Keesokan harinya pukul sembilan pagi, Arya mengendarai motornya menuju rumah Faiz yang
berjarak kurang lebih 2 kilometer itu.
Sesampainya di sana Arya disambut dengan baik oleh ibu dari Faiz 'Azizah' juga Faiz sendiri.
"Assalamualaikum" salam Arya kemudian mengulurkan tangannya pada ibunda Faiz dan juga bersalaman dengan Faiz.
"Wa'alaikumsalam silahkan duduk mas" Faiz mempersilahkan duduk dan kemudian menyiapkan minuman untuk Arya. Setelahnya mereka bertiga duduk dan mulai mengobrol.
"Faiz nggak kerja? Apa libur?" tanya Arya kemudian mengawali pembicaraannya.
"Hari ini kebetulan libur mas" Arya mengangguk paham dan langsung mengutarakan apa yang menjadi tujuannya kesini.
"Oh iya, kamu udah punya calon istri belum Iz?" tanyanya yang disambut gelengan oleh Faiz. Jujur dada Faiz sangat berdebar saat ini. 'Jangan jangan mas Arya membawakan lamaran dari adiknya' pikirnya. Namun, dengan cepat ditepis pikiran itu. 'Mana mungkin Nayya mau denganku, sedangkan aku ini siapa?' batinnya.
"Kamu mau menikah dengan adikku, Nayya?" terlihat Faiz yang meminta persetujuan sang ibu. Dan Azizah pun menganggukkan kepalanya pertanda menyetujui.
"Sekiranya kamu mau, besok malam aku tunggu di rumah, tapi sekiranya kamu tidak berkenan, cukup kita yang tau, tak perlu cerita sana sini" lanjutnya. Tampak raut keraguan dari wajah Faiz.
"Saya mau dan saya siap mas tapi apa Nayya mau menerima saya sedangkan saya hanya—" ucapannya menggantung di udara. "Mas tau sendiri kan pekerjaan saya apa? Penghasilan pun tak seberapa. Dan saya juga bukan laki-laki yang paham ilmu agama. Saya sendiri masih banyak belajar dengan terus mengikuti kajian, lagipun usia saya dengan Nayya terpaut jauh. Apa iya Nayya mau menerima saya?" tanyanya kemudian. Itulah yang seringkali Faiz pikirkan, delapan tahun bukanlah selisih usia yang sedikit sedangkan di luaran sana banyak yang lebih darinya.
"Kalau soal usia Iz, kayaknya nggak masalah bagi Nayya. Bahkan Nayya udah nolak dua lamaran dari lelaki, dan baru tahu semalam kalau Nayya menolak karena Nayya udah punya pilihan sendiri. Ya semoga Nayya mau menerimanya, kamu berdo'a aja Iz" ujarnya yang diangguki oleh Faiz. Mendengar penuturan itu, Faiz semakin mantap untuk melamar Nayya.
"Ya sudah aku pamit dulu masih ada urusan, besok malam aku tunggu di rumah, assalamualaikum" pamitnya kemudian pergi meninggalkan rumah Faiz dan pulang ke rumahnya.
Di rumah
"Gimana bang, mas Faiz mau?" tanya Adiba penasaran.
"Iya, besok malam dia datang kesini" Nayya yang mendengar dari balik pintu pun matanya mulai berkaca-kaca. Sungguh sebenarnya dirinya sangatlah malu, tapi Nayya juga tak mau jika terus tersiksa karena rindu.
**********
Tiga hari berlalu pasca kemoterapi. Arya juga bundanya kembali memenuhi panggilan ke rumah sakit untuk check up.
Setelah sampai, seperti biasa Arya check in pasien kemudian naik ke lantai dua untuk pengambilan sampel darah, dan setelah itu naik lagi ke lantai lima untuk konsultasi dengan dokter yang menangani bundanya.
"Masih lama?" tanya sang bunda sembari menoleh ke arah Arya.
"Lima belas menit lagi bun" Zulfa mengangguk dan Arya kembali dengan handphone yang ada di tangannya.
"Zulfa Khaerunnisa" panggil seorang petugas melalui pengeras suara. Arya dan sang bunda pun segera masuk.
Arya mulai menceritakan beberapa keluhan yang sempat dialami pasca kemoterapi yang ke enam ini.
"Dok, semakin kesini efek pasca kemoterapi tangan ibu saya makin dingin, kalau kemoterapi sebelumnya cuma bagian yang diinfus itu yang dingin, tapi kemoterapi ke enam ini dua-duanya dingin terus sama kesemutan gitu. Terus kemarin ibu saya nggak minum obat karena nggak nafsu makan dan mual terus"
"Udah coba makan bubur sumsum?"
"Udah dok, tapi masih sering mual gitu terus makannya cuma sedikit"
"Yaudah saya periksa dulu ya bu" ujar seorang dokter bername tag Puspita itu.
Dan dari hasil yang telah diterima dokter mengatakan, "Ibu Zulfa trombositnya turun drastis mas. Normalnya 150.000 sedangkan ini cuma 50.000. Dan dari hasil pemeriksaan, ginjalnya sedikit bermasalah. Banyakin minum air putihnya ya bu, terus jangan banyak makan makanan yang mengandung bawang, karena bisa menurunkan trombosit" jelas dokter Puspita.
"Terus untuk menambah trombosit pakai apa ya dok?" tanya Arya kemudian.
"Masnya tau buah bit?" tanya dokter itu sembari mengotak atik handphonenya. Arya pun menggeleng karena belum pernah tau bahkan baru pertama kali ini mendengar ada buah bit "Nah ini" tunjuk dokter itu pada gambar buah bit.
"Bentuknya hampir kaya bengkoang, tapi warnanya ungu kaya ubi ungu, buahnya nanti bisa dimakan langsung atau kalau nggak ya bisa di jus sama wortel dan apel malang" jelasnya pada Arya.
"Harus apel malang dok?" tanyanya mendapat anggukan dari dokter itu.
"Kalau obatnya nggak di minum berarti kemoterapinya mundur kan dok?" tanya seorang perawat yang duduk di samping dokter Puspita itu. "He'em, yaudah gini aja, ibu habis dari sini turun ke ruang administrasi minta diundurkan jadwal kemoterapinya ya" jelas dokter Puspita kemudian.
"Gimana kalau kedepannya kemoterapinya rawat inap aja, jadi nanti ibu nggak perlu minum obat dua Minggu. Rawat inapnya cuma tiga hari kok, tapi kalau semuanya yang tadi dikeluhkan sudah bisa diatasi dengan baik, dan mau lanjut tetap rawat jalan juga nggak papa, ini cuma saran aja dari pihak rumah sakit bu" jelasnya pada Zulfa dan beralih menatap Arya seraya menyerahkan berkas penjadwalan kemoterapi. "Masnya coba nanti dimusyawarahkan sama keluarga ya baiknya gimana" Arya pun mengangguk paham. Dari awal bundanya meminta rawat jalan karena tak mau merepotkan anak-anaknya, lebih-lebih lagi Arya karena dirinya lah yang harus menemani sang bunda untuk check up, kemo dll.
"Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu" pamit Arya sembari menerima berkas penjadwalan kemoterapi dan menggandeng bundanya keluar.
Setelahnya mereka turun dan menuju ke ruang administrasi. Dan usai dari ruang administrasi Arya juga bundanya pulang ke rumah.
"Assalamualaikum" salam Arya saat memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam udah pulang, gimana lancar? Baik-baik aja kan?" tanya Nayya sembari menyalami sang bunda.
"Cari buah bit dimana ya?"
"Emang kenapa bang nyari buah bit?" tanya Nayya penasaran.
"Trombosit bunda turun drastis, abang rasa tangan bunda yang dingin setiap habis kemo sama kesemutan karena itu, sama ginjalnya bunda sedikit bermasalah" jelasnya membuat Nayya menatap sang ibu.
"Coba cari di google bang, kalau nggak di maps" saran Nayya yang diangguki Arya. Dan Arya pun mulai mengotak-atik handphonenya.
"Yaudah abang mau beli buah bit dulu titip bunda ya, assalamualaikum" pamitnya kemudian pergi meninggalkan Nayya juga sang bunda.
"Wa'alaikumsalam" jawab kedua perempuan itu dan kembali masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments