Nolan langsung datang ke kantor Ben begitu Ben menghubunginya.
"Ben, ada apa?"
"Cepat singkirkan berita ini, siapa yang berani membuat berita sialan semacam ini sih!"
Nolan langsung membaca berita viral tersebut. Bukan hanya di website universitas saja. Tapi banyak yang membagikan ulang beritanya melalui sosial media. Bahkan ada salah satu akun yang berani menampilkan foto jelas Adeline.
"Oke, aku akan cari tahu. Kamu tenang ya. Sebaiknya kamu hubungi Adeline dan pastikan dia aman dulu."
"Adeline tak bisa dihubungi, aku sudah mencobanya," kata Ben.
Pantas saja raut wajah Ben benar-benar kalut sekarang.
"Coba kau cari ke kampusnya, mungkin dia masih di sana," kata Nolan.
***
Adeline bergeming setelah mendengar ucapan Dion. Pria itu kenapa harus mengatakan hal yang tidak masuk akal.
"Dion, kamu sadar sama ucapan kamu. Perempuan kayak aku itu gak pantes kamu bela," kata Adeline yang mulai muak dengan segalanya.
Adeline menyadari semuanya lambat laun akan tahu. Meski dia pernah berharap rahasianya terus tersimpan rapi. Tapi kalau sudah begini, semuanya sudah terlanjur terjadi. Tak ada yang bisa dia lakukan selain menghadapi semuanya.
"Jadi, semuanya benar, Del!"
Adeline tertunduk pilu. "Aku harus pergi, Dion. Makasih kamu udah baik sama aku."
"Adeline siapa orangnya!"
Adeline tidak berhenti, dia tetap berjalan menjauhi Dion.
"Adeline tunggu dulu, jawab aku, Del! Siapa orangnya?"
"Dion tolong kamu gak perlu tau!" tegas Adeline dengan air mata yang mengalir ke pipinya. "Buat apa kamu tanya? Mau memastikan aib diriku, iya?"
"Bukan, Del, please kamu jangan salah paham."
"Gak Dion, aku gak akan salah paham karena kamu gak salah. Tapi tolong, kamu gak perlu tanya dan berharap aku jawab pertanyaan kamu itu."
Adeline mencoba menguatkan dirinya kemudian pergi. Tapi Dion malah memeluknya dari belakang.
"Del, aku tahu kamu pasti ada alasan melakukan semuanya. Tapi Del, aku tetap gak bisa biarin kamu sendirian."
Tepat saat itu Ben muncul melihat semuanya. Melihat pemandangan Dion memeluk Adeline. Tangannya meremas, tatapannya marah menatap itu semua.
"Del, izinkan aku temani kamu, ya. Di saat begini, kamu gak boleh sendirian."
"Dion lepas!" Adeline melepaskan pelukan Dion tapi Dion malah makin mengeratkan.
"Dion!" Adeline berusaha lepas dengan menginjak kaki Dion.
"Argh!" erang Dion kesakitan.
"Maaf Dion. Aku harus pergi!" tegas Adeline.
Ben tidak bergerak, sewaktu Adeline berlari dari Dion. Tapi saat Dion mulai ingin mengejar Adeline lagi, Ben refleks menarik Dion kemudian mendorongnya hingga Dion jatuh tersungkur.
"Lebih baik kamu pergi!"
Dion menoleh, dia kaget melihat ada Ben di sana. "Om Ben?"
"Jangan ganggu dia." Ben menegaskan.
"Om Ben ada urusan apa di sini?" tanya Dion heran.
Namun Ben tidak menjawab, dia berjalan cepat mengejar Adeline.
"Astaga jangan-jangan?"
Ben terus berlari tak mau sampai kehilangan jejak Adeline. Benar saja yang dicemaskan Ben terjadi. Adeline diikuti sekelompok gadis pengganggu. Adeline berada di tengah-tengah sambil kebingungan.
"Eh lo manusia gak tahu diri! lo masih berani nunjukin wajah lo di sini, hah!"
Adeline menatap gadis itu dengan berani. "Maksud kamu apa? aku mau pulang, mending kamu dan teman-temanmu minggir!"
Para gadis itu terkekeh-kekeh melihat Adeline yang masih berani menjawabnya.
"Lo tuh udah murahan terus gak tahu diri, ya!"
Adeline yakin mereka semua pasti suruhan Kristin. Salah satu dari mereka membawa ember berisi air, kemudian saat Adeline lengah, orang itu menyiramkan air tersebut mengenai kepala Adeline hingga membasahi seluruh tubuhnya.
Adeline syok menerima perlakuan tersebut. Ben muncul mendorong orang yang berani menyiram Adeline.
"Pergi kalian anak sialan!" tegas Ben.
Kristin yang memantau melihat kemunculan Ben, dia kesal bukan main. "Ben ngapain, si!"
"Ben." Adeline menangis saat melihat Ben membuka jasnya, lalu memakaikannya pada Adeline.
"Kita pergi." Ben membawa Adeline pergi. Dia takkan membiarkan orang yang menindas Adeline begitu saja. Setelah itu akan ada orangnya yang memberi perhitungan pada orang-orang tersebut.
Adeline gadis yang ceria sebelum mengenal Ben. Begitu dipertemukan dengan Ben hidup Adeline bertambah ceria. Dia baik pada semua orang, tak terkecuali. Bahkan tidak pernah sekalipun berpikiran negatif sewaktu teman kampusnya mulai mendekati untuk mencari keuntungan darinya. Adeline baik pada siapa saja, dia tidak masalah jika orang itu berusaha memanfaatkannya sekalipun asalkan dirinya tidak merugikan orang lain. Namun sekarang tak ada yang berada di pihaknya. Semua muncul sebagai lawan yang menatap remeh kearahnya. Semua mencibir menganggap dirinya sangat hina.
"Apa salahku, Ben," ucap Adeline lirih.
Mereka berdua sudah di mobil. Ben melihat tangisan Adeline langsung memeluknya. "Baby, maafkan aku."
"Apa salahku terhadap mereka? Apa aku merugikan mereka?"
"Baby, kau tidak salah." Ben mengusap rambut Adeline yang basah.
"Aku hina, mereka menatapku sangat jahat." Adeline sesenggukan. Dia amat sakit.
"Tenanglah, aku akan mengurusnya." Ben menghibur Adeline bagaimanapun caranya.
Sementara dari luar mobil, agak jauh dari sana, Dion melihat semuanya.
"Jadi benar Om Ben?" Dion menahan geram.
"Kenapa, Del? Kalau hanya uang, aku juga bisa kasih kamu!" geram Dion. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa yang bersama dengan Adeline selama ini adalah Ben, omnya sendiri.
"Sialan!" umpatnya penuh emosional.
***
Yang ditakutkan Adeline akan segera terjadi. Kristin memastikan itu. Adeline mendapatkan surat pemberhentian dari universitas. Dia tahu Adeline punya impian yaitu lulus kuliah dan jadi desainer terkenal. Dengan begini, maka Adeline akan kehilangan kesempatan mengejar impiannya. Dia juga yakin, pernikahannya dengan Ben yang akan segera diselenggarakan menambah satu sakit hati yang akan dirasakan oleh Adeline.
"Adeline, kamu berurusan denganku. Jadi, terima akibatnya. Aku gak nyangka, aku kira kita bisa terus menjadi teman."
Tak lama Kristin tersenyum jahat. "Tapi, sejak awal kita memang gak cocok berteman. Orang-orang bodoh itu, mereka pasti menyesal lebih mengangumi kamu dibandingkan aku. Jelas aku lebih segala-galanya dari kamu, kan?"
Sejak awal ambisi Kristin adalah menarik seluruh perhatian orang-orang agar fokus hanya menatap kearahnya. Keberadaan Adeline, terutama sewaktu Adeline berubah menjelma menjadi gadis yang paling cantik di kampus sangat mengusiknya. Jadi, kehancuran Adeline sejak awal adalah harapan terbesarnya. Tidak menyangka, bukan hanya kehancuran yang akan Adeline dapatkan. Tapi pria yang bersama Adeline, tak lama lagi akan segera menjadi miliknya.
"Benedict Gevariel, dia sebentar lagi akan jadi milikku, Adeline."
"Kristin!"
Kristin menoleh ke sumber suara. Rupanya Dion yang memanggilnya dengan suara menggelegar.
"Tikus ini, mau apa sih?" cibir Kristin.
"Berhenti ganggu Adeline!" tegas Dion.
"Maksud kamu apa sih Dion?"
Kristin masih sabar karena biar bagaimanapun Dion adalah keponakan Ben, calon suaminya.
"Gak usah pura-pura. Kamu dibalik semuanya, kan? Kamu yang menyebarkan berita tentang Adeline dan menyuruh orang merundung Adeline?"
Kristin menggeleng. "Kenapa kamu bisa nuduh aku sih, Dion?"
"Gak perlu berlagak lugu, Kris!" Dion melihatnya sangat jijik. Dia yakin Kristin melakukan itu karena cemburu pada Adeline.
Kristin lalu tertawa. "Oh Dion, segitunya kamu bela dia. Padahal dia aja gak pernah anggap kamu ada lho."
Dion menahan diri agar tidak meledak. Tapi emosinya memang sudah terlanjur meluap.
"Tutup mulut kamu, Kris!"
"Lho, aku bener kan? Aku tahu, kamu suka sama Adel kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Q.M.19
Prihatin sekali kamu Adel ...
2023-10-04
0
IG Cherry.apink
Bab selanjutnya udh di-update dari kemarin tapi masih review sampai hari ini ya gaes 💔💔
2023-10-03
8
La_Rena
Dion gausah kecewa smaa q aja 😀
2023-10-02
0