Rencana Alifa

Setelah kondisi Nayya membaik dan sudah dingin suhu tubuhnya. Tepat pukul setengah tiga sore Nayya, Faiz juga Azizah pamit untuk pulang ke Solo.

"Yaudah nak Radit, Alifa, ibu pulang dulu ya sama Nayya sama Faiz" pamitnya pada pasangan suami istri yang berdiri di hadapannya.

"Iya bu, makasih udah mau datang ke sini. Nggak nginep dulu aja bu, udah sore" tawarnya yang langsung mendapat gelengan dari Azizah.

"Nggak perlu nak, lagian ibu juga nggak bawa baju ganti" jelasnya kemudian.

"Yaudah bu, terus nanti naik apa?" tanya Radit sembari mengambil handphonenya yang ada dalam saku celananya.

"Biasa naik bus kaya tadi mas" timpal Faiz.

"Sebentar, biar Radit pesankan taksi online buat ke terminalnya, biar nggak kelamaan nunggu di halte" jelasnya langsung mendapat sanggahan dari Azizah.

"Kok malah repot-repot nak, nggak usah" tolaknya pada Radit.

"Nggak papa bu, ni lagian taksinya udah mau jalan ke sini" tunjuknya pada handphone yang menunjukkan rute juga mobil taksi.

Tak lama kemudian taksi sampai dan Radit mengambil selembar uang berwarna pink di sakunya dan menyerahkan pada Faiz yang hendak masuk ke dalam taksi.

"Buat bayar taksi, nggak boleh di tolak" bisiknya kemudian segera menyuruh Faiz agar masuk ke dalam mobil.

"Makasih ya mas, mbak kami pulang dulu, assalamualaikum" mobil taksi itu pun mulai melaju menuju terminal Jogja.

Sedangkan Radit segera menggandeng tangan Alifa untuk masuk ke dalam rumah kemudian masuklah ke dalam kamarnya. Dan dikuncinya pintu itu oleh Radit.

"Kenapa si mas, mau ngajak itu ya" goda Alifa.

"Nggak Alifa, sekarang mas mau nanya, sebenarnya apa sih salahnya Nayya sampai kamu terus dendam sama dia? Udah satu tahun lalu kejadiannya dan kamu masih saja mengungkit. Alifa yang dulu aku kenal beda" jelasnya membuat Alifa sedikit kesal. Bisa-bisanya suaminya ini memarahinya demi membela perempuan itu.

"Apa! Mas mau belain dia iya!" bentaknya membuat Radit mengusap rambutnya kasar.

"Nggak bukan gitu" sanggahnya kemudian.

"Terus mau apa?!" bentaknya lagi. Sedangkan Radit masih terdiam, kepalanya seakan akan mau pecah, dirinya capek harus menjelaskan dari sudut pandang mana biar Alifa paham.

"Ya coba aja kalau nggak nganterin gaun ke rumah Nayya nggak mungkin kan Faiz kecelakaan" ujarnya dengan suara yang mulai meninggi.

"Iya, tapi ini murni kecelakaan

Alifa, kenapa kamu nggak paham-paham juga sih, dan kenapa kamu bisa berpikir seperti itu" ujarnya lagi membuat Alifa mendengus kesal.

"Aah udah lah capek ribut mulu, mending keluar" geramnya kemudian membuka pintu dan berjalan keluar ke halaman rumahnya, kembali menemui para tamu yang datang untuk taziah.

***

Hari berlalu begitu cepat, sudah satu bulan usai meninggalnya mertua Alifa yakni 'Arumi' dan sekarang Radit bersama sang istri dan putrinya sudah kembali lagi ke Solo.

Bahkan putri kecilnya juga sudah mulai kembali sekolah beberapa Minggu lalu.

Saat ini jam menunjukkan pukul sepuluh siang, waktunya si kecil pulang sekolah dan Alifa sudah duduk di halaman dimana putrinya sekolah TK itu.

Sembari menunggu putrinya keluar Alifa memikirkan sesuatu. Ya, mengenai rencana membuat Nayya keluar dari rumah ibunya itu.

"Rencana apa ya yang bagus buat ngusir benalu di rumah Faiz itu" gumamnya sembari memutar-mutar handphonenya.

Sebenarnya Alifa tak sejahat itu, bahkan Alifa sangat baik dan berbakti kepada kedua orangtuanya juga kakak-kakaknya. Dan jarang sekali Alifa membenci orang hingga menyimpan dendam bertahun-tahun dan tak merasa puas jika belum membalaskan dendam itu.

Alifa sudah memikirkan rencana yang bagus, alhasil dirinya menelpon orang suruhannya untuk melancarkan aksinya.

"Halo" ujar Alifa saat telepon sudah tersambung, kemudian dirinya berdiri dan berjalan menjauh ke tempat yang sedikit sepi.

"Halo bos, tumben nelpon, ada tugas ya" ujar seorang lelaki dari seberang telepon. Ya, dia adalah orang suruhan Alifa.

"Saya ada tugas buat kamu" Alifa pun mulai menjelaskan rencananya pada lelaki itu.

"Gimana paham?" tanya Alifa setelah selesai menjelaskan rencananya pada lelaki itu.

"Paham bos, laksanakan" ujar seorang lelaki itu dengan mantap.

"Bagus kalau gitu, besok malam kita beraksi" ujarnya kemudian mematikan teleponnya secara sepihak.

"Nayya Nayya, saya nggak tau juga kenapa saya bisa se benci itu sama kamu, rasanya belum puas kalau kamu belum menghilang dari bumi ini" gumamnya kemudian tersenyum sinis.

'Hemm rencana apa lagi ya yang kira-kira aku bisa puas' batinnya kemudian.

Tak selang lama terdengar teriakan si kecil putrinya 'Alya', Alifa pun menoleh ke belakang dan merentangkan tangannya kemudian si kecil memeluk Alifa dengan sangat erat.

"Cantiknya ibu, gimana tadi ngerjainnya? Bisa nggak?" tanyanya sembari mencubit pipi Alya.

"Bisa dong bu, kan ibu yang ngajarin" jelasnya yang diangguki oleh Alifa, setelahnya mereka pulang ke rumah.

"Yaudah berarti kita sekarang—" ucapannya menggantung di udara dan membiarkan Alya melanjutkannya.

"Pulang" ujar si kecil sembari menggandeng tangan Alifa untuk berjalan pulang ke rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!