Dion berperang dengan perasaannya sendiri. Satu sisi dia menyukai Adeline dan tak ingin Adeline dicampakkan nantinya oleh Ben. Mana mungkin Ben akan serius dengan Adeline, padahal dia tahu sepak terjang om nya itu yang tidak ingin berkomitmen dalam hubungan semacamnya.
Di sisi lain, Dion ingin memberitahu keluarganya, bahwa Ben menjalin hubungan dengan Adeline. Harapannya Ben mau melepaskan Adeline karena bagaimanapun keluarga Gevariel takkan setuju sebab usia keduanya yang terlampau jauh. Meski Kristin dan Adeline tidak jauh berbeda dari segi usia. Tapi Kristin punya nilai berbeda dengan Adeline. Ada urusan bisnis diantara mereka.
"Del, aku harus gimana." Dion bergumam sambil mendesah kan napas panjang.
"Dion!" panggil Rehan salah seorang teman Dion.
"Han." Dion menyahut.
"Lo liat Rizki, nggak?" tanya Rehan.
"Gak." Dion malas menjawabnya. Rizki dan dia bertengkar waktu itu karena Rizki sudah berani menghina Adeline di depannya.
"Lo berantem sama Rizki, emang beneran, Di?" tanya Rehan lagi.
"Gue males bahas dia, lo cari aja sana anaknya. Gue gak mau ikut campur, gak mau tau," jelas Dion.
Rehan menggelengkan kepalanya. "Di, emangnya lo beneran ada hubungan sama Adeline?"
Dion menatap tajam Rehan. Apa dia hendak menghina Adeline juga, batinnya. "Emangnya lo mau bikin gue kesel juga dengan ngelakuin hal sama kayak yang Rizki lakuin kemarin tentang Adeline!"
"Sabar, Bro. Gue, kan, cuman tanya kali." Rehan menjawabnya pelan.
Dion beranjak. Dia merasa tak lagi nyaman ada di kampus. Apalagi Adeline sudah di drop out dari kampusnya itu.
"Lo mau kemana, Di?" tanya Rehan.
"Balik."
"Di, gue nemuin lo karena mau kasih info."
"Info apaan." Dion malas, pasti info yang tidak penting.
"Ini tentang Adel, coba lo perhatiin. Ini menurut lo Adel bukan?" tanya Rehan sembari menunjukkan foto di ponselnya pada Dion.
Dion langsung menarik ponsel dari tangan Rehan. Itu memang Adeline, dia sedang berdua dengan seorang pria. Sepertinya Dion tahu, itu pasti Ben.
"Lo dapet dari mana, Han!" sentak Dion.
"Asal lo tahu, Di, anak-anak masih bahas tentang Adel walau berita kemarin udah hilang. Mereka curiga yang punya hubungan sama Adel itu crazy-rich Benedict, om lo."
"Astaga." Dion terdiam. Mana mungkin seisi kampus tahu bahwa itu adalah Ben.
"Lo lihat, ini menurut lo, om lo bukan?" tanya Rehan.
Dion tidak akan menjawab pertanyaan Rehan. "Berhenti menyelidiki hal yang gak penting. Adel cuman di fitnah."
"Gimana bisa lo mikir dia di fitnah? Sorry, Di, gue tahu lo suka sama dia. Tapi, bukti banyak mengarah kesana. Sorry lagi, dia emang sugar baby," bisik Rehan.
"Sampah mana yang berani usik Adeline!" sentak Dion kesal.
"Dion, gue juga gak tau. Tapi apa bener om-om yang sama Adeline itu ... om lo?"
Raut wajah Dion langsung berubah. Dahinya mengkerut dan sudut alisnya terangkat. "Mendingan lo diam. Asal lo tahu, gue....,"
"Lo kenapa?" tanya Rehan ingin tahu maksud Dion.
"Gue...."
Dion mengutuk niat dalam hatinya. Tapi bukankah ini demi kebaikan Adeline juga. Lebih baik dia mengatakan itu pada Rehan. Setelah itu pasti teman-teman kampus akan berpikiran semua berita itu tidak benar.
"Gue apa, Di? Ah lo mah bikin gue penasaran!"
Dion meneguk ludah. "Gue dan Adel udah jadian, sebentar lagi gue dan dia tunangan."
"Seriusan lo?"
Maafin aku, Del. Batin Dion.
***
Ben dan Adeline baru saja masuk ke studio. Film yang akan mereka tonton sebentar lagi dimulai. Akan tetapi, Ben merasakan ada orang yang sedang mengawasi dia dan Adeline. Hanya saja setiap kali Ben berbalik, mengecek ke sekitarnya, dia tidak berhasil mendapatkan petunjuk apa-apa kalau memang dia sedang diawasi.
"Ben, kamu cari apa?" tanya Adeline.
"Gak kok, Sayang. Kamu gak makan popcorn nya?" Ben tersenyum.
"Kamu juga dong, gimana ya, masker kamu?"
Ben membuka sedikit maskernya. Ini gelap, seharusnya tidak ada yang curiga, batin Ben.
"Boleh suapi aku," pinta Ben.
"Hem?" Adeline yang tengah mengunyah popcorn langsung berhenti.
"Suapi aku popcorn nya, Baby."
Adeline mengerti. "Oh, kamu nih. Emangnya gak bisa makan sendiri," ujarnya menyengir.
Ben memasang tampang manja di depan Adeline. Kemudian Adeline mengambilkan popcorn untuk disuapi ke Ben. Tapi Ben malah menggeleng.
"Kenapa? Katanya kamu mau minta disuapin?" Adeline bingung kenapa Ben menggeleng.
"Don't use your hands, but your lips."
Blush.
Pipi Adeline langsung merona seketika. "Ini di tempat umum," bisiknya malu.
"No problem, come on." Ben makin mendekatkan diri.
Adeline menggigit bibir atasnya lalu menimbang apa itu tidak masalah. Bagaimana jika ada yang melihat, pikirnya jadi ragu.
"Hmm, why? Come on."
Karena Ben terus membujuknya. Akhirnya Adeline menaruh popcorn di bibirnya lalu mulai mendekati Ben. Keduanya makin dekat hingga popcorn tersebut berhasil menyentuh bibir Ben. Tangan Ben mulai bergelayut manja meraih bahu Adeline. Saat bibirnya berhasil mengambil alih popcorn dari bibir Adeline, ia mengunyahnya tanpa melepaskan Adeline. Tatapan mata Ben membuat Adeline membeku tak dapat bergerak. Saat itu Ben langsung mengambil kesempatan memberikan ******* kecil di bibir Adeline hingga keduanya saling memagut.
Napas Adeline terengah-engah disela kecupan mesra yang berubah menjadi ciuman panas bergairah. Kesadaran Adeline hampir saja goyah, sampai dia mendorong pelan dada bidang Ben walau kenyataannya dia enggan.
"Ben, jangan disini, ingat ini tempat umum," geleng Adeline dengan suara berbisik pelan.
Ben mengecup singkat pucuk hidung Adeline lalu kemudian kembali ke posisinya.
"I know," ucapnya tanpa suara.
Adeline menutup wajahnya karena malu. Ben lalu menggenggam tangan Adeline, keduanya menikmati film walau fokusnya sudah bukan lagi itu.
**
Setelah keluar dari bioskop, mereka berdua lalu melanjutkan kencannya dengan sesi makan. Adeline meminta Ben menemaninya makan di tempat makan yang biasa dijajaki oleh para remaja yang pacaran. Tentu saja Ben harus mengikuti keinginan Adeline. Asalkan Adeline suka, maka dia tidak masalah, dia pun suka.
Hanya saja ada yang mengusik Ben sejak tadi. Dia tahu ada yang tak beres sedang mencoba mengganggu ketenangannya bersama Adeline.
Tidak ada yang boleh meremehkan ketajaman mata Ben saat menangkap sesuatu. Pria itu tersenyum manis sambil memegang tangan Adeline. Sampai di depan food court, Ben membiarkan Adeline duduk lalu memesan makanan.
"Baby, aku ke belakang dulu, ya, sebentar."
"Okey, Sayang."
Ben lalu mengantongi telapak tangannya sambil berjalan santai. Sampai ia berhenti melangkah lalu mulai melirik ke arah jarum jam sembilan. Tangan kekarnya langsung menarik kerah baju orang yang tengah sibuk dengan ponsel. Kemudian Ben mencari tempat yang sepi dari lalu lalang orang. Di sana Ben mengunci pergerakan orang tersebut dengan mencekalnya.
"Serahkan ponselmu." Ben menatap tajam mata orang itu. Tubuhnya kurus dengan kemeja kotak-kotak dan kacamata bulat.
"A-apa maksudmu," jawab orang itu sambil kesulitan bernapas karena Ben menekan lehernya.
"Serahkan!" tegas Ben sekali lagi.
Orang itu mulai berkeringat.
"Kau tahu siapa aku, kan? Maka bersikaplah cerdas. Serahkan atau kau akan tinggal nama."
Laki-laki kecil itu masih menggeleng.
"Rupanya kau sudah bosan hidup ya." Ben menyeringai.
"T-tidak." Orang itu menggeleng ketakutan.
"Apa maksudnya tidak?" tanya Ben memperjelas.
"Aku akan serahkan ponselnya."
Ben kemudian mengambil paksa ponsel orang itu.
"Persetujuan mu sudah cukup. Aku bisa ambil sendiri."
Ben masih memegang orang itu dengan satu tangan. Satu tangannya lagi memeriksa foto yang ada dalam ponsel teras. "Sialan! Kau sudah membagikannya!"
"Am-ampun!" Orang itu memejamkan mata saking takutnya melihat sorot mata Ben yang menyeramkan.
"Hapus postingannya bangsat!" Ben menggeram.
"Baik. Tapi lepaskan aku dulu."
Ben melepaskan orang itu. Secepatnya orang tersebut menghapus postingan yang dia sebar di grup-grup obrolan.
"Sudah ku hapus."
"Jangan coba sentuh urusanku lagi atau kucari kau sampai ke lubang semut sekalipun!" tegas Ben lalu membanting ponsel milik orang itu dan menginjaknya sampai hancur tak bersisa.
Orang itu hanya bisa pasrah.
"Ini biaya ganti ponselmu. Awas kalau kau coba mengusikku lagi!" sentak Ben setelah melemparkan beberapa lembar uang kertas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Q.M.19
aaaaaa si Ben bener2 cwo idaman seh
2023-10-05
1
La_Rena
haduh ben bikin jatuh cinta aja sama love language nya 🤧
2023-10-05
0
JianXu_Gege
makin seru aja kak, lanjut dongg
2023-10-05
0