Pesta Ulang Tahun - Part 1

Hati Adeline tersentuh saat pertama kali melihat Ben menyeka air matanya. Ini tentang pertemuan pertama kali Adeline dengan Ben yang saat itu dia kenal hanya sebatas panggilan daddy.

Ben sendiri yang mengatakan bahwa Adeline hanya perlu memanggilnya daddy, tanpa memberitahu siapa nama sebenarnya.

"Kenapa kau menangis, hem?" tanya Ben kala itu sambil tersenyum ringan pada Adeline yang baru pertama kali ditemuinya.

Hotel mewah menjadi tempat pertama yang Adeline injak bersama dengan pria asing di depannya. Nolan, laki-laki itu yang membawa Adeline ke hotel tersebut untuk dipertemukan dengan pria yang akan membiayai hidupnya selama kontrak dua tahun ke depan. Tanpa ikatan apa pun selain kontrak saling menguntungkan selama dua tahun itu saja. Adeline harus menuruti keinginan pria yang disebut daddy itu. Maka Daddy akan memenuhi kebutuhan Adeline. Menghujaninya dengan barang branded, uang, dan fasilitas lainnya.

"Baby, coba panggil aku daddy," kata Ben.

Adeline menunduk karena takut dan tidak berani menatap Ben. Entah kemana perginya keberanian Adeline yang ia tunjukkan kepada Nolan—orang yang menghubungkan dirinya dengan Daddy di depannya.

"Baby, apa kau tidak dengar kataku?" tanya Ben dengan suara amat rendah, halus, dan menyentuh hati Adeline.

Mata cantik Adeline menatap Ben dengan perasaan takjub. Pria itu, dia sangat tampan dan gagah. Apa dia akan mengajakku tidur malam ini? Tidak! Aku belum siap, batin Adelin.

"D-daddy." Adeline takut-takut saat menyebutkan itu.

"Good girl, kau harus patuh pada daddy, ya. Apa pun yang kau inginkan, tidak jadi masalah, syaratnya hanya satu saja kok. Bersenang-senang denganku dan jadilah penurut."

"A-apa kamu akan meniduriku?" tanya Adeline dengan perasaan tidak tenang.

Ben mengekeh. "Tidur? Tentu, aku akan mengajakmu tidur kalau kau mau."

"A-aku belum pernah berhubungan ****," kata Adeline dengan air mata menetes di pipinya.

Ben mengusap bulir bening itu lalu mengelus pipi putih, sangat putih dan lembut bak salju.

"Itu bagus, karena itu aku menyetujui saat Nolan bilang akan membawamu ke hadapanku, Baby."

Adeline sesenggukan, dia sama sekali tidak bisa tenang. Hal yang menakutkan bercokol di kepalanya sekarang. Pengalaman pertama, itu pasti amat menyakitkan.

"Apa sakit?" tanya Adeline.

"Baby, you are still like a baby," ucap Ben sambil menahan senyum.

Adeline tanpa sadar terpesona melihat ekspresi Ben barusan. Sialan! Itu kurang tepat. Sebab Adeline memang selalu terpukau setiap kali melihat ekspresi yang ditunjukkan pria itu.

"Kamu tampan." Adeline tanpa sadar mengatakannya.

"Terima kasih, Baby."

Adeline menutup mulutnya cepat. "Maaf."

"Jangan minta maaf karena kau tidak bersalah. Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu sedikitpun."

Salahkah jika Adeline berpikiran positif tentang apa yang dia hadapi saat itu. Entah kenapa Adeline merasa tenang berada di dekat daddy. Pria itu kelihatan tulus, padahal berulang kali dia mengatakan bahwa hubungan mereka hanya sebatas—mutually beneficial relationship—hubungan saling menguntungkan.

***

Kalau saja tidak bertemu Nolan dan dipertemukan oleh laki-laki itu pada Ben yang sekarang menjadi sugar daddy-nya. Mungkin Adeline benar-benar tidak bisa melanjutkan kuliahnya. Tiga bulan lalu, Adeline mengalami krisis luar biasa. Uangnya hasil bekerja paruh waktu habis untuk membayar utang ayahnya yang kalah judi. Ibunya pergi sejak ia masih kecil, kata ayahnya, ibu Adeline meninggalkan rumah sebab tidak tahan hidup miskin. Sejak saat itu Adeline, gadis cantik itu tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan pekerja keras.

Daddy : Belilah gaun yang cantik, gunakan kartu yang kuberikan untukmu, Baby.

Adeline tersenyum di depan butik ternama, dia sengaja datang untuk membeli gaun yang akan dikenakan di pesta ulang tahun Ben minggu depan.

"Cari gaun yang mana, Nona?" tanya pelayan yang menghampiri Adeline.

"Gaun yang paling cantik, yang cocok digunakan olehku, bisa tolong bantu pilihkan?" jawab Adeline.

"Sebentar, Nona, saya akan rekomendasikan gaun yang paling dicari dan terbatas, hanya ada satu saja di butik ini," kata pelayan.

"Wah, boleh saya lihat gaunnya?" ujar Adeline tak sabar. Semoga saja cocok untuknya dan Ben menyukainya.

"Boleh, sebentar, ya."

Adeline duduk di kursi yang disediakan untuk para pelanggan. Ia tidak sabar ingin melihat secantik apa gaun tersebut. Namun saat itu dia melihat pelayan tersebut sedikit berdebat dengan seorang wanita. Tak lama kemudian pelayan itu datang menghampiri Adeline dengan raut menyesal.

"Nona, maaf sekali, gaun yang limited edition itu sudah diambil oleh orang lain, tapi kami bisa rekomendasikan yang lainnya, tidak kalah cantik," kata pelayan tersebut.

"Oh, begitu, ya." Adeline melihat wanita dengan topi yang ada di depan sana, tadi wanita itu yang berdebat dengan pelayan. Apakah dia yang membeli gaun itu, batinnya bertanya.

"Mau saya ambilkan gaun yang lainnya?"

Adeline tersenyum. "Tapi, saya ingin gaun yang terbatas itu. Saya datang kesini karena katanya saya bisa mendapatkan yang saya inginkan. Tapi, saya kecewa, karena rupanya itu tidak benar."

Pelayan itu menunduk. "Maaf, ya, padahal Nona lebih dulu saya tawarkan. Tapi wanita yang menginginkan gaun itu adalah sepupu dari pemilik butik ini."

Adeline tersenyum. Pelayan itu jujur sekali padanya. "Baik, terima kasih karena kamu sudah jujur. Kalau begitu, kamu boleh memberikan gaun yang lain pada saya. Syaratnya, saya juga tidak mau ada yang memiliki gaun itu selain saya. Gaun yang simpel tapi elegan, apa kamu bisa mencarikannya?"

"Tentu Nona! Saya akan mencarikan gaunnya sekarang."

Pelayan itu segera pergi untuk mencarikan gaunnya. Adeline menunggu dengan sabar, walau dia masih merasa kecewa. Padahal gaun yang pertama kali ditawarkan olehnya sangat membuatnya penasaran.

"Tidak masalah kalau aku ingin tahu foto gaun itu. Setidaknya aku tahu bagaimana bentuk gaun edisi terbatas itu," gumam Adeline.

***

Ternyata gaun yang dia beli tidak kalah cantik dengan gaun terbatas itu. Ya, Adeline sudah melihat foto gaun yang tidak dia dapatkan. Alhasil Adeline mendapatkan gaun lainnya, meski tidak semewah gaun terbatas yang pertama. Tapi pelayan tadi menjamin bahwa gaun yang Adeline miliki juga tidak dimiliki oleh orang lain.

"Aku akan tampil sangat cantik, aku ingin Ben terpukau untuk kesekian kali."

Pesta yang akan dihadiri banyak orang penting, tentu Adeline tidak boleh tampil biasa-biasa saja. Meski dia gugup luar biasa, ditambah lagi statusnya yang harus tetap disembunyikan. Akan tetapi Adeline tidak melupakan luapan rasa bahagianya, sebab dapat bersama dalam satu pesta dengan Ben.

"Ini kali pertama aku berada di tengah khalayak bersama dengan Ben. Semoga saja semuanya berjalan lancar."

Ditempat lain Kristin amat bangga dengan penampilannya nanti di acara perkenalan keluarga. Walaupun ini bersifat perjodohan, tapi Kristin tidak sabar ingin segera menjadi tunangan pria yang akan dikenalkan padanya.

"Bibi, siapa yang paling cantik, aku atau dia?" tanya Kristin sambil menunjukkan foto seorang wanita di tangannya.

Bibi yang ada di depan Kristin tersenyum. "Tentu lebih cantik Nona Kristina," jawabnya.

"Terima kasih, Bi, aku sudah menduga orang-orang di kampus pasti sudah buta."

Terpopuler

Comments

Q.M.19

Q.M.19

ternyata Kristin bukan perempuan baik

2023-10-03

0

Luna Lulu

Luna Lulu

Lnjut

2023-10-03

0

IG Cherry.apink

IG Cherry.apink

besok lagi update nya ya. dukung terus supaya tambah semangat untuk update setiap hari ❤️

2023-09-27

12

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!