hasil penyelidikan

"kamu apa-apaan sih dek. Kenapa bilang kayak gitu sama kak Zeline?" tanya Sky kesal.

Jeje memandang ke arah nya tak mengerti, bukan kah tadi kakak nya sendiri yang meminta agar ia membantu Zeline menjadi kakak nya. Lalu salah Jeje dimana. Pikir bocah itu.

Sky memakaikan helm di kepala Jeje, ia membantu menaikkan Jeje di motor meskipun perasaan nya kesal. Namun, rasa sayang kepada adiknya lebih besar di banding dengan rasa kesal nya.

"lah kan kan kakak tadi yang bilang suruh bantuin bikin kak Zeline jadi kakak aku. salah nya dimana?" tanya Jeje.

Sky menghela nafas, seperti nya hal bod*h ketika ia berkata bahwa Zeline bisa menjadi kakak Jeje. Karena Jeje adalah bocah jujur dan polos yang akan selalu mengungkapkan apa yang ia ingin katakan.

"kalo kak Zeline justru ngejauh dari Jeje gimana kalo Jeje tanya kayak gitu?"

"emang salah ya? Kan Jeje cuma pengen kak Zeline jadi kakak aku aja"

Sky melajukan motor nya, niat hati ingin ke mall namun mood nya sudah berantakan.

sedang kan di dalam restoran sana, Zeline tak seperti Sky yang terlalu menganggap serius ucapan Jeje. bagi Zeline itu adalah omongan anak-anak yang tidak serius. Sebab biasanya anak-anak cenderung mengungkapkan apa yang ia inginkan meskipun ia sendiri tak paham dengan apa yang di katakan nya.

***

"Dedi kamu handle pekerjaan saya sebentar ya, saya mau ada urusan dan mungkin tidak akan kembali" ucap seorang pria kepada sang sekretaris.

Sekretaris nya hanya berkata iya menyanggupi. Ia tersenyum karena setelah ini pasti dia akan mendapat bonus. Sungguh sebuah keberuntungan ia bisa bekerja dan memiliki bos yang super royal kepada karyawan nya.

Pria dengan setelan jas yang mewah itu melajukan motor sport nya menuju ke sebuah restoran food o'clock. Pria itu menghentikan mobil nya di pelataran restoran. Ia turun dari mobil dan melangkah kan kaki lebar nya masuk ke restoran.

"selamat datang..." sapa seorang pelayan di depan pintu.

pria itu mengangguk dan mengedarkan pandangannya mencari bangku yang kosong. Tak lama ia menemukan tempat yang cocok, di pojok dan disana sedikit pengunjung.

"selamat datang om" sapa seorang pria dengan kemeja kotak-kotak menghampiri nya.

"selamat siang Bara, seperti nya restoran ini makin berkembang ya" ucap nya melihat sekeliling yang sudah ada kemajuan.

"ini juga berkat bantuan dari om"

"dimana Andra?"

"Andra sedang di belakang om, memberikan instruksi kepada karyawan baru"

Pria itu mengangguk kemudian melangkah kan kakinya ke kursi pojok. sedang Bara mengikuti pria itu dari belakang.

"mau pesan apa om?"

"seperti biasa ya."

Bara mengangguk, ia segera berlalu dan meninggalkan pria itu. Mendekati meja yang tak jauh dari sana Bara melirik ke arah dua pria yang tampak biasa saja meskipun sesekali melirik ke arah pria setengah baya yang baru duduk itu.

"mereka kenal sama pria breng*ek itu?" tanya pria yang memakai kemeja polos berwarna hijau.

"nggak tau, kayak nya setelah ini kita harus ketemu Sky deh" jawab temannya.

Pria berkemeja itu mengangguk, mereka segera menghabiskan makanan pesanan nya dan membayar nya lalu segera berlalu. Disaat mereka sudah keluar dari restoran Andra dan Bara keluar dari arah dapur.

"loh, mereka berdua udah pulang?" tanya Andra.

Bara menoleh dan mendapati sebuah meja yang sedang di bersihkan oleh pegawai nya.

"mungkin juga iya. Ya udah yuk samperin om Maheswari, tuh disana" ucap Bara.

Meskipun Bara merasa sedikit aneh dengan tingkah dia orang yang tadi, namun ia abai karena mungkin mereka buru-buru. Lagipula mereka berteman karena dua pria tadi tak lain adalah Varo dan Enda.

"gua penasaran deh kenapa bisa Bara kenal sama pria bej*d kayak gitu?" tanya Enda.

"ya mana gua tau. Gua aja kaget" jawab Varo yang sedang mengemudikan motor nya.

"eh btw kita belum nemuin motor milik Zeline, dimana ya?" tanya Enda.

"gua juga lagi nyari info, sebenarnya sama pria brengs*k itu di kemanain tuh motor"

Mereka berbincang sampai tak sadar jika mereka telah sampai di halaman rumah Sky. Mereka mengedarkan pandangan dan tetap menatap kagum ke arah rumah mewah sang sahabat meskipun mereka sering kesini.

Mereka turun dari motor dan melihat tuan Adersn, nyonya Jessika dan Jeje baru keluar dari rumah. Mereka berdua pun menghampiri keluarga teman nya itu.

"mau kemana om, Tante?" tanya Varo sopan.

Varo dan Enda menyalami tangan kedua orang tua sahabat nya.

"ini mau ke mall, Jeje ngajak main disana"

Varo dan Enda tersenyum dan mengangguk mengerti.

"kalau mau ketemu Sky masuk aja. Dia ada di dalam kamar nya"

"baik om, terima kasih. Om hati-hati"

Tuan Adersn mengangguk, ia kemudian menggiring istri dan anak nya untuk masuk ke dalam mobil.

Varo dan Enda masuk ke dalam rumah dan menapaki satu per satu tangga yang menuju ke arah kamar Sky.

"emang beda ya Ro Karo orang kaya mah, kita mainnya di lapangan mereka mainnya di mall" ucap Enda.

"sabar ya bro, kita harus kerja keras biar anak kelak bisa ngerasain main di mall kayak Jeje"

Enda mengangguk, mereka sampai di depan pintu kamar Sky. belum juga mereka mengetuk pintu sudah terdengar suara benda di lempar dari dalam. sontak mereka berdua khawatir takut jika Sky kesurupan.

Mereka langsung membuka pintu kamar Sky dengan kasar dan mendapati Sky sedang mengangkat sebuah tongkat baseball.

"ky sadar ky, inget tuhan Ky" seru Enda memeluk Sky dari belakang.

Varo pun tak kalah, ia segera merampas tongkat baseball itu dan melemparkannya asal yang terpenting jauh dari jangkauan Sky.

"lu kalo ada masalah cerita sama kita ky, jangan di pendem sendiri terus Lu frustasi dan akhirnya gi*la. Kasian om sama Tante kalo sampe anak kebanggaan mereka g*la" ucap Enda.

Sky mengernyit kemudian menoyor kepala Enda dan Varo bergantian.

"yang frustasi siapa bocah?" tanya Sky.

"lah, ya lu lah masa kita. lihat kamar lu udah kayak gudang terbengkalai" ucap Enda.

Sky melihat sekeliling dan rupa nya benar. Kamar nya sudah berantakan. selimut, bantal guling, sudah terbang bebas dari tempat nyam kertas-kertas milik nya dan beberapa barang milik nya pun telah jatuh ke lantai.

"ada gempa?" tanya Sky.

Varo dan Enda saling lirik kemudian sama-sama mengangguk.

"aduuhh" teriak Sky saat merasakan sakit di perut nya.

"apa-apaan sih" sungut Sky.

"kita lagi berupaya buat nyadarin elu ky"

"gua udah sadar be*go"

"lah jadi kenapa lu kayak gitu?"

Sky terdiam kemudian ia mengambil lembaran kertas yang ada di atas nakas. Ia menyerah kan kertas itu kepada Varo.

"nih baca!"

Sky duduk di sofa kemudian memejamkan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!