Rencana Lamaran

Satu tahun kemudian

Takbir terus menggema di dalam masjid di sepanjang malam menjelang satu Syawal, Faiz bersyukur karena bisa mengikuti takbiran di masjid, sedangkan tahun lalu dirinya hanya di rumah saja, karena kecelakaan itu terjadi tepat tanggal 10 Ramadhan.

"Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Laailaha Illallahu Allahuakbar Allahuakbar Walillahilhamd" begitulah kumandang takbir yang terus menggema hingga menjelang subuh.

Kemudian sholawat tarhim sebelum subuh mulai terdengar. Adzan subuh pun mulai dikumandangkan, terdengar saling sahut menyahut bersamaan dengan sahutan ayam yang berkokok. Kemudian sembari menunggu waktu iqamah, dilanjut lagi dengan mengumandangkan takbir.

Sungguh, mata mana yang tak menitikan air mata, hati mana yang tak terketuk kala takbir dikumandangkan. Suasana ini yang sangat dirindukan, suasana ini yang sangat di nanti, lebaran akan tiba, atau bahkan ada yang sudah merayakannya? Karena memang waktu di berbagai tempat bahkan negara pun berbeda.

Iqamah sudah berkumandang, shalat subuh pun ditunaikan. Usai shalat dan berdo'a, sebagian ada yang melanjutkan untuk mengumandangkan takbir, sebagian lagi ada yang mulai menata tempat untuk pelaksanaan shalat idul Fitri.

Tepat pukul 6.30 shalat idul Fitri dilaksanakan, dilanjut dengan khutbah dan kemudian halal bihalal. Setelahnya mereka semua pulang ke rumah masing-masing merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarganya.

Usai kakak-kakaknya sungkem kepada sang ibu, kini giliran Faiz yang sungkem sekaligus minta maaf kepada Azizah, berharap dosa-dosanya dalam satu tahun ini bisa dihapus di hari raya ini.

Setelah sungkem dengan sang ibu, Faiz pun sungkem dengan kakak-kakaknya mulai dari kakak sulung hingga kakak terakhirnya.

Acara sungkem usai, suasana haru sudah menjadi hal biasa di hari raya ini. Dimana yang pergi akan kembali, yang jauh akan mendekat, berkumpul jadi satu, sama-sama merayakan hari raya.

Mereka pun mengobrol berbagai hal, hingga pandangan sang kakak sulung berpindah pada Faiz yang tengah meneguk minumannya itu.

"Faiz gimana rencananya? Masa iya belum ada calon juga, nggak coba nyari, apa gimana gitu" tanya sang kakak sulung 'Farhan'. Sudah satu tahun setelah pernikahannya batal, Farhan belum juga melihat gerak-gerik Faiz yang akan melamar perempuan, atau bahkan mengenalkan perempuan pada keluarganya pun belum.

"Iya Iz, ibu itu lho pengen nimang cucu dari kamu, ya nggak bu" goda Fariz putra kedua Azizah. Sedangkan Azizah hanya tersenyum dan mengangguk membenarkan penuturan Fariz.

"Iya Iz, ibu lihat, kerjaan kamu sudah mapan dan bisa di sambil memakmurkan masjid. Apa kamu nggak berpikiran buat cari calon istri?. Inget usia nak" jelas Azizah.

"Mmm kalau Faiz rencananya sih mau ngelamar bulan ini mas, bu" ujarnya membuat semua orang mengernyitkan dahinya bingung. Faiz belum pernah sekedar mengenalkan perempuan entah pada ibunya atau kakak-kakaknya, tapi kenapa tiba-tiba mau ada lamaran.

"Tiba-tiba banget, nggak dikenalin dulu? Siapa calonnya?" tanya Alifa penasaran.

"Nayya mbak, insyaallah kalau Nayya belum nikah, belum di pinang lelaki lain dan Nayya udah siap berumah tangga, Faiz mau lamar dia dan menikahinya" semua yang ada disana tersenyum, kecuali Alifa. Nampaknya perkara satu tahun lalu masih diingatnya, bahkan mungkin dendam itu masih ada dalam diri Alifa.

"Apa nggak ada perempuan lain selain Nayya Iz, kamu tau, gara-gara dia kamu jadi kecelakaan dan masuk rumah sakit kan? Mana lutut kamu juga di operasi lagi. Udahlah banyak perempuan lain di luar sana yang lebih dari Nayya" jelasnya tanpa menatap wajah Faiz. Dirinya tengah sibuk meladeni putranya 'cucu Azizah'

"Mbak, kecelakaan itu musibah, nggak ada sangkut pautnya sama Nayya. Lagian mbak, memang di luar sana masih banyak perempuan yang lebih dari Nayya. Tapi apa mereka mau menerima Faiz apa adanya seperti ini?" tanyanya membuat Alifa mati kutu, namun sedetik kemudian Alifa membuka mulutnya.

"Yaudah terserah sih, tapi mbak nggak ridho kalau kamu menikah sama Nayya" jelasnya kemudian pergi ke kamar belakang meninggalkan mereka semua. Radit tampak memijit kepalanya, bukan pusing, hanya saja dirinya tak habis pikir dengan jalan pikirannya Alifa.

"Gimana bu, mas, apa Faiz harus menundanya lagi? Jujur Faiz belum ada calon istri selain Nayya, karena dari dulu memang Nayya lah yang Faiz inginkan untuk menjadi pendamping hidup Faiz" ujarnya kemudian menunduk pasrah.

"Lakukan saja lamarannya, nanti biar mas bicara sama mbak mu" jelas Radit kemudian. Dirinya sebagai suami merasa bersalah karena tak bisa mendidik istrinya 'Alifa' untuk bertutur kata yang baik dan sopan.

"Makasih ya mas" ucap Faiz dengan sumringah. Dirinya berencana akan melamar Nayya dan sekaligus menikahinya di bulan Syawal ini. Dirinya berharap semoga semuanya di beri kelancaran. Entah pada saat lamaran ataupun saat pernikahan itu tiba.

"Oh iya, kira-kira mau kapan lamarannya? Nanti insyaallah mas sama Nina bakal dateng kalau pas nggak ada kerjaan" ujar Farhan yang diangguki oleh Nina, sang istri 'menantu Azizah'

"Tanggal 10 Syawal mas, insyaallah" ujarnya yang diangguki oleh Azizah juga para putra dan menantunya. Usai sang kakak-kakak pulang ke rumahnya, Faiz segera masuk, kemudian duduk di ruang tamu. Dirinya mengambil handphonenya yang ada di atas meja. Kemudian segera menghubungi seseorang.

"Halo, Assalamu'alaikum mas" salam Faiz saat teleponnya sudah terhubung dengan milik Arya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Arya dari seberang telepon.

"Minal Aidzin wal faizin mas, maaf lahir batin nggih kalau ada salah" ujar Faiz kemudian.

"Iya Iz maaf lahir batin juga, ngomong-ngomong tumben nelpon, ada apa?" tanya Arya penasaran.

"Mmm begini mas, apa Nayya udah punya suami atau di pinang lelaki?" tanyanya memastikan.

"Nggak ada sih Iz, emang kenapa?" tanyanya balik.

"Rencananya saya mau lamar Nayya mas, kalau mas berkenan dan mengijinkan, besok insyaallah tanggal 10 Syawal saya akan ke situ" jelas Faiz kemudian.

"Oh, begitu, baliklah, nanti saya sampaikan sama ibu sama Nayya juga"

"Ya sudah mas kalau begitu saya matikan dulu teleponnya Assalamu'alaikum" setelahnya Faiz menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Bismillah, semoga Nayya mau menerima lamaranku kali ini" gumamnya kemudian beranjak memakai sarungnya dan mengendarai motornya ke masjid. Mengingat sebentar lagi waktu Dzuhur tiba.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!