"Ya Allah, mudahkanlah dan lancarkanlah lamaran esok jika memang Nayya adalah jodoh yang tertulis di lauhul mahfudz untuk hamba. Lapangkanlah hatinya untuk menerima hamba yang mungkin jauh dari kata sempurna" lirihnya dalam sepertiga malam, kemudian ia lanjutkan dengan membaca Al-Qur'an hingga sholawat tarhim subuh terdengar merdu di kala sunyinya fajar.
Faiz percaya jika semua makhluk di dunia ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan dengan itulah makhluk di dunia ini dipasangkan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Semoga Nayya mau melengkapi apa yang menjadi kurangnya dan menerimanya.
...****************...
Malam hari, Faiz mengendarai motornya bersama Azizah 'sang ibu' menuju ke rumah Nayya.
Sesampainya di sana, Faiz segera memarkirkan motornya di depan rumah Nayya dan mengetuk pintu dengan pelan.
Tok... Tok... Tok...
"Assalamualaikum" mendengar suara ketukan dan salam dari luar, Adiba yang kebetulan sudah di rumah karena masuk pagi dan tengah makan malam pun menghentikan aktivitasnya dan berjalan keluar untuk membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam, wah sudah datang, silahkan masuk mas, bu" Adiba mempersilahkan Faiz juga Azizah untuk masuk. Setelahnya mereka berjalan menuju kamarnya untuk memanggil Nayya. Setelahnya ke kamar Arya, dan terakhir ke kamar sang bunda untuk memberitahu jika Faiz juga ibunya sudah datang.
Kemudian dirinya berjalan ke dapur untuk menyiapkan jamuan makan. Setelah selesai Nayya pun turut membantu membawa jamuan makan itu ke ruang tamu.
Nayya terus saja menunduk seperti tak ada keberanian untuk menatap Faiz. Begitu juga saat dirinya hadir ke kajian. Meskipun pandangan sesekali bertemu, Nayya bersikap cuek, dan biasa saja dengan Faiz. Entah mengapa dirinya begitu malu.
"Bu Zulfa gimana kabarnya?" tanya Azizah sembari menyalami Zulfa yang baru saja duduk di hadapan keduanya.
"Alhamdulillah baik Bu" jawabnya tersenyum.
"Bu, kedatangan saya kemari untuk melamar Nayya menjadi istri saya, maafkan saya bu jika mendadak dan bahkan dalam kondisi ibu yang seperti ini" jelasnya mengawali perbincangan di malam hari ini.
"Nggak papa nak Faiz, kemarin Arya juga sudah bilang dan ibu sendiri memperbolehkan Nayya menikah jika memang Nayya sudah siap dan ada calonnya, dan Arya pun juga tak keberatan jika Nayya mendahuluinya" Faiz tersenyum dan beralih menatap Nayya yang masih saja menunduk dengan sesekali meremat ujung bajunya.
"Nayya, apa kamu mau menerima lamaran saya? Sebenarnya saya juga sudah lama mengagumimu, tapi keadaan yang membuat saya enggan melamarmu, saya hanya seorang pemuda yang cinta dengan masjid. Saya bekerja di universitas sebagai penyiar radio. Dan gajinya tak seberapa. Tapi Insyaallah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita nanti" jelasnya dengan mantap dan tetap tenang.
"Saya tidak butuh gaji bulanan, yang saya butuhkan adalah hidup berkecukupan" tukasnya kemudian tanpa mendongakkan kepalanya.
"Lantas bagaimana dengan selisih usia kita, kamu tetap mau menerima saya?" tanyanya lagi dan diangguki oleh Nayya.
"Saya tetap mau menerima lamarannya" jawabnya tanpa mendongakkan kepalanya sedikitpun.
"Alhamdulillah" setelahnya Faiz mengeluarkan kotak cincin yang dibelinya kemarin. Dan Faiz meminta agar Azizah memasangkan cincinnya ke jari Nayya.
"Dibuat yang sederhana aja mas, tak perlu pesta yang mewah-mewah yang penting sah, iya kan Nay?" tanya Arya yang langsung mendapat anggukan dari Nayya juga Faiz.
"Gimana kalau akad nikahnya di masjid aja, dan nanti resepsi di rumah mas Faiz" timpal Adiba.
"Boleh saya setuju"
"Nayya mau minta mahar apa?" sejujurnya jika ditanya mahar, Nayya sudah lama sekali mengincar Al-Qur'an yang mayoritas digunakan perempuan, sebut saja "Mushaf For Woman" tapi harganya cukup fantastis.
"Seperti biasa aja mas, seperangkat alat sholat"
"Ada lagi?" Nayya menggelengkan kepalanya. Setelahnya Nayya pun angkat bicara mengutarakan apa yang menjadi kejanggalannya jika ia menikah nanti.
"S-saya boleh mengajukan permintaan?" Nayya memang menginginkan untuk segera menikah dengan Faiz, namun dirinya belum siap jika harus berpisah dengan ibunya. Meskipun nanti juga akan sering ketemu karena rumah mereka hanya berjarak 2 kilometer saja.
"Boleh, silahkan"
"Saya mau setelah nikah, tinggal di rumah ini" sontak Adiba, Arya juga bundanya membolakan mata. Sedangkan Faiz menatap ibunya dan mendapat persetujuan.
"Tidak nak, setelah kamu menikah, kamu tetap harus tinggal dengan suamimu. Ibu masih ada Adiba sama Arya. Dan Raya juga pasti akan selalu memantau kondisi ibu" sanggah Zulfa, dirinya merasa tak enak dengan Azizah jika nanti setelah menikah Nayya dan Faiz tinggal di rumahnya.
"Tak apa bu jika memang setelah menikah Nayya mau tetap tinggal disini saya ijinkan" timpal Faiz kemudian.
"Tidak nak, dia tetap harus ikut kamu, biar dia bisa mandiri dan terbiasa. Kalaupun memang mau ketemu ibu, datanglah kemari setiap waktu yang kamu mau, lagipun disini sudah ada Adiba sama Arya. Sedangkan jika Faiz dan Nayya tinggal disini juga. Siapa yang menemani bunda kamu Faiz"
Mendengar itu Nayya merasa bersalah. Benar juga apa kata sang bunda. Nayya tak boleh egois. Toh Nayya juga bisa kalau tiap hari datang ke rumah bundanya ini.
Alhasil Nayya meminta maaf dan memutuskan untuk tinggal di rumah Faiz.
"Tapi kalau memang Nayya menginginkan tinggal di rumah bunda nggak papa kok" sahutnya dan mendapat gelengan dari Nayya.
"Ya sudah kalau begitu, selanjutnya kabar-kabar an aja lewat wa ya mas" Arya pun menganggukkan kepalanya dan setelahnya Faiz juga Azizah pamit untuk pulang ke rumahnya.
...****************...
Karena Nayya melangkahi dua kakaknya yang belum menikah yaitu Arya dan Adiba, maka satu Minggu sebelum pernikahan dilaksanakan Nayya pun membayar uang pelangkah untuk kakak-kakaknya yang belum menikah, juga memohon izin dan do'a restu kepada sang kakak.
"Nayya mohon do'a restu supaya akad nikah Minggu depan bisa berjalan dengan lancar dan tak ada kendala apapun, maafkan Nayya karena Nayya sudah mendahului kalian" ujar Nayya yang mendapat anggukan dari Adiba dan Arya.
"Iya Nay, bang Arya ridho ikhlas lahir batin kalau Nay nikah duluan. Abang percaya jodoh itu ditangan Allah. Jodoh abang belum ada ya bukan menjadi sebab kamu nikahnya di undur juga. Nanti malah yang abang takutkan bisa terjerumus ke dalam zina" jelasnya kemudian.
"Iya, Adiba juga ikhlas kok, kalau memang udah siap berumah tangga ya kenapa enggak, apalagi udah nemu calonnya. Ya semoga lancar ya Nay akadnya" Nayya pun mengaminkan apa yang Adiba ucapkan setelahnya mereka berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments