Pukul enam pagi, Nayya tengah di rias di kamarnya. Disana juga ada Adiba yang terus memandangnya tanpa henti.
Hari ini adalah hari bahagianya, hari dimana Nayya akan sah menjadi istri dari lelaki yang sudah lama ia cinta.
"Nggak nyangka ya Nay, Nay bakal nikah duluan, di usia yang terbilang masih muda lagi" mendengar penuturan keluar dari mulut Adiba membuat dada Nayya sedikit sesak. Nayya merasa bersalah karena mendahului kakak-kakaknya yang belum menikah.
"Maaf in Nay karena Nay udah ngedahuluin kalian, Nay minta do'a ya biar semuanya berjalan dengan lancar" jelasnya yang diangguki oleh Adiba.
"Iya, Adiba pasti do'ain Nay kok" ucapnya kemudian berlalu pergi keluar dari kamarnya.
"Mbak, udah" ujar seorang penata rias itu.
Nayya berdiri, ditatapnya bayangan dirinya dari cermin panjang yang ada di depannya. Balutan gaun berwarna putih juga jilbab malay yang menutup dada terlihat sangat anggun meskipun sederhana tapi menurut Nayya ini sudah cukup. Dan, cantik.
"Makasih ya mba" ujarnya pada penata rias yang tengah membereskan peralatan make up dan lainnya.
"Iya sama-sama mba, boleh saya foto dulu buat testimoni hehe" jelasnya yang langsung diangguki oleh Nayya.
Setelah penata rias itu mengambil foto Nayya dengan berbagai pose, penata rias itu pun pamit untuk pulang dan tinggallah Nayya di dalam kamarnya sendiri.
Tok tok tok...
"Nay" sapa seorang lelaki dari luar. Siapa lagi kalau bukan abangnya 'Arya'.
Nayya pun pelan-pelan berjalan dan membuka pintu.
"Iya bang" ujarnya kemudian mendongak dan menatap abangnya yang masih berdiri terpaku, tanpa mengedipkan matnya sedikitpun.
"Cantik banget Nay. Abang nggak ngira loh bakal secepat ini Nay akan menikah" ujarnya sembari mengulas senyum di bibirnya. Terlihat mata Nayya yang mulai berkaca-kaca.
"Maafin Nay, karena Nay nikah duluan bang" jelasnya dan menunduk membiarkan air matanya mengalir.
"Nggak papa Nay, abang udah ikhlas lahir batin kalau Nay nikah duluan. Udah ya jangan nangis" jelasnya kemudian masuk ke dalam kamar Nayya untuk mengambil selembar itu dan menyerahkannya pada Nayya. "Nih di lap, penata riasnya udah pulang, ntar kalau make up-nya pudar abang nggak bisa benerin" godanya sembari terkekeh kecil membuat Nayya juga kembali tersenyum.
"Nah gitu dong, yaudah ayo keluar" ajak Arya kemudian. Awalnya memang Faiz merencanakan akan melangsungkan akad nikahnya di masjid. Namun ternyata di hari yang bersamaan tanggal 20 Syawal, masjid itu digunakan untuk shalat Syawal juga di lanjut kajian. Alhasil Arya mengusulkan akad nikah dilaksanakan di balai RT depan rumahnya.
Nayya pun mengangguk mengikuti langkah Arya yang berjalan keluar menuju balai RT yang ada di depan rumahnya. Kemudian Nayya duduk di samping Faiz.
"Yang menjadi wali nikah mempelai perempuannya siapa?" tanya penghulu itu pada lelaki yang datang bersamaan dengan Nayya.
"Saya pak, saya kakaknya" ujarnya pada penghulu itu.
"Baiklah, bisa kita mulai sekarang? Masnya nanti baca ini ya" penghulu itu memberikan secarik kertas pada Arya.
Setelah mendapat anggukan dari Arya. Acara akad pun segera di mulai.
"Nauval Faiz Al-Farizi bin Fauzan Nasrullah saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan adik saya, Assyifa Nayyara Mumtaz binti Muhammad Yusuf Abdullah dengan mas kawin dan seperangkat alat shalat di bayar tunai" ijab dilantunkan dengan sangat mantap dan jelas oleh Arya sebagai wali nikah Nayya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Assyifa Nayyara Mumtaz binti Muhammad Yusuf Abdullah dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" dada Faiz seketika berdesir, air mata turut keluar kala ucapan qobul selesai.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah" sahut para saksi juga beberapa tamu undangan yang turut di undang dalam acara akad nikahnya.
Tangis haru pecah menyelimuti halaman rumah Nayya. Terutama Arya sebagai wali nikah Nayya, seolah terasa sangat berat melepas adiknya ini, apalagi usianya masih muda.
Do'a selesai akad telah dilangsungkan, Faiz pun segera memasangkan cincin ke jari manis milik Nayya, setelahnya gantian Nayya lah yang memasangkan cincin ke jari manis milik Faiz.
Nayya menjulurkan tangannya kepada Faiz, Faiz pun menerima uluran tangan itu, kemudian dicium punggung tangan suaminya ini, setelahnya Faiz mencium kening Nayya.
Faiz sangat bersyukur akhirnya akad nikah hari ini berjalan dengan lancar.
Kemudian mereka bersungkem kepada Azizah, Zulfa, Farhan, juga Arya. Mereka meminta ridho ikhlas dan minta do'a restu supaya pernikahan ini bisa langgeng hingga mautlah yang memisahkan keduanya.
Setelahnya mereka berbondong-bondong ke rumah Faiz untuk melangsungkan resepsinya disana.
Resepsi di rumah Faiz di gelar dengan sederhana, dan hanya mengundang beberapa tetangganya saja juga beberapa rekan kerjanya.
Mereka berdua duduk di pelaminan selama resepsi berlangsung, netra Nayya mencari-cari seorang perempuan yang merupakan kakak kandung Faiz.
Ya' sedari tadi Nayya tak melihat Alifa, dari mulai acara akad hingga berlangsungnya resepsi.
"Mmm mas Faiz" panggilnya pada sang suami yang tengah membenarkan pecinya.
"Hemm" sahutnya sembari menoleh ke arah Nayya.
"Dari tadi Nayya kok nggak lihat itu, mbak Alifa" ujarnya sedikit terbata.
"Oh, mbak Alifa lagi di Jogja, mertuanya meninggal" jelas Faiz.
"Innalillahi, kenapa nggak sebaiknya pernikahan ini di undur mas, nggak enak, sana kan lagi berduka" sungguh Nayya merasa tak enak hati. Bukankah kalau begini sama saja bersenang-senang di atas penderitaan orang lain? Atau saudara sendiri.
"Maunya mas juga gitu, tapi kata mas Radit nggak usah di undur, soalnya mepet banget, apalagi udah pesen katering juga, nggak enak kalau dibatalkan. Soalnya ibunya mas Radit meninggalnya kemarin sore" jelasnya membuat Nayya mengangguk paham. Syukurlah Nayya kira Alifa tak menghadiri pernikahannya karena Alifa masih marah sama dia.
"Besok pagi ikut mas sama ibu ke Jogja ya, buat ngelayat" lanjutnya yang langsung diangguki oleh Nayya.
***
Jam menunjukkan pukul 14:30 acara resepsi sudah usai, tinggallah beberapa keluarga besar Nayya juga Faiz yang tengah mengobrol.
"Bu, mau pulang sekarang?" tanya Arya pada Zulfa yang tengah mengobrol dengan besannya. Zulfa pun menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada Azizah, juga putrinya dan menantunya.
Setelahnya Arya dan Zulfa segera pulang dengan mengendarai motor miliknya. Sedangkan Adiba? Dirinya tak mengikuti resepsi di rumah Faiz karena harus bekerja masuk siang.
***
Adzan Maghrib berkumandang, Nayya segera mengambil air wudhu, begitu juga dengan Faiz. Kemudian mereka menunaikan shalat Maghrib bersama Azizah juga di rumahnya. Usai shalat, dilanjut dzikir dan juga berdo'a.
Setelahnya Azizah kembali ke kamar. Sedangkan Nayya dan Faiz mereka masih duduk disana dan Faiz mengambil dua Al-Qur'an yang ada di dalam rak. Satu ia serahkan kepada Nayya, dan satu lagi untuknya. Dan mereka mulai membaca Al-Qur'an bersama dari awal.
Tak selang lama adzan isya' berbunyi dan usai Iqamah berkumandang, mereka menunaikan shalat isya' berjamaah. Setelahnya mereka berdzikir dan ditutup dengan do'a.
"Mas, boleh anterin Nayya pulang ke rumah, buat ambil baju?" tanyanya meminta izin pada sang suami yang tengah melipat sajadahnya.
"Boleh, habis ini mas anterin" ujarnya, kemudian setelah Nayya melipat mukena, Nayya menghampiri Faiz yang sudah di luar sembari menunggangi kuda besinya alias 'motor'.
"Bu, Nayya mau pulang ke rumah ambil baju dulu ya" pamitnya pada Azizah yang berdiri di ambang pintu.
"Iya, hati-hati di jalan" setelah berpamitan Faiz mulai melajukan motornya, berbelok ke jalan raya, dan melaju sejauh satu setengah kilometer dan motor mulai berbelok ke arah gang melewati jembatan kecil dan setelahnya berhenti.
"Pengantin baru bukannya nyunnah malam pertama malah keluyuran" ledek Adiba yang sudah pulang dari kerjanya. Sedangkan Nayya dan Faiz hanya nyengir.
"Mau ambil baju Diba" jelasnya kemudian masuk ke dalam kamar dan mengambil satu tas besar yang memang sudah dirinya tata untuk di bawa ke rumah Faiz.
"Ibu ada?" tanya Faiz pada Adiba.
"Ada mas di dalam, bentar Adiba panggil dulu" setelahnya Faiz duduk di ruang tamu sembari menunggu Zulfa juga Nayya yang mungkin tengah menata bajunya.
"Menantu ibu, ada apa kok kesini?" tanya Zulfa kemudian duduk berhadapan dengan Faiz.
"Anterin Nayya bu, ambil baju katanya" jelasnya pada Zulfa. "Oh iya bu, besok saya mau ke Jogja sama Nayya sama ibu" ujarnya pada Zulfa.
"Ada acara apa ke Jogja?" tanya Zulfa.
"Kemarin sore, besannya ibu meninggal, jadi mau ngelayat kesana bu" jelasnya yang diangguki Zulfa.
"Yaudah hati-hati, titip Nayya ya. Semoga perjalanannya lancar, selamat sampai tujuan, maaf ibu nggak bisa ikut karena ibu ada jadwal ke rumah sakit besok" jelasnya pada Faiz.
"Iya bu, semoga ibu juga di beri kelancaran dalam pengobatannya. Yang sabar nggeh bu" tak lama kemudian Nayya sudah ada di ruang tamu sembari menenteng tas besar berisi baju itu.
"Yaudah Faiz sama Nayya pulang dulu nggih, assalamualaikum" setelahnya mereka berdua pulang ke rumah Faiz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments