Sami memicu mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah. Hatinya sudah tak tenang lagi. Ia sudah tak mampu lagi menunggu lebih lama. Naya sama sekali tak menggubris panggilannya. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi wanita itu namun tetap tak ada reaksi apapun. Apa sebenarnya yang tengah di lakoni sang istri saat ini? Apa ia sedang sibuk dengan dunianya? Sami membuang nafas berat. Rasanya ia tak ingin percaya fakta yang telah ia dapatkan tadi siang. Sungguh ia tak pernah mengira hal seburuk itu menjadi penyebab runtuhnya kehangatan cinta diantara mereka. Sami berkali-kali mencoba untuk mencerna apa yang sedang tejadi pada rumah tangganya. Sepelik inikah hidupnya kini?
Sami memarkirkan kendaraannya begitu saja di halaman rumah. Bunyi decitan mobil yang terdengar nyaring memicu tatapan heran dari security yang berjaga di pos depan. Mereka menatap heran sang pemilik rumah yang tiba-tiba saja datang tanpa diduga dengan kecepatan yang tidak biasa. Begitu Sami turun dari mobil terdengar dentuman keras dari pintu mobil. Sami membantingnya begitu saja untuk meluapkan rasa hatinya yang tengah dibakar amarah saat ini.
"Papa.." Panggilan riang dari Kiara langsung menyambut kedatangan Sami di ruang tamu. Putri kecilnya yang lucu tersenyum senang melihat kedatangan sang papa di rumah.
"Sayang.." Sami tersenyum hangat menyambut pelukan hangat putrinya. Kiara berhamburan memeluk tubuh sang papa dengan sangat erat.
"Kia kangen sama papa. Kok papa baru pulang sekarang?" Ujar Kiara dengan suara manja. Ia menatap Sami dengan wajah sendu. Sudah beberapa hari ia tak melihat Sami di rumah. Rasa rindu akan sosok seorang ayah begitu terasa di hati Kiara.
"Maafin papa ya sayang. Papa baru bisa ketemu Kia hari ini. Kemarin papa kesini mau ketemu Kia tapi Kia nggak ada di rumah. Kia kemana aja kemarin? Hmm?" Tanya Sami sembari membelai rambut panjang Kiara. Menatap wajah putri kecilnya yang imut. Mata bulat dengan bulu mata lentik itu mengerjap beberapa kali sembari tersenyum lebar.
"Ooh papa kemarin kesini nyariin Kia? Kok papa nggak bilang-bilang?"
"Emang kemarin Kia ngapain aja? Kemana?"
"Kia kemarin les piano pa. Habis itu main bentar sama si mbak. Kiara tungguin kemarin papa nggak dateng-dateng. Kata mama, papa pulangnya malem terus." Gadis kecilnya itu mulai merajuk. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Sami.
"Papa jangan pergi-pergi lagi ya. Kalo papa pergi, jangan lama-lama. Kia juga kangen mau main sama papa sama mama."
Kalimat itu membuat perasaan Sami jadi makin tak karuan. Ia makin merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan rumah dalam waktu lama. Sudah banyak waktu terbuang percuma. Sami terlalu sibuk diluar. Ia sudah terlalu larut dalam pekerjaan yang tiada pernah ada habisnya. Melihat wajah sendu Kiara menimbulkan rasa nyeri yang tiba-tiba saja menelusup ke dalam hati. Sami menarik nafas berat sembari membelai rambut ikal milik sang putri. Ia mengecup hangat pucuk kepala gadis kecil itu.
""Maafin papa ya Kia. Papa janji nggak pergi-pergi lagi."
"Beneran pa?" Tanya Kiara dengan mata berbinar. Rasanya ia tak percaya sang papa menuruti apa maunya.
"Iya papa nggak bohong." Ucap Sami dengan tersenyum sumringah menatap manik mata gadis kecilnya yang berbinar indah.
"Yeah." Kiara bersorak dengan gembira.
"Kalo gitu bilang sama papa, mama mana?" Tanya Sami akhirnya sembari membelai lembut pipi gembul Kiara.
"Mama nggak ada di rumah pa. Kia belum ada ketemu sama mama."
Mendengar jawaban lugu sang anak, membuat Sami menghela nafas panjang. Tatapannya kini beralih pada baby sitter yang mengasuh Kiara.
"Ibu belum pulang pak. Beliau pergi udah dari tadi pagi." Petugas baby sitter yang dipercayakan oleh Sami mengasuh sang putri langsung memberi jawaban tanpa menunggu pertanyaan dari mulut Sami. Ia mengerti arti dari tatapan mata elang milik pria yang telah lama menjadi atasannya itu.
"Dari tadi pagi?" Sami mengulang tanya. Pengasuh yang biasa dipanggil si mbak itu langsung mengangguk.
"Iya pak dari tadi pagi."
"Ibu ada bilang kemana?" Selidik Sami dengan nada datar tanpa intimidasi.
"Beliau cuman bilang ada acara hari ini sama teman-temannya tapi nggak ada bilang acara apa." Jelas si mbak dengan berkata apa adanya.
Sami menarik nafas berat. Sungguh luar biasa wanita yang telah menjadi istrinya itu. Pergi sedari pagi meninggalkan rumah tanpa ada penjelasan? Apa ini sudah menjadi kebiasaannya?
"Apa ibu sering pergi lama seperti ini mbak? Sami kembali bertanya pada pengasuh putri kecilnya. Wanita paruh baya itu terdiam beberapa saat seperti enggan untuk menjawab pertanyaan itu dari suami majikannya. Ia sedikit meragu.
"Tolong jawab yang jujur mbak. Saya butuh jawaban itu. Ini sangat penting bagi saya."
"Tapi pak.."
"Tolong mbak." Sami setengah memohon. Ia menatap wanita paruh baya itu dengan mata elangnya yang berubah menjadi sendu.
"Benar pak. Ibu memang sering bepergian. Beliau jarang ada di rumah." Akhirnya jawaban itu keluar juga dari mulut si mbak. Sedetik kemudian timbul perasaan bersalah dalam hatinya. Entah kenapa ia menjadi merasa tidak enak hati melihat wajah Sami yang dirundung kekecewaan. Sami tertunduk dalam menahan rasa kecewa yang membuncah di dalam dada.
Suasana rumah hening beberapa saat setelah pengakuan itu terlontar dari mulut baby sitter. Sami mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamar. Mencoba menahan air mata yang tiba-tiba merebak. Memang tak salah lagi semua Fakta yang telah ia terima. Semuanya menjadi sangat masuk akal. Semua terasa sinkron dengan pernyataan yang baru saja ia dengar dari wanita yang biasa mengasuh sang putrinya setiap hari. Inilah kenyataan terpahit yang harus Sami terima. Sudah mulai nampak jelas kini segalanya.
Tak berapa lama terdengar deru mesin mobil dari halaman rumah. Sami mampu menangkap dengan jelas itu adalah kendaraan milik sang istri. Akhirnya wanita itu pulang juga. Sami mendesah pelan. Ia sudah cukup menunggu lama untuk bertemu Naya di kediaman mereka hari ini. Sudah saatnya mereka bicara serius empat mata. Ada banyak hal yang akan Sami bahas bersama sang istri. Pembahasan penting yang akan menentukan nasib pernikahan mereka yang sudah berada di ujung tanduk. Sayangnya Naya tidak mengira hal itu sama sekali. Ia melangkahkan kaki jenjangnya turun dari mobil dengan perasaan senang yang luar biasa karena telah menghabiskan banyak waktu untuk bersenang-senang diluar sana.
Dengan senyum manis yang mengembang dari wajah cantiknya, Naya menyapa sang suami dari pintu masuk.
"Mas udah pulang rupanya. Ada anak cantik mama juga." Suara Naya menyapa hangat keluarga kecilnya dengan langkah penuh percaya diri. Ia langsung bergelayut dengan manja di lengan sang suami tanpa peduli Sami menatapnya kini dengan tatapan yang sulit diartikan. Sami menatapi wajah sang istri dengan perasaan yang membuncah.
"Kiara main sama si mbak dulu ya di kamar. Papa mau ngomong sebentar sama mama. Nanti habis itu papa temenin main." Ujar Sami pada sang putri. Kalimat itu langsung membuat Naya menoleh ke arah Sami dengan tatapan sedikit heran.
"Ayo kita main di kamar Kia." Tanpa ragu lagi sang pengasuh langsung membawa Kiara menuju kamar. Meninggalkan sang pemilik rumah yang kini berdiri saling berhadapan. Entah apa yang akan mereka bicarakan. Hanya mereka yang tahu.
"Mas..." Naya memanggil lirih.
"Kita bicara di kamar saja."
Apa yang akan mereka bicarakan?? Apa yang akan terjadi setelah itu??
******TBC*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments