Pukul dua belas kurang seperempat, Faiz sudah dibawa ke ruang operasi. Arya, Azizah, juga Radit 'suami Alifa' pun turut menunggu di luar ruang operasi.
Alifa sudah pulang terlebih dulu karena harus mengurus anaknya yang berusia lima tahun itu. Sedangkan Nayya, dirinya sebenarnya ingin menunggu hingga operasi, namun Arya melarangnya dan menyuruh agar Nayya pulang supaya bisa istirahat. Alhasil Nayya hanya menurut dan saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam taksi yang dipesan Arya sudah datang, Nayya segera masuk ke dalam taksi yang akan membawa dirinya pulang ke rumahnya.
Tepat pukul dua belas malam, lampu ruang operasi menyala pertanda operasi baru saja mulai, ketiganya yang sedang menunggu pun hanya merapalkan do'a.
Arya membuka room chat Nayya dan mengetikkan sesuatu di sana 'Nay, do'ain ya, operasinya baru aja mulai, semoga lancar' setelahnya Arya menekan tombol pesawat terbang dan pesan pun terkirim kepada Nayya. Terlihat centang satu, mungkin saja Nayya sudah tidur, mengingat tengah malam, jarang sekali ada mata yang masih terjaga.
Operasi telah berjalan satu jam. Arya, Azizah, juga Radit masih terjaga dalam sunyinya malam. Tak ada dari mereka yang mengantuk sedikitpun lebih-lebih lagi di situasi seperti ini.
"Bu, tidur saja biar saya sama Arya yang jaga disini" saran Radit sembari mendekat dan duduk di samping mertuanya.
"Ibu nggak ngantuk nak, ibu mau nunggu sampai operasinya selesai" jelas Azizah sembari menarik sudut bibirnya dan tersenyum.
"Ya sudah kalau itu mau ibu. Mas titip ibu ya, saya mau beli minum sebentar" ujar Radit pada Arya yang tengah memandang handphonenya.
"Iya mas" setelahnya Radit pergi keluar dan mengendarai motornya menuju minimarket terdekat.
Tak selang lama, handphone Arya berdering menandakan panggilan masuk. Tertera di layar handphone miliknya 'Adiba Mumtaz memanggil' segera Arya angkat telepon dari adiknya ini.
"Assalamualaikum bang, gawat bang" ujar seorang perempuan di seberang telepon. Arya pun sedikit menjauh dari Azizah.
"Wa'alaikumsalam, kenapa Diba, ada apa? Ibu kenapa?" tanyanya panik.
"Bukan ibu bang, tapi Nayya" tanyanya membuat Arya semakin terkejut. Ada apa dengan Nayya?
"Nayya kenapa Diba?" tanya Arya dengan nada yang sedikit meninggi.
"Nayya nggak ada di rumah, barusan aku bangun Nayya udah nggak ada di kamar, dan pintu rumah nggak ke kunci" jelasnya membuat Arya mengernyitkan dahinya bingung. Apa Nayya pergi dari rumah? Atau kemana? Apa jangan-jangan Nayya mau ke rumah sakit? Sama siapa? Naik apa dia? Itulah pertanyaan yang muncul dalam benak Arya.
"Ya sudah nanti biar abang yang cari Nayya. Kamu di rumah aja jaga ibu ya, abang matiin dulu teleponnya, assalamu'alaikum" setelah mematikan teleponnya secara sepihak. Arya mondar-mandir memikirkan adiknya Nayya.
'Aduh Nayya Nayya, sudah jam satu lebih gini malah keluar rumah, kemana dia pergi, bagaimana kalau sesuatu terjadi sama Nayya?' tanyanya dalam hati 'sebaiknya aku tunggu mas Radit sampai sini, biar bu Azizah ada yang jaga' lanjutnya kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Azizah.
Usai membeli minuman untuknya juga Arya dan mertuanya, Radit segera mengendarai motornya menuju rumah sakit. Setelah memarkirkan motornya dan hendak memasuki rumah sakit, netranya menangkap sosok perempuan yang baru saja keluar dari taksi. Tampak familiar Radit pun sedikit mengucek matanya supaya dapat jelas melihatnya.
"Lhoh itu bukannya Nayya ya" gumamnya kemudian mendekat ke arah perempuan itu.
"Nayya?" tanyanya memastikan membuat sang pemilik nama pun menoleh ke sumber suara.
"I-iya" jawabnya sedikit gugup.
"Kenapa keluar malam-malam, kalau memang mau ke rumah sakit kamu bisa telepon Arya untuk menjemputnya, tak baik perempuan keluar malam apalagi di atas jam dua belas seperti ini, banyak bahayanya" jelasnya membuat Nayya mati kutu.
"T-tadi buru-buru mas"
"Ya sudah mari masuk" Radit pun segera memasuki rumah sakit diikuti oleh Nayya dibelakangnya.
Mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat ke ruang operasi membuat Azizah juga Arya mendongakkan kepalanya.
"Nayya" kagetnya saat Nayya berjalan bersama Radit. Sejujurnya Arya sudah sangat panik jika sesuatu terjadi pada Nayya. Sedangkan Nayya hanya menunduk, takut jika abangnya akan marah dengannya.
"Ma-maafin Nayya bang" ujarnya sembari terus meremat ujung jilbabnya.
"Tadi saya ketemu Nayya waktu Nayya turun dari taksi, yaudah saya ajak masuk sekalian. Takutnya nanti diculik orang mas, lagian ya nggak baik buat perempuan keluar malam-malam, di atas jam sebelas malam pun kalau nggak ada kepentingan kerja, pasti yang di rumah udah khawatir" jelasnya membuat Arya dan Nayya tertegun. Radit begitu baik dengan dirinya, berbeda dengan Alifa, kakak dari Faiz.
"Iya Nay, bener kata mas Radit, lain kali kalau mau keluar kabarin dulu, biar nanti abang jemput. Jangan diulangi lagi ya" Nayya pun mengangguk dan duduk di ruang tunggu yang sudah disediakan.
Dua jam berlalu, tepat pukul tiga pagi usai Nayya shalat tahajud juga witir di musholla rumah sakit, Nayya mendapat kabar bahwa operasi selesai dan berjalan dengan lancar. Segera Nayya melepas mukenanya dan berjalan menuju ruang operasi.
"Mas Faiz masih di dalam?" tanya Nayya kemudian.
"Iya, bentar lagi kata dokter mau dipindah ke ruang rawat" jelas Arya. Tak henti-hentinya Nayya mengucap syukur, akhirnya operasi selesai dan berjalan dengan lancar.
Setengah jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka lebar, dan keluarlah beberapa perawat sembari mendorong brankar milik Faiz.
Nayya menyunggingkan senyum sembari menatap lekat-lekat seseorang yang masih berstatus menjadi calon suaminya ini.
'Terima kasih sudah kuat dan melewati ini semua' batinnya kemudian. Baru kali ini Nayya mampu melihat Faiz dengan jarak yang begitu dekat dan bahkan dengan waktu yang cukup lama. Berbeda jika saat dirinya bertemu Faiz di masjid, dirinya selalu saja menunduk, bersikap acuh, bersikap dingin, dan cuek.
Setelahnya mereka semua mengikuti perawat itu untuk menuju ke ruang rawat yang sudah disediakan.
"Oh iya, ini tongkatnya yang buat jalan, kalau pakai kursi roda saya rasa masih belum bisa karena kakinya tidak bisa ditekuk untuk sementara waktu" jelasnya membuat Radit juga Azizah mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi dulu, dan kalau ada apa-apa bisa pencet tombol darurat ya" jelasnya lagi kemudian pergi meninggalkan ruang rawat milik Faiz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments