Gila Karena Cinta

Adeline berjalan sekitar toko-toko yang berjejer di dekat cafe tempatnya berada. Dion tadinya kekeh ingin mengantarnya pulang. Tetapi Adeline bersikeras ingin pulang sendiri. Pelukan Dion amat mengejutkan. Secepatnya ia melepas rengkuhan itu darinya kemudian pamit pergi tanpa menjelaskan panjang lebar.

"Maaf Dion." Tentu siapa saja berhak menyukai, batinnya. Termasuk Dion yang menyukai dirinya.

"Baby, sedang apa di sini?"

Tubuh Adeline sontak berubah tegap melihat Ben muncul dihadapannya.

"Da-Daddy?"

"Ikut aku, kebetulan kita bertemu di sini." Ben tersenyum seperti biasanya.

"Kamu habis ngapain di sini?" tanya Adeline.

"Hem, bukannya tadi aku yang bertanya padamu?" balas Ben.

Adeline terdiam.

"Sudah tidak apa, itu tak terlalu penting. Kau mau ikut aku, kan?"

Adeline mengangguk, mana mungkin dia menggeleng. "Iya."

"Good, Baby." Ben lalu menggandeng Adeline membawanya pergi dari tempat itu.

***

Dalam mobil Ben tak henti menggenggam tangan Adeline. Ia bahkan menyetir dengan menggunakan satu tangan kanannya.

"Daddy, bagaimana kamu bisa menyetir kalau tanganmu memegang ku begini terus?"

Ben menatap Adeline sekilas lalu senyum saja tanpa menjawab pertanyaan Adeline.

Aneh. Kenapa juga Ben hanya senyum dan tak berkata apa pun.

"Kita mau kemana?" Adeline belum diberitahu oleh Ben kemana dia akan dibawa pergi.

"Ke suatu tempat, hanya kau yang aku beritahu," jawab Ben.

"Hanya aku?" ulang Adeline.

"Ya." Ben lalu mengecup tangan Adeline lembut.

Mereka melewati perkotaan lalu mulai masuk ke wilayah yang cenderung sepi. Itu pinggiran kota.

"Ini dimana, Daddy?"

"Kenapa?" Ben melirik Adeline. "Kau takut ku culik?"

Adeline menggelengkan kepala. "Mana mungkin. Bukan gitu, aku hanya ingin tahu," jawabnya.

"Tidak aku beritahu sekarang, nanti kau akan tahu sendiri." Ben kembali fokus pada kemudi.

"Okey." Adeline hanya dapat mengiyakan dan ikut saja kemana Ben membawanya.

Saat itu Adeline kembali teringat apa yang Dion katakan. Itu memang menganggu pikirannya. Belum lagi kalau Ben tahu bahwa tadi dia baru menemui Dion.

"Daddy, maaf tadi aku malah keluar rumah. Padahal kamu bilang agar aku—"

"No problem, baby." Potong Ben.

Adeline mengangguk tipis. "Thank you, Daddy."

"Apa pun untukmu, Baby. Lakukan yang kau suka. Tapi aku marah jika kau melakukan hal yang tak kau sukai." Ben mengatakannya sambil tersenyum penuh arti.

Senyum tipis dari bibir Ben menunjukkan banyak maksud yang diartikan sendiri oleh Adeline. Kenapa dia merasa sakit melihat senyuman itu.

Kemudian Ben menyalakan musik yang ada di mobilnya. Sebuah lagu diputar membuat perasaan Adeline tersentak. Itu lagu yang sangat mewakili hubungannya dengan Ben.

Secret Love Song.

Tanpa sadar Adeline menjatuhkan air mata.

"You okay, Baby?" Ben terkejut melihat Adeline menangis lalu mematikan musiknya.

Adeline tersenyum sambil menyeka air matanya. "Maaf, belakangan aku jadi sensitif dan cengeng."

Ben mengusap puncak kepala Adeline pelan. "Jangan menangis. Meski kau kelihatan sangat cantik saat menangis. Tapi kau lebih cantik sewaktu tertawa ceria, lepas tanpa beban."

Hati Adeline bergetar hebat saat menatap Ben yang tengah mengatakan kata lembut itu.

"Iya, Daddy. Aku tidak menangis lagi."

Mobil Ben pun masuk ke sebuah gedung yang mirip rumah dengan pelataran luas di depannya. Seseorang membukakan pintu gerbang sewaktu mobil Ben datang. Adeline bertanya-tanya, ingin tahu sebenarnya itu tempat apa. Tidak ada petunjuk apa pun, dia tak bisa menebaknya.

"Baby, ayo turun," kata Ben lalu Adeline turun.

Seorang wanita muncul menghampiri Adeline dan Ben dengan senyum ramah.

"Tuan Ben, Anda datang?"

"Nyonya Liam, saya datang bersama dengan wanita cantik," jawab Ben tersenyum.

Wanita itu bernama Liam Amara. Ben memperkenalkan Adeline padanya.

"Namanya Adeline."

"Adeline," ujar Adeline mengulurkan tangannya.

Nyonya Liam menanggapinya ramah, ia membalas uluran tangan Adeline. "Panggil aku Nyonya Liam. Aku tinggal di sini."

"Salam kenal Nyonya Liam," ucap Adeline lembut.

"Mari masuk," ajak Nyonya Liam pada Adeline.

Ben mengangguk membiarkan Adeline lebih dulu mengikuti Nyonya Liam.

Rumah itu sederhana. Akan tetapi halamannya luas dengan berbagai macam tumbuhan yang ditanam di sana. Ada bunga-bunga bermekaran, juga beberapa tumbuhan obat.

"Tuan Ben, sekarang?"

"Ya," jawab Ben.

Adeline sendirian yang tak mengerti apa maksud Nyonya Liam dan Ben.

Mereka bertiga berdiri di sebuah ruangan. Kemudian Nyonya Liam membuka pintu mempersilakan Ben masuk lebih dulu, barulah Adeline diajak masuk juga oleh Nyonya Liam.

Begitu mereka masuk ke dalamnya. Ada seorang wanita berambut panjang yang tengah duduk di atas ranjang. Wanita itu tampak pucat dengan tatapan kosong. Ben lalu menghampiri wanita itu, tersenyum ringan sambil menggenggam tangan kurus itu.

"Aku datang, Mam."

Adeline berdiri di samping Nyonya Liam sambil memperhatikan Ben yang mengecup kening wanita dengan tatapan kosong itu.

"Bersama seorang wanita baik hati, dia bernama Adeline."

Adeline lalu maju beberapa langkah mendekati Ben setelah Nyonya Liam mengisyaratkannya untuk melakukan itu.

"Baby, ini mamaku, Lusiana."

Adeline terkejut melihat kondisi wanita yang Ben bilang adalah mamanya.

"Dia sakit sudah lama. Aku kesini sengaja membawamu menemuinya. Maaf, ya, jika kau kaget."

Mata Ben mulai berkaca-kaca. Pria itu memalingkan wajah, setelah itu menengadahkan pandangan berusaha menahan kesedihan.

"Ben, dia benar mamamu?" tanya Adeline lalu menggenggam tangan wanita itu.

"Ya, dia mamaku. Mama kandungku," jelas Ben.

Adeline menatap Ben sekilas lalu mulai memperhatikan wajah wanita yang hanya diam tanpa membuka mulutnya sama sekali.

"Halo, Tante, kenalkan aku Adeline," ucap Adeline ramah pada wanita itu.

Namun tidak ada jawaban sama sekali. Ben memeluk wanita itu dengan erat. Adeline merinding ketika melihat sorot mata Ben yang sendu. Ada yang Ben sembunyikan, sesuatu yang baru pertama kali Adeline lihat yaitu air mata Ben.

Sambil mengelus kepala wanita itu, Ben pun terlihat mengecup keningnya berulang-ulang.

Perasan yang tak dapat dijelaskan. Yang pasti Adeline merasakan kesedihan yang Ben tunjukkan saat itu.

Nyonya Liam lalu mengajak Adeline keluar dari ruangan itu, membiarkan Ben bersama dengan mamanya untuk beberapa saat.

"Nyonya Liam." Adeline menatap wanita paruh baya yang memiliki tatapan sangat teduh dan tenang itu.

Nyonya Liam hanya menatap Adeline dengan senyum ramah. "Nyonya Lusiana sudah lama sakit. Jiwanya terguncang karena sesuatu. Tuan Ben sering mengunjungi mamanya sendirian. Tak disangka, hari ini Tuan Ben pertama kalinya membawa seorang wanita."

Adeline benar-benar tidak tahu sama sekali. Ben tak pernah sekalipun menyinggung tentang keluarganya. Baru-baru ini saja Adeline tahu bahwa Ben punya hubungan keluarga dengan Dion.

"Kau sangat cantik, Nona Adeline. Tuan Ben, dia sangat dingin pada wanita. Tapi hangat pada orang tua. Termasuk padaku, padahal aku bukan mamanya. Dia sangat sayang pada Nyonya Lusiana, meski ayah Tuan Ben sendiri tidak tahu keberadaan Nyonya Lusiana."

"Kenapa tidak tahu?" tanya Adeline penasaran.

"Hem, ada sesuatu yang tidak pernah Tuan Ben jelaskan. Aku hanya menjaga Nyonya Lusiana untuk Tuan Ben," jawab Nyonya Liam dan Adeline pun terdiam.

***

Setelah berpamitan dengan Nyonya Liam. Ben mengantar kembali Adeline pulang. Diperjalanan Ben tidak berkata sepatah katapun. Padahal banyak hal yang ingin Adeline dengar dari Ben. Termasuk tujuan Ben mengajaknya menemui Nyonya Lusiana tadi.

"Dia begitu karena patah hatinya. Sebab pria yang dicintainya meninggalkan dia untuk selamanya," ucap Ben tiba-tiba.

Adeline tidak mengerti maksud perkataan Ben.

"Ya, Baby. Mamaku tidak mencintai Ayah tapi dia mencintai pria lain," terang Ben.

Adeline terdiam menatap Ben yang fokus ke jalanan. Tapi satu hal yang mengusiknya. Sewaktu melihat tangan Ben gemetar saat menjelaskan tentang mamanya.

"Dia bilang cinta bisa membuat orang menjadi gila. Kurasa, dia gila karena cinta."

...****************...

...Terima kasih sudah membaca sampai bab ini, harap jangan lupa like dan komentar setelah membaca ya. Terima kasih atas dukungan teman-teman. 💖...

Terpopuler

Comments

Q.M.19

Q.M.19

ooo paham paham knp Ben sulit utk.jatuh cinta karena dia melihat ibunya yg seperti ini

2023-10-11

0

La_Rena

La_Rena

lanjutt

2023-10-11

0

LV

LV

😭😭😭😭 knp satu bab gak cukup ini gantung bgt 😵

2023-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!