Dendam Alifa

Setelah bus mengendara selama kurang lebih satu jam, bus mulai memasuki terminal Jogja.

Nayya, Faiz, dan Azizah pun segera turun. Kemudian mereka menaiki bus trans Jogja untuk bisa sampai ke rumah mertuanya Alifa.

Dua puluh menit mengendara, bus berhenti di sebuah halte, mereka bertiga segera turun dan tampaklah bendera kuning terlihat tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Mereka segera berjalan dan mulai memasuki gang sejauh kurang lebih 50 meter.

Sesampainya di sana mereka disambut dengan baik oleh Radit, juga para tetangga yang sudah mengenal Azizah.

Radit pun segera mempersilahkan duduk di tempat yang sudah disediakan. Radit yang tak sempat menghadiri pernikahan Faiz pun mengucapkan selamat pada Faiz juga Nayya.

"Iya makasih mas, maafkan kami seandainya Nayya tau kalau disini sedang berduka, pasti Nayya akan mengundurkan pernikahannya" jelasnya pada Radit seraya meminta maaf. Faiz pun turut membenarkan pernyataan istrinya.

"Iya memang harusnya pernikahan kalian itu di undur, atau nggak usah nikah sekalian" ujar Alifa yang baru saja keluar dari rumah mertuanya dan menemui Azizah.

'Kenapa mbak Alifa kaya nggak suka sama pernikahan ini, ada masalah apa sebenarnya? Apa yang membuat mbak Alifa jadi marah seperti ini?' tanyanya dalam hati. 'Lebih baik aku tanya ibu saja nanti' lanjutnya kemudian menoleh ke arah Radit yang membuka suara.

"Alifa, jaga bicara kamu" geram Radit pada istrinya itu. Kenapa mulut Alifa seperti cabai rawit. Dendam apa sebenarnya yang Alifa simpan, bahkan sudah satu tahun lalu lamanya masih saja di permasalahkan. Apa ada permasalahan lain sebelumnya. Begitulah yang ada di pikiran Radit.

Sedangkan Azizah dan Nayya mereka hanya diam. Entah kenapa kepala Nayya tiba-tiba pusing, mungkin karena habis naik bus.

"Ya memang gitu kan, emang harusnya kalian berdua itu nggak nikah" Alifa kembali menekankan itu. Dan tak selang lama, Radit menyuruh agar Alifa masuk ke dalam rumah.

Faiz semakin penasaran dengan apa yang terjadi.

Setelah Alifa masuk, Azizah pun mulai menanyakan apa yang terjadi dengan besannya hingga harus berpulang ke rahmatullah.

"Jadi ibu meninggal karena kecelakaan bu, waktu di bawa ke rumah sakit masih sadar, setelah di periksa, pembuluh darah yang ada di otak ibu pecah dan ya itu ibu meninggal" jelasnya mendapat anggukan dari Faiz, Nayya juga Azizah.

"Turut berdukacita ya mas atas meninggalnya ibu, mas Radit yang sabar. Dan saya benar-benar minta maaf karena nggak bisa hadir di acara pemakaman bu Arumi" Radit pun menganggukkan kepalanya.

"Ibu juga turut belasungkawa ya atas meninggalnya ibu kamu, semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya" imbuh Azizah.

"Aamiin aamiin ya rabbal alamin" Radit mengamini do'a Faiz juga Azizah.

Faiz beralih menatap istrinya yang duduk di sampingnya. Bibirnya tampak sedikit pucat juga kering.

"Nay, kamu sakit?" Radit juga Azizah yang tengah mengobrol pun mengalihkan atensinya ke arah Nayya.

"Nggak kok, Nayya cuma pusing dikit aja" jelasnya yang langsung di balas anggukan oleh Faiz.

"Suruh minum dulu Iz, biasanya kalau habis perjalanan naik bus suka pusing" Radit menyodorkan teh panas yang sudah di sajikan dan kemudian duduk kembali. "Dulu saya juga gitu sebelum punya motor. Tapi setelah punya motor ya saya lebih milih naik motor, naik bus apalagi kalau cuacanya panas, bisa langsung mabuk perjalanan hehe" Radit teringat saat kecil dirinya study tour SD di Solo, museum Sangiran. Dirinya mabuk perjalanan dan sejak saat itu dirinya tak mau naik bus, bahkan study tour SMP dan SMA pun dirinya tak ikut.

Setelah meneguk setengah teh panas itu. Faiz pun minta izin buat masuk ke dalam dan membiarkan Nayya istirahat terlebih dahulu.

Setelahnya Faiz menutup pintu kamar dan keluar kembali menemui Azizah juga Radit.

'Dasar bucin, liat aja aku bakal bikin kamu keluar dari rumah Faiz' geram Alifa dalam hati saat Faiz sudah berada di luar.

Dilihatnya Azizah juga Radit yang tengah mengobrol. Faiz pun mendekat dan duduk bersama keduanya.s

'Tadi mas Radit sempat marah karena Alifa ngomong gitu, apa mas Radit tau apa yang terjadi. Ah entahlah lebih baik aku tanyakan sekarang saja' batinnya dalam hati.

"Bu, mas, sebenarnya mbak Alifa kenapa ya kok kayaknya nggak suka sama pernikahanku sama Nayya? Apa ada masalah?" tanyanya membuat Radit dan Azizah hanya saling tatap.

"Alifa salah paham sama Nayya, Alifa mengira kalau Nayya yang buat kamu kecelakaan sampai kakimu patah tulang" jelasnya membuat Faiz membolakan matanya.

Dirinya ingat waktu mobil melaju kencang pada saat dirinya hendak putar balik arah, Faiz belum sempat mengerem motornya begitu juga dengan mobil itu, terus melaju kencang dan menghantamnya.

Ya, Faiz ingat itu, karena saat dibawa ke rumah sakit pun dirinya masih sadar dan ini bukan salah Nayya, bahkan ini adalah salah dirinya sendiri tak hati-hati dalam mengendarai motornya.

"T-tapi ini bukan salah Nayya bu, tapi ini salah Faiz karena nggak hati-hati bawa motornya, apa mas Radit sama ibu nggak coba jelasin ke mbak Alifa?" tanyanya bingung.

"Udah mas kasih penjelasan ke mbak kamu, tapi mbak kamu tetep kekeh nyalahin Nayya, mas juga bingung salahnya Nayya tu di mana" jelasnya membuat Faiz sedikit mendengus kesal.

"Padahal sudah lewat satu tahun kenapa masih ada dendam?" tanyanya bingung. Sedangkan Radit hanya mengangkat bahunya tak tau.

"Maafin Radit ya bu, Radit belum bisa jadi suami yang baik buat Alifa, maafin Radit juga karena belum bisa mendidik Alifa dengan baik" ujarnya menunduk malu, dirinya seolah gagal menjadi suami.

"Nggak papa nak, mungkin Alifanya yang memang keras kepala. Tapi kamu tetep harus mendidiknya ya. Kamu tau kan kalau batu sekeras itu kalau ditetesi air terus menerus akan berlubang?" tanyanya sembari menunjuk batu yang tak jauh dari hadapannya. "Tapi butuh waktu yang lama, begitu juga kamu harus terus kasih nasihat sama Alifa nanti lama lama Alifa akan sadar" jelasnya membuat Radit mengangguk.

Setelahnya Faiz kembali masuk menemui Nayya yang ada di dalam kamar tamu di rumah milik Arumi.

Pelan-pelan Faiz membuka pintu kemudian dirinya masuk dan ditutupnya kembali pintu itu. Ditatapnya perempuan yang masih terbaring di depannya dan senantiasa memejamkan matanya itu.

'Maafin mas, karena kecelakaan itu kamu jadi terus disalahin dan dibenci sama mbak Alifa' lirihnya sembari mengusap-usap tangan Nayya yang sedikit hangat. Kemudian Faiz beralih memberi kecupan di kening Nayya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!