tanpa judul

Sky yang melihat Zeline pergi pun menyusul, ia menyerahkan cup Boba nya kepada Varo dan tanpa mengatakan apapun meninggalkan kedua sahabat nya.

Sementara Yuni langsung marah pada Andra, mood Zeline sudah lebih baik tadi tapi kehadiran Andra membuat mood Zeline kembali berantakan.

"kenapa sih lu harus muncul? Kehadiran lu tuh cuma ngehancurin mood baik Zeline tau nggak!" sentak Yuni.

"mang, dua bakso mercon kering di bungkus aja ya."

"ngga jadi makan sini neng?"

Yuni melirik sinis ke arah Andra kemudian menatap mang Asep.

"enggak mas, disini ada cowok gi*a"

Mang Asep hanya diam dan menatap kedua pria yang baru datang. Ada yang ingin di tanyakan oleh mang Asep tapi melihat wajah garang Yuni mang Asep lebih memilih diam. Mang Asep membungkus dua bakso mercon kering favorit Zeline dan Yuni.

"ini neng"

Yuni menerima kresek dari mang Asep, Yuni mengeluarkan uang berwarna biru kemudian berlalu.

"neng kembalian nya!!!" seru mang Asep.

Yuni tak menggubris dan mempercepat langkah nya. Ia menaiki motor Zeline kemudian berlalu ke depan menyusul Zeline ke tempat biasa nya.

Tepat saat Yuni sudah pergi, Varo dan Enda melihat keberadaan Andra dan Bara. mereka pun menghampiri kedua nya.

"woy" ucap Varo menepuk pundak Bara.

"eh, kalian disini?" tanya Bara.

"iya, lagi beli Boba di sana. Kebetulan tuan muda kita pengen minum Boba yang sempat viral itu"

Bara terkekeh, ternyata pria sekelas Sky Adersn pun berkeinginan minum es Boba.

"kalian ngapain disini?" tanya Enda.

"kita mau beli bakso mercon, kalian mau coba?" tawar Bara.

"boleh deh"

Bara pun beranjak menghampiri mang Asep untuk memesan empat bakso mercon kuah.

"nyari apa Ndra?" tanya Enda.

Sementara mereka bertiga ngobrol tadi Andra sibuk celingukan kesana kemari seperti mencari sesuatu.

"Ndra!" seru Varo.

"hah, eh kalian" seru Andra.

"sejak kapan?"

"elah, kita udah dari tadi. Lu tuh nyari apaan sampe kagak nyadari kita ada disini"

"gua ngga nyari apa-apa kok"

Andra kemudian berhenti celingukan, rasanya ia sudah seperti pria penge*ut.

"nih, cobain bakso mercon legendaris milik kang Asep. Di jamin kalian pada ketagihan" seru Bara.

Bara datang bersama kang Asep, mang Asep membawa nampan besar berisi empat mangkuk bakso mercon kuah sementara bara dengan kedua tangan nya membawa es teh empat gelas.

"widihh,,,, kuy lah cobain kalo mantap gas jadi langganan sepulang kerja" seru Varo.

Mereka pun menikmati bakso yang berkuah merah itu dengan antusias kecuali Andra. Karena Andra masih memikirkan Zeline. Sementara ketiga sahabat nya berlomba menyeka keringat karena rasa pedas dan nikmat Andra justru melamun meskipun tetap memakan bakso itu.

***

Zeline menatap hamparan danau yang memantulkan cahaya dari bangunan tinggi di atas nya. Ia ingin menangis tapi ia telah berjanji dalam hati tak akan pernah mengeluarkan air mata untuk pria Jahat seperti Andra.

Zeline menyedot jus buah mangga yang tadi sempat di beli nya sebelum ke sini. hawa dingin membasahi tenggorokan nya. Rasa panas dalam kepala nya seolah berkurang setelah menikmati jus dingin itu.

Zeline menatap langit biru yang memancarkan sinar rembulan purnama. Bahkan seperti nya bulan itu bernasib lebih baik dari pada dirinya. Meskipun bulan hanya muncul malam hari tapi bintang adalah teman yang setia. Tapi Zeline, ia hanya seorang diri di dunia ini. Ia hanya memiliki satu sahabat, Yuni saja.

Air mata merembes di pipi Zeline, bukan karena Andra ia menangis tapi karena kisah yang membuat hatinya seolah tertutup untuk seorang pria. Sebenarnya bukan Andra yang membuat sifat Zeline menjadi dingin tapi karena suatu hal yang hanya di ketahui oleh Yuni.

"disini dingin" ucap seseorang dari arah belakang.

Zeline menghapus kasar air mata nya dan tidak berniat menoleh. Zeline merasa bangku sebelah nya terasa berat. Ia mencium wangi parfum yang sudah tiga hari tak lagi di cium nya. Zeline menarik nafas berat. Setiap kali berdekatan dengan pria ia merasa tubuh nya tremor bukan karena gugup, tapi karena suatu hal.

"Zeline, kalo kamu cerita sesuatu aku bisa jadi teman cerita mu. Aku janji tak akan mengatakan kepada siapa pun, kau bisa percaya padaku" ucap pria itu yang tak lain Sky.

Sky menatap wajah Zeline dari samping, terlihat cantik namun juga sendu. belum pernah Sky melihat tawa milik Zeline meskipun beberapa kali ia melihat gadis di samping nya ini tersenyum. Tapi bukan kah konsep tersenyum dan tertawa itu berbeda.

"Zeline"

Zeline menoleh, ia bukan nya tak percaya dengan Sky. hanya saja hati kecil nya selalu berbisik bahwa mungkin saja ia bisa percaya dengan orang lain tapi bagaimana untuk kedepannya.

"kau membuntuti ku?"

Sky menghela nafas, ia beralih menatap hamparan danau di depan nya. jawaban yang di harap nya tak keluar dari bibir Zeline.

"aku hanya ingin tau tentang mau saja. Apakah tak boleh?"

"memang tidak boleh"

"Zeline, kau pasti akan cantik jika kau tersenyum"

"tanpa tersenyum aku sudah cantik"

"kau benar. tapi sungguh ketika aku melihat dirimu tersenyum ada yang bergetar disini"

Sky menunjuk hatinya dengan telunjuk nya. Ia memandang Zeline yang sedang menghadap ke arah nya. Zeline tersenyum tipis, bahkan nyaris tak terlihat.

"jangan seperti ini Sky, aku hanyalah wanita lemah yang mudah terbawa perasaan oleh ucapan manis seorang pria. Padahal pria itu seperti api, yang bisa menghangatkan dari jarak jauh tapi membuat panas dan terasa terbakar dari jarang yang sangat dekat"

"pria adalah makhluk pemberi luka ulung yang pandai melakukan kamuflase dengan perasaan mereka. pria itu makhluk manipulatif yang sekarang mengatakan iya beberapa saat kemudian berkata tidak. pria pandai melakukan playing fictim"

"tolong pergi Ky, jangan membuat luka ku semakin dalam"

Sky terdiam. bahkan ia belum melakukan apapun, tapi ia sudah di tuduh menyakiti. Sky tak memiliki pilihan lain, ia pun beranjak. Dan ketika ia berbalik ia mendapati Yuni yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mereka.

Yuni mengangguk kepada Sky, bukan mengangguk sopan tapi mengangguk agar Sky benar-benar pergi.

"Zel...." panggil Yuni lembut dan duduk di samping Zeline.

Zeline menatap Yuni dengan mata berkaca-kaca. Yuni paham apa yang di rasakan oleh Zeline. Ia lantas membawa Zeline ke dalam pelukan nya. dan saat itu lah tangis Zeline pecah. Ia menangis dalam pelukan sang sahabat.

"kenapa dia harus muncul di depan ku lagi Yun, tak puas kah dia dengan apa yang sudah di lakukan nya padaku dulu. tak puas kah ia menyakitkan ku"

Yuni menepuk punggung Zeline dengan lembut, matanya ikut berkaca-kaca. Bagaimana pun ia adalah saksi bagaimana hancur nya Zeline beberapa tahun yang lalu.

"apakah pria itu adalah Andra?" lirih Sky yang ternyata belum benar-benar beranjak dari sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!