Melepaskan

Tiga jam berlalu pasca operasi, dan kini Faiz sudah sadar dari tidurnya. Saat pertama kali mata itu terbuka, Nayya lah yang pertama kali dilihatnya. Rasa senang, sedih, bahagia, takut menyelimuti dalam dirinya.

"Mual?" tanya Azizah yang langsung disambut gelengan oleh Faiz. Biasanya efek setelah operasi mual, makanya Azizah menanyakan itu pada putra bungsunya.

"Bu, mas Radit, mas Arya, boleh tinggalkan kami berdua disini? Faiz mau bicara sama Nayya" Arya hanya mengiyakannya. Sedangkan Radit tampak meminta persetujuan Azizah. Azizah pun menganggukkan kepalanya, setelahnya mereka bertiga keluar dari ruang rawat itu. Dan tinggallah Faiz dan Nayya di dalam.

Suasana canggung menyelimuti keduanya. Tak ada dari mereka yang memulai bicara. Meskipun Faiz yang memintanya namun Faiz masih enggan membuka suara.

"M-mas Faiz mau ngomong apa?" tanya Nayya memecah keheningan antara keduanya, kemudian Nayya duduk di kursi samping ranjang milik Faiz.

"Saya mau membatalkan pernikahannya dan menarik lamaran saya" jelasnya membuat Nayya tercengang. Seolah udara dalam ruangan itu habis membuat Nayya merasakan sedikit sesak dalam dadanya.

Kenapa tiba-tiba? Apa karena kondisi Faiz yang seperti ini? Apa karena Faiz sudah mendapat calon istri yang lebih darinya? Atau bahkan ini permintaan dari Alifa? Pertanyaan itu terus saja berputar di otaknya.

'Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, kenapa Nay jadi suudzon gini' batinnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Kenapa mas Faiz mau membatalkan pernikahannya? Dan kenapa tidak di undur saja?" tanyanya penasaran.

"Sekarang kondisi saya nggak memungkinkan untuk bekerja, bahkan untuk sekedar jalan pun tak bisa. Dan takutnya saya tidak bisa menafkahi kamu, maka dari itu saya mau membatalkan pernikahannya. Dan sekarang kamu bebas kamu bisa nerima lamaran dari laki-laki lain yang mungkin lebih baik dari saya, dan bisa menafkahimu lahir batin" kalimat terakhir yang keluar dari mulut Faiz sontak membuat hati Nayya seperti tersayat-sayat, dan mata pun mulai berkaca-kaca. Nayya paling tak suka dengan perkataan itu, apalagi kata-kata itu dikeluarkan oleh orang yang selama ini Nayya perjuangkan dalam diam. Bukankah itu artinya perjuangan Nayya sia-sia?. Bahkan Nayya pun mengiyakan untuk menawarkan diri pada Faiz. "Saya tidak yakin jika mengundur pernikahannya. Karena saya sendiri pun tak tau kapan bisa jalan lagi" jelasnya lagi membuat Nayya menganggukkan kepalanya.

"Y-ya sudah kalau itu maunya mas Faiz s-saya pergi dulu assalamualaikum" pamitnya sembari menyeka air matanya yang hendak tumpah membasahi pipinya.

Arya, Radit juga Azizah yang melihat Nayya keluar dengan terburu-buru pun langsung menanyakan apa yang terjadi, namun belum sempat menanyakannya, Nayya sudah pergi dengan setengah berlari. Membuat ketiganya terheran-heran.

"Nayya kenapa?" tanya Radit.

"Biar ibu yang nyusul" Radit dan Arya pun hanya mengangguk. Jika sudah soal perasaan, mungkin perempuan lebih tau.

Sesampainya di toilet, ditutupnya pintu itu dengan pelan. Nayya menangis dengan sangat kencang hingga Azizah mampu mendengar tangisan itu dari luar.

Nayya luapkan semua kesedihan, juga lelah letihnya saat dirinya menanti sebuah jawaban do'a, sesak dalam dada yang selama ini ia rasakan, semua itu terasa lega setelah dirinya menangis.

Dulu memang Nayya pernah berpikir jika dengan menangis tak mengubah apapun yang ada dalam hidup kita. Dan itu memang benar adanya.

Tapi seiring berjalannya waktu. Nayya sadar jika tangisan bukanlah menandakan bahwa diri kita lemah, bukan pula menandakan bahwa diri kita cengeng, dan sudah jelas tak bisa mengubah takdir yang sudah digariskan. Tapi, dengan menangis membuat hati kita sedikit lega dan beban dalam hidup pun terasa berkurang. Itu yang Nayya rasakan saat ini, meskipun hanya sementara.

Usai tangisannya mereda, Nayya mencuci tangan dan membasuh mukanya yang terlihat sembab. Kemudian dirinya membuka pintu, dan betapa terkejutnya di luar sudah ada ibunda Faiz.

"Ibu kenapa disini? Mau ke toilet juga?" tanya Nayya sedikit gugup, harap-harap Azizah tak mendengar tangisannya tadi.

Tanpa pikir panjang Azizah pun segera menggandeng tangan Nayya, mereka berjalan melewati lorong rumah sakit, dan sampailah di sebuah gazebo yang ada di area rumah sakit.

"Cerita sama ibu nak, kamu kenapa?" tanyanya membuat Nayya terkejut. Ternyata Azizah mendengar tangisannya tadi.

"Nayya nggak papa kok Bu" jelasnya membuat Azizah menggelengkan kepalanya.

"Cerita aja nggak papa sama ibu" tuturnya lirih sembari mengelus pundak Nayya untuk menyalurkan kekuatan untuknya.

Pertahanan Nayya lemah, dirinya kembali menangis dan Azizah pun segera membawa tubuh Nayya ke dalam pelukannya. Azizah sudah menganggap Nayya sebagai menantunya meskipun masih berstatus calon.

"Faiz ada buat salah apa sama kamu nak?" tanyanya kemudian. Takut-takut jika Nayya menangis karena anak bungsunya. Di dalam pelukan Azizah Nayya menggelengkan kepalanya.

"Apa Nay nggak boleh bahagia bu? Kenapa Nay harus ngerasain sakit terus, bukan fisik Nay yang sakit, tapi batin Nay yang sakit. Nay capek bu" tuturnya membuat Azizah semakin tak mengerti. Entah kenapa dirinya begitu terbuka dengan Azizah sedangkan sebelumnya dirinya tak pernah bercerita, mengeluh, meluapkan kesedihan yang dia pendam sendiri, bahkan kepada kembarannya pun dirinya tak pernah bercerita.

Nayya melepas pelukannya dengan Azizah dan menyeka air matanya. Setelahnya dirinya mulai bercerita.

"Mas Faiz mau membatalkan pernikahan kami bu" Nayya menarik sudut bibirnya dan tersenyum.

"Kenapa? Apa karena Faiz lagi sakit?" tanyanya yang diangguki oleh Nayya.

"Tapi kenapa harus dibatalkan? Kan bisa di undur" jelasnya membuat Nayya mengangkat bahunya tak tau.

"Ya sudah biar nanti ibu bicarakan sama Faiz ya. Kamu yang tenang nak, ibu yakin Faiz sebenarnya juga berat mengatakan itu. Tapi percayalah jika kamu berada di posisi Faiz pasti kamu akan mengatakan hal yang sama. Kamu yang sabar ya"

Nayya pun mengangguk paham. Setelahnya Azizah juga Nayya kembali ke ruang rawat Faiz.

"Assalamualaikum" salam Azizah sembari membuka pintu ruangan itu dengan pelan.

"Wa'alaikumsalam" jawab dua orang lelaki di dalam.

"Lhoh tinggal Arya, Raditya kemana?" tanyanya pada Arya.

"Mas Radit sudah pulang bu, barusan di telepon suruh ke kantor" jelasnya membuat Azizah mengangguk. Dan Arya pun pamit pulang, begitu juga dengan Nayya. Setelah mereka berdua pergi, tinggallah Faiz juga sang bunda di dalam.

"Nak, kenapa kamu mau membatalkan pernikahannya bukankah kamu mencintainya dan dia mencintaimu? Seharusnya kamu cukup mengundurnya, tak perlu membatalkan pernikahannya" terdengar hembusan nafas kasar keluar dari mulut Faiz.

"Faiz nggak yakin bu kalau Nayya mau menerima Faiz dengan kondisi seperti ini, apalagi untuk sementara waktu Faiz nggak bisa bekerja"

"Ya sudah kalau memang kamu melepasnya, kamu yang sabar yang ikhlas, insyaallah kalau Nayya memang jodoh kamu, pasti kalian akan bersatu walaupun begitu banyak rintangan yang harus kalian lalui" jelasnya sembari tersenyum pada putra bungsunya.

Terpopuler

Comments

Bunda Hana

Bunda Hana

Nayya insyaallahh akan indah pada waktunya bersabar ya

2023-10-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!