kulkas mulai menghangat

wanita dengan baju seksi itu masuk ke ruangan khusus CEO. disana ia langsung menghambur ke pelukan sang papa. Ia mengeluarkan air mata buaya untuk memprovokasi papa nya.

"kenapa hem?" tanya sang papa.

"karyawan papa tadi ada yang nyenggol aku sampe aku jatuh ke lantai" rengek gadis itu.

"kau terluka?"

Gadis itu menggeleng, "tapi sakit pa badan aku" ucap nya.

Sang papa menghela nafas, "lalu bagaimana?"

"aku ingin dia di pecat dari sini"

"papa tidak bisa memecat karyawan seenaknya nya saja sayang"

"papa,, papa belain karyawan itu. Dia udah nyenggol aku loh"

"tapi kamu ngga terluka, papa lihat kamu baik-baik aja. Dan dia pasti udah minta maaf kan"

Gadis itu cemberut dan merajuk ia pun melepas pelukan nya kemudian berlalu sembari menghentakkan kakinya di lantai. Sementara pria setengah baya itu hanya menatap datar. Tatapan hangat yang tadi di tunjukan hilang berganti tatapan dingin dan datar.

Pria itu meraih telpon dan menyuruh sekretaris nya memanggil karyawan yang tadi menyenggol putri nya. Sembari menunggu karyawan itu ia terlebih dahulu mengecek cctv untuk melihat siapa yang jujur dan yang mencoba menipu nya.

Tok tok tok

"masuk"

Seorang gadis dengan pakaian yang tertutup namun akan berantakan itu berjalan sembari menunduk. kedua tangan nya saling meremas karena merasa gugup. mungkin kah ia benar-benar akan dipecat.

"a-ada apa bapak memanggil saya?" tanya karyawan itu.

"kau tau apa kesalahan mu?"

Karyawan itu menunduk, tentu saja ia tak merasa bersalah sebab memang bukan dirinya yang salah. tadi ia berjalan sembari membawa segelas kopi dari pantri tapi seorang wanita dengan gaya sombong nya berjalan sembari memainkan ponsel nya hingga kemudian menabrak dirinya. tapi, gadis itu adalah putri dari atasannya. Ia tak mungkin menyalah kan gadis itu bukan. Atau pekerjaan nya akan lewat begitu saja.

"sa-saya mengaku salah pak. Tapi tolong jangan pecat saya" ucap karyawan itu dengan suara bergetar.

"keluar lah, dan lain kali menghindar jika bertemu dengan putri ku"

"baik pak. terima kasih" karyawan itu membungkuk sopan kemudian berlalu.

"gadis itu sudah mulai berulah" gumam nya setelah karyawan tadi keluar.

***

Sky berbaring di kamar nya sembari menatap langit-langit kamar nya. Ia melihat ke arah ponsel yang masih menyala. Tangan nya terulur mengambil ponsel itu dan menghilangkan aplikasi telepon. Ia mencari kontak bernama 'Zeline' bermaksud menelpon.

Tapi, ia teringat bahwa sejak dua minggu yang lalu tak ada satu pun pesan nya yang di balas oleh gadis dingin itu. Meskipun kemarin kalung pemberian nya di pakai tapi rupanya untuk berkomunikasi lebih intens gadis itu masih menjaga jarak.

Sky menimbang-nimbang apakah ia akan mengirim pesan kembali atau langsung menelpon nya saja. Akhirnya setelah beberapa saat ia lebih memilih mengklik tombol telepon dan panggilan langsung terhubung.

Panggilan pertama tak di angkat, Sky melihat ke arah jam untuk memastikan bahwa gadis itu sudah pulang ke rumah. Akhirnya ia memutuskan menelpon kembali.

Sementara di kostan milik Zeline, gadis itu sedang bersiap hendak tidur. Tiba-tiba ia mendengar ponsel nya bergetar dan ketika ia melihat rupa nya Sky yang menelpon dirinya. Zaifa terdiam memandang ponsel nya tanpa berniat mengangkat. Hingga satu panggilan telepon itu berlalu.

Zaifa memegang ponsel nya dan memandang nya dengan datar ketika nama Sky kembali terpampang di layar. Zeline menggerakkan jarinya hendak menggeser tombol hijau. Tapi tiba-tiba sebuah ingatan tentang masa lalu membuat nya urung dan meletakkan kembali ponsel nya.

"aku ngga tau Ky, tujuan kamu mendekati aku itu sama seperti dia atau enggak. tapi aku takut, kamu lebih kaya dari dia dan aku takut kamu bakal lebih nyakitin dari dia. Aku takut aku cuma pelampiasan buat kamu. Aku takut kalo kamu cuma jadiin aku salah satu wanita kamu." lirih Zeline kemudian memeluk guling nya dan mulai memejamkan mata.

Sementara Sky, lagi-lagi ia harus kecewa ketika panggilan telepon nya tak di angkat meskipun sudah lima kali ia berusaha menelpon Zeline.

"apakah dia sudah tidur? Atau memang dia ngga berniat mengangkat nya"

Sky meletakkan ponsel nya dan beranjak dari ranjang menuju balkon kamar nya. Memandang langit malam yang bertabur bintang dan menikmati kesejukan angin malam yang mulai larut.

***

Tiga hari berlalu dengan begitu cepat. Zeline tetap pada aktivitas nya di restoran bersama Yuni. tapi jika di perhatikan Zeline terlihat sedih tiga hari belakangan ini. Entah apa yang terjadi.

"Zel" panggil Yuni.

"heeem" jawab Zeline menoleh ke arah Yuni.

"Kamu okay?"

Zeline mengangguk, Yuni pun tak lagi bertanya. tapi ia kemudian menatap ponsel Zeline yang layar nya masih menyala. Yuni mengernyit ketika layar ponsel itu berada di aplikasi telepon dan nama 'Sky' menjadi orang yang menelpon terakhir kali dan itu tiga hari yang lalu.

"lu kangen sama Sky? udah tiga hari pria itu ngga Dateng kesini lagi. Mungkin sibuk"

"semua pria sama aja Yun, ngga ada yang beda"

Kening Yuni mengernyit dalam, sepertinya jawaban Zeline bukan jawaban yang tepat untuk ucapan Yuni. tapi itu adalah jawaban yang tepat untuk suasana hati Zeline yang sedang mendung.

"lu mau makan sesuatu? Kebetulan chef masak udang Krispy karena akhir-akhir peminat makanan itu banyak. Lu mau nyoba?"

"boleh deh"

"tunggu ya"

Zeline mengangguk, ia kemudian menatap ke arah depan dimana satu karyawan melayani pelanggan dengan ramah dan sopan. Sepertinya satu karyawan itu cukup membantu pekerjaan Yuni. karena untuk terjun langsung melayani pelanggan Zeline tak bisa. Alasannya cukup klasik, tersenyum kepada semua orang adalah hal yang melelahkan.

Tak lama Yuni datang membawa nasi plus sayur tumis sawi dan udang Krispy. Tak lupa teh hangat tawar kesukaan Zeline.

"sarapan dulu Zel, mumpung belum banyak orang beli"

"makasih"

Yuni mengangguk dan membantu Dea melayani pembeli.

"kak Yuni, nanti Dea izin pulang dulu boleh enggak ya?" tanya Dea ketika Yuni sudah mendekati dirinya.

"kenapa de?" tanya Yuni.

"adik Dea sakit kak. Rewel dari semalem, sebenarnya tadi pagi ga mau di tinggal tapi mau izin ngga berangkat Dea nggak enak"

"nanti coba kakak tanya in sama kak Zeline ya"

"makasih kak"

Mereka kemudian melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Zeline yang tadi sempat memperhatikan hanya mengernyit heran tapi kemudian melanjutkan makan nya.

***

"ya ampun, akhirnya kelar juga nih pekerjaan. tiga hari tiga malem lembur terus. Gi*laaa serasa mau stres aja gua" seru Varo merenggangkan kedua tangan nya.

"rasanya kebas njir tangan gua" sahut Enda.

sementara Sky hanya menggeleng kan kepalanya.

"tapi gua seneng sih, kerja keras kita ngga sia-sia. Semoga aja produk baru kita laris dipasaran" ucap Sky.

"semoga" jawab Enda dan Varo bersamaan.

'zeline kangen sama gua ngga ya?'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!