lahirmu kenapa sama denganku?" tanya Raeyoo.

Kevin menyadari, langsung menyembunyikan pergelangan tangannya di balik punggung.

"I... itu bukan urusanmu," ucap Kevin gugup.

"Aku tak tahu apakah kita dulu saudara apa bukan. Tapi, setiap kita tanding rasanya aku ingin sekali melindungi dirimu." jelas Raeyoo.

"Itu hanya perasaanmu saja mungkin." ucap Kevin mengelak.

Raeyoo menghela nafas kasar, dan mengalihkan pandangannya di lukisan ruangan itu.

"Sepertinya kau mirip dengan pangeran Hyun." tunjuk Raeyoo dan meninggalkan Kevin.

"Aish, kenapa lukisan itu sangat mirip dengan sih?" ucap Kevin kesal setelah memperhatikan lukisan itu.

***

Beberapa jam setelah study tour mengelilingi Istana. Tiba - tina ada angin kencang seperti ****** beliung menghampiri peserta study tour dari Nadam Internasional Senior High School mau Garam Senior High School yang sedang beristirahat di sekitaran Istana. Entah siapa yang mengendalikan angin itu, dengan secara tiba-tiba mata Raeyoo maupun mata Kevin mengeluarkan cahaya biru, dan mereka menghadapi angin itu.

"Raeyoo haksaeng*, kau jangan mendekati angin itu." peringat gurunya kepada Raeyoo.

(*Haksaen \= murid)

Namun Raeyoo tidak memperdulikan ucapan gurunya. Dengan jentikan jarinya, seolah-olah waktu terhenti dan angin itu terus bergerak.

"Victor!" teriak Raeyoo lantang.

Sementara, sang pengendali angin hanya tersenyum sinis melihat amarah Raeyoo. Di balik cahaya mata gadis itu, terdapat nyala api siap menyerang.

Namun dari arah kejauhan, sebuah batuan es menerjang tubuh Victor sehingga angin yang di kendalikan Victor terhenti.

"Siapa kau kep*rat? Kenapa kau menganggu kesenanganku?!" ucap Victor kesal.

"Hei, manusia mata vampir. Sekali kau menganggu saudaraku, kau akan menjadi abu seperti ibumu dulu." ucap nada dingin seseorang yang tak lain Kevin.

Keadaan Kevin memang sama dengan Raeyoo, sama mengeluarkan kekuatannya. Namun bedanya, Kevin dalam di alam bawah sadarnya.

"Aish, kalian berdua. Tidak di masa dulu, maupun masa sekarang. Masih tetap saja, mengacaukan segalanya." geram Victor sesaat kemudian dia menggunakan jurus menghilangnya.

Setelah Victor menghilang, cahaya dari mata Kevin dan Raeyoo padam. Kemudian, secara bersamaan mereka berdua limbung ke tanah, dan saat itu juga waktu yang di hentikan Raeyoo berjalan kembali.

"Astaga, kenapa dengan mereka mereka berdua?" ucap guru mereka berlari ke arah Raeyoo maupun Kevin.

Banyak yang menyaksikan, kejadian itu terutama murid dari masing-masing sekolah. Namun tidak dengan seseorang pria dengan berpakaian jas kantor yang sempat memperhatikan tanda lahir di pergelangan dua siswa itu.

"Tidak mungkin, apakah ramalan para cenayang dulu benar-benar terjadi?" ucapnya terkejut.

Orang itu adalah Park Hyun Wook, seorang ilmuwan yang sedang meneliti legenda Raja pada dinasty Joseon.

"Tanda lahir itu, seperti milik putra dan putri mahkota. Tanda lahir, berbentuk bunga matahari bertangkai naga. Ini masih dua orang, kemana kelimanya yang lain. Seharusnya mereka ada tujuh." gumamnya penasaran.

***

Berita tentang angin misterius, dan pingsannya dua pelajar di Istana peninggalan dinasty Joseon. Mulai menjadi tranding topik di semua platform media sosial maupun breaking news di televisi. Jaehyuk yang melihat berita itu di kantin kampus langsung menghubungi Bangjin.

"Kita bertemu tempat biasanya, Bangjin - ah." ucapnya melalui telepon.

Sementara di tempat sekolah lain, Jungil juga melihat berita itu, dan dia penasaran dengan kedua siswa yang pingsan itu. Karena dia sempat melihat tanda di pergelangan tangan kedua siswa itu.

"Aigoo..., kenapa juga ada angin misterius itu di tempat bersejarah?" celetuk Hyukjin.

"Kau tidak ada keanehan, Jin-ah?" tanya Hyukjin.

"Ya, mungkin hanya perubahan alam yang mendadak." jawab Hyukjin santai.

Ingin sekali Jungil menyadarkan sahabatnya satu itu tentang keanehan yang terjadi. Karena menurut Jungil, itu peristiwa di luar nalar dan logika. Beda sekali apa yang dikatakan Hyukjin.

Berbeda dengan Jungil dan Hyukjin, di sebuah rumah sederhana Samuel melihat berita tentang Angin misterius itu, dan melihat wajah kedua siswa yang pingsan itu. Sontak saja, air matanya mengalir deras karena ada kerinduan yang mendalam ketika melihat wajah itu.

"Noona, Hyung..., Aku rindu kalian. Hiks.. hiks.." ucapnya tanpa sadar.

Sementara orang tua Samuel, merasa heran apa yang di katakan anaknya itu.

"Kenapa terjadi lagi, Oppa?" lirih Ibu Samuel kepada suaminya.

"Ini semua karena takdir, Natalie. Kau ingat kata kakek tua ketika kau hamil Samuel? Kita tidak tidak bisa mengubah takdir seorang titisan dari masa lalu. Karena ikatan batin mereka sangat kuat. Sampai mereka bereinkarnasi berkali-kali pun, takdir akan tetap sama." ucap Changhyun kepada istrinya.

"Tapi, kita harus bagaimana?" tanya Natalie.

"Aku akan mencari tahu, tentang kedua orang tua siswa itu. Siapa tahu, mereka bisa kerja sama tentang anak - anak itu." usulnya dan menangkan Natalie.

Natalie hanya bisa menganggukkan kepalanya, atas usulan suaminya itu. Karena mereka sudah lelah, dengan keanehan sang anak mulai sejak kecil hingga beranjak remaja.

Keanehan itu berawal, ketika Samuel baru bisa berbicara ketika anak itu mengatakan akan ada pencuri di rumahnya, dan benar saja satu jam setelahnya terjadi pencurian di rumah itu.

Keanehan lainnya, ketika Samuel berusia 5 tahun. Ketika itu, Samuel marah besar kepada orang dewasa mengerjai temannya. Dengan sekali hantaman dari tangan mungil Samuel, orang itu terpental jauh, dan jangan lupa ada api yang menyala di bola matanya ketika dia marah besar.

*****

Bersambung....

jangan lupa like komennya supaya bisa lanjut ceritanya.

Terpopuler

Comments

Kania Rahman

Kania Rahman

lanjut thor,, tetap semangat 👍👍

2023-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!