Nayya terbangun dari tidurnya tepat pukul setengah tiga pagi, seperti biasa dirinya segera bangun dan menuju kamar mandi kemudian wudhu.
Nayya pun segera menunaikan shalat malam seperti biasanya. Usai shalat, dirinya tak langsung berdo'a melainkan dirinya shalat istikharah terlebih dahulu dan barulah setelahnya ia berdo'a.
Usai melafazkan do'a istikharah, dirinya berdo'a meminta petunjuk kepada Allah.
"Ya Allah, aku tidak memaksa untuk dipasangkan dengan dia yang aku cinta. Tapi jujur aku ingin dia ya Allah. Kalau memang dia tidak ditakdirkan untukku, maka lapangkanlah hati ini untuk menerimanya meskipun rasanya begitu berat jika takdir tak sesuai harapan, dan jika dia memang dia ditakdirkan untukku, dekatkanlah dia padaku, mudahkanlah urusannya, dan lancarkanlah dirinya dalam mencari rezeki"
USai berdo'a kemudian dirinya membuka handphonenya. Setelah dirinya membuka dan scrolling Instagram, dirinya menemukan quotes yang sangat relate dengan keadaannya saat ini.
Quotes itu berbunyi “Tetap tenang dan sabar karena hasil dari do'a akan segera datang walaupun bukan sekarang”
Ya, Nayya harus sabar dalam penantiannya juga menenangkan hatinya yang mungkin sering dihantui rasa takut jika kehilangan lelaki yang di cintanya. Dan berusaha menerima segala takdir yang telah Tuhan gariskan untuknya.
Nayya percaya, jika memang sudah saatnya dan takdirnya adalah dia yang selama ini Nayya cinta, pasti Tuhan akan mempertemukan dan mempersatukan mereka.
Di sisi lain seorang lelaki berusia dua puluh tujuh tahun ini tengah berdoa dan bermunajat kepada Allah usai shalat malamnya.
"Ya Allah, aku mencintai salah satu hamba-Mu, dan engkau mengetahui cintaku padanya. Ya Allah, jagalah dan lindungilah dia untukku dengan pengawasan-Mu yang tak pernah luput" begitulah do'a yang Faiz langitkan.
Faiz bukanlah orang yang pandai dalam hal urusan agama, bukan pula dari kalangan orang yang terpandang, bukan pula seorang yang berpendidikan tinggi.
Faiz adalah sosok pekerja keras, dirinya adalah pemuda yang sangat cinta dengan masjid, sampai-sampai dua pilihan sangat memberatkannya.
Flashback on.
Faiz mendapatkan panggilan kerja di sebuah penyiar radio di salah satu universitas yang tak jauh dari rumahnya. Namun, pada saat dirinya hendak berangkat, ada sebuah kewajiban yang harus ia laksanakan di masjid, hal itu membuat Faiz mengurungkan niatnya untuk berangkat kerja dan memilih datang ke masjid. Meskipun memenuhi panggilan kerja juga wajib, tapi prioritasnya adalah masjid.
Tak selang lama, handphone Faiz berdering saat dirinya usai menunaikan shalat Maghrib di masjid.
"Assalamualaikum" salam Faiz pada seorang lelaki yang ada di seberang telepon.
"Wa'alaikumsalam, Iz, kenapa nggak ikut pelatihan kerja?" tanya seorang lelaki yang diduga temannya itu.
"Maaf ada kewajiban yang harus aku laksanakan di masjid, kamu tahu kan?" jawabnya berterus terang.
"Tapi pelatihan kerja juga wajib Iz" ujarnya dengan nada yang terdengar sedikit berat di telinga Faiz.
"Iya maafkan aku, aku salah" Faiz mengakui dirinya salah, alhasil usai perbincangan dengan temannya di telepon, esok harinya Faiz memberanikan diri untuk menghadap sang direktur.
"Assalamualaikum" karena telah mendapat izin untuk menemui sang direktur, dirinya segera masuk dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam, silahkan duduk" ucap direktur itu dan mempersilahkan Faiz untuk duduk.
"Gimana Faiz, ini pelatihan kerja yang pertama kali saja kamu sudah tidak berangkat, bagaimana nantinya kalau kamu sudah benar-benar bekerja di sini" terdengar hembusan pelan dari Faiz. Apa yang direktur ucapkan itu memang benar. Niat Faiz mencari kerja adalah untuk memenuhi kebutuhannya juga sang ibu. Tapi dirinya tak bisa jika harus meninggalkan kewajiban yang ada di masjid.
"Saya akui saya salah pak, dan saya minta maaf yang sebesar-besarnya, saya berpikir kalau bekerja di sini bisa sambil ngurusin masjid, dan ternyata tidak, maka dari itu saya izin mengundurkan diri untuk bekerja di sini" putusnya kemudian. Meskipun berat, tetapi dirinya lebih berat jika meninggalkan kewajiban yang ada di masjid. Direktur itu tampak melihat lembar jadwal yang dipegangnya.
"Apa kendala kamu sebenarnya?" tanya direktur itu penasaran.
"Jika saya mendapat shift pagi, insyaallah saya bisa hadir pak kalau tidak ada suatu hal yang sangat penting. Dan jika saya mendapat shift malam, saya belum tentu bisa hadir karena saya harus mengurusi masjid yang menyelenggarakan kajian di setiap minggunya" jelasnya tanpa ada yang dikurangi dan ditambahi, karena memang itulah kesibukannya di masjid. Mengurus kajian, membersihkan masjid, menjadi muadzin, dan lain-lain.
"Tapi kalau shift pagi terus—" direktur itu tampak menimang-nimang ucapannya sendiri. "Ya sudah saya pikirkan dulu" putusnya kemudian.
"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu" pamitnya kemudian.
"Ya silahkan" direktur itu pun mempersilahkan Faiz keluar dari ruangannya.
Alhasil, Faiz hanya bisa merenungi nasibnya di dalam masjid dan berdo'a berserah diri kepada Allah semoga dirinya mendapat pekerjaan yang bisa ia kerjakan tanpa harus meninggalkan kewajibannya di masjid. Atau semoga ada keajaiban do'a yang datang.
Hari demi hari berlalu.
Handphone Faiz berdering saat dirinya hendak menjalankan motornya pulang ke rumah usai shalat Dzuhur.
"Assalamualaikum" salam seseorang di seberang telepon.
"Wa'alaikumsalam" jawabnya
"Bisa datang ke kampus sebentar, ada yang perlu saya bicarakan" ucap seorang direktur itu.
"Baik pak, saya akan segera ke kamus" putusnya kemudian
"Baik, saya tunggu di kampus sekarang" setelah direktur itu memutuskan sambungan teleponnya, Faiz segera menjalankan motornya menuju kampus.
Sesampainya disana dan mendapat izin dari pihak kampus, akhirnya dirinya menghadap sang direktur. Perasaannya campur aduk, dirinya tak tau ada hal penting apa hingga direktur itu memanggilnya kembali.
"Faiz, saya dan tim sudah melakukan musyawarah, dan saya memutuskan untuk tetap menerima kamu bekerja dan kamu akan mendapatkan shift pagi selama bekerja di sini" Faiz benar-benar dibuat terkejut dengan penuturan direktur ini.
"Ini beneran pak?" tanyanya memastikan.
"Iya Faiz, dan kamu bisa mulai bekerja Minggu depan" ujar direktur itu sembari mengulas senyum.
"Terima kasih banyak pak, terima kasih, alhamdulilah ya Allah" tak henti-hentinya Faiz bersyukur.
Ternyata saat kita berserah diri kepada Allah dan berdo'a, keajaiban do'a itu ada.
Flashback off.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Itzel Juárez
Ending yang memuaskan, tak terlupakan. 😌
2023-09-28
0