Pesta Ulang Tahun - Part 2

"Dia ganteng banget, kan, Del?"

Sejenak Adeline terhenyak, sewaktu Kristin memperlihatkan foto pria dengan penampilan elegan di majalah padanya. Tidak menyangka jika Kristin mengenal dia—Daddy Ben kesayangan Adeline.

"Em, kamu tau dia, Kris?" tanya Adeline ingin tahu sejauh mana Kristin mengetahui informasi tentang Crazy-rich tersebut.

"Pasti dong! Dia terkenal dikalangan para gadis. Katanya, nih, ya, dia kencan dengan banyak wanita tiap harinya."

Adeline tertegun sesaat sebelum senyum kecilnya muncul. "Oh, ya?" Tapi setahu Adeline, Ben adalah pria yang sangat sibuk dengan urusan bisnis. Kencan dengan sembarang wanita? Mungkin saja Kristin tidak tahu tentang Ben yang tidak terbiasa akrab dengan orang lain terkecuali ada kepentingan bisnis di dalamnya.

"Iya, tapi dia impian setiap perempuan. Jadi, beruntung banget perempuan yang bisa bareng sama dia. Kalau kamu, tertarik gak?"

"A-aku?"

Bukan hanya tertarik, tapi Adeline merasa salah satu orang yang beruntung karena bisa menyentuh Ben di atas ranjang. Sayang, tak ada yang boleh tahu tentang itu, termasuk Kristin.

"Iya, kamu udah pasti tertarik juga dong! Eh, tapi belum tentu sih, selera kamu kan yang kayak Dion, ya?"

"Eh, kok jadi Dion?" geleng Adeline.

"Uh gak usah pura-pura deh! Masa kamu gak tau kalau Dion suka sama kamu, Del?" ledek Kristin.

"Kris." Adeline menggelengkan kepalanya. "Kita cuman temenan, gak lebih. Jangan gitu, nanti kalau ada yang denger bisa salah paham."

Jujur Adeline tidak nyaman. Dion memang memiliki banyak hal yang diinginkan para gadis. Dia baik, ganteng, dan juga punya selera humor yang menyenangkan. Apalagi Dion merupakan cucu pertama orang terkaya di ibukota. Pastilah semuanya berharap bisa memacari Dion. Tapi itu tidak berlaku bagi Adeline, dia tak menganggap Dion lebih dari sekedar teman.

"Iya deh, maaf. Tapi aku doain kamu dan Dion jadian!" seru Kristin sambil tertawa.

Adeline tidak menanggapi, dia sibuk dengan pikirannya sendiri sambil menatap wajah Ben di majalah.

Di sela aktifitas Adeline di kampus, ia bermain sosial media seperti gadis pada umumnya. Sewaktu Adeline sedang memosting sesuatu, dia mendapatkan banyak komentar dari orang-orang yang menyukai foto dirinya di sosial media. Salah satu komentar menyita perhatian Adeline, itu adalah akun sosial media milik Dion.

Komentar love yang ditulis oleh Dion menyita perhatian orang banyak. Di komentar Dion tersebut banyak yang mengira bahwa Dion dan dirinya berpacaran. Malah banyak yang memberikan selamat pada Dion dan dirinya.

"Astaga." Adeline menutup mulut tak mau kalau sampai Ben melihat hal itu dan salah paham.

"Adel!" Dion datang ke kelas Adeline membuat teman-teman Adeline jadi meledeknya.

"Ciye Adel, udah jadian, nih?"

Bukannya menjelaskan bahwa mereka hanya teman, Dion malah senyum-senyum pada teman sekelas Adeline. Hal itu membuat orang menarik kesimpulan sendiri tentang hubungan mereka.

"Apa sih kalian. Aku sama Dion cuman teman," jelas Adeline.

"Del, gak perlu ditanggepin, biarin aja lagi," kata Dion lalu duduk di dekat Adeline. "Udah makan?"

Anggukan pelan dari Adeline membuat Dion tersenyum. "Padahal aku mau ajak kamu makan bareng, yaudah kalau kamu udah makan. Kamu jadi datang besok, kan, Del?"

Tentu saja. Adeline sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Ben. beberapa hari ini Ben tidak datang ke apartemennya karena sibuk.

"Iya, jadi kok."

"Tapi aku heran, kenapa kamu gak mau aku jemput?"

"Gak perlu, Dion, aku gak mau merepotkan kamu."

"Del, sebenarnya aku malah seneng kalau bisa jemput kamu."

Tatapan Dion kali ini membuat Adeline tidak nyaman. "Dion, aku harap kita bisa terus berteman baik. Maaf kalau pertanyaan ini bikin kamu gak nyaman. Tapi apa kamu punya perasaan ke aku?"

Adeline harus memastikannya sendiri, bahwa Dion hanya menganggapnya sebatas teman, tidak lebih.

"Em, jujur iya. Apa kita pacaran aja, ya, Del?"

Adeine tersentak. "Dion, kamu lagi bercanda, kan?"

Melihat raut wajah Adeline yang berubah drastis membuat Dion yang tadinya hendak jujur perlahan tertawa. "Kenapa? Kok kamu kaget gitu sih?"

"Dion maaf—"

"Bercanda, Del, aku suka sama kamu, sebagai teman." Dion tersenyum. Dalam hatinya merasa miris, tapi dia tidak mau merusak kedekatannya yang saat ini terjalin baik dengan Adeline. Kalau Adeline tidak nyaman, mungkin saja dia belum siap, pikirnya. Dion tidak masalah menunggu momentum yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada Adeline.

Akhirnya Adeline dapat menghela napas lega. "Ya ampun, Dion! Kamu bikin aku jantungan!"

Dion melihat senyum Adeline yang benar-benar kelihatan lega. Apa Adeline sungguhan tak punya rasa yang sama dengannya? "Kamu udah punya pacar, ya, Del?"

Mana mungkin Adeline menjawab pertanyaan Dion itu. Dia hanya menggeleng pelan pertanda tidak. Memang dia tidak punya pacar, yang Adeline punya adalah sugar daddy.

"Aku gak percaya perempuan secantik kamu gak punya pacar." Dion menghela napas berat. "Tapi aku anggap jawaban kamu jujur tentang kamu gak ada pacar."

"Dion aku gak punya waktu pacaran. Kamu tahu, kan, aku lagi kejar ketertinggalan. Cita-citaku jadi desainer yang bikin aku lanjutin kuliah."

Tidak punya waktu pacaran, tapi Adeline selalu punya waktu untuk daddy-nya. Seandainya Dion tahu tentang rahasia Adeline, dia tidak yakin Dion masih menganggapnya teman.

"Iya aku ngerti, karena itu aku kagum sama kamu, Adeline."

***

Setelah berdandan hampir satu jam. Adeline akhirnya siap untuk berangkat ke pesta ulang tahun Ben. Adeline juga sudah menyiapkan hadiah untuk Ben. Ia sengaja merancang sendiri dasi untuk Ben, dan menghadiahkan itu sebagai kejutan di hari ulang tahun Ben.

"Semoga kamu suka dan mau pakai dasi ini ke kantor," gumam Adeline.

Taksi yang dipesan Adeline sudah datang. Dengan berbekal undangan yang diberikan oleh Dion, ia datang ke pesta tersebut. Sebab semua tamu undangan wajib memberikan undangan resmi jika ingin masuk ke dalam pesta itu. Adeline menyerahkan undangan itu di pintu masuk. Begitu ia dipersilakan masuk ke dalam pesta, dia langsung disambut oleh Dion.

"A-Adel?"

"Dion, maaf aku agak terlambat."

Dion tercengang begitu melihat penampilan Adeline. Tak lama kemudian muncullah Desya menghampiri Adeline. "Ya ampun ini Adeline? Kamu cantik banget sayang! Lihat, gaun ini bagus banget? Kamu pasti pesan khusus ya?"

Adeline tersenyum malu. "Wah syukurlah kalau menurut tante bagus."

"Dion, kamu kok malah bengong sih? Ajak Adeline temuin om kamu dong."

Inilah momentum yang Adeline tunggu, bertemu dengan Ben.

"Ah iya Ma, maaf." Dion terkesima pada kecantikan Adeline di malam itu.

"Del, kamu cantik banget," puji Dion.

"Makasih Dion."

"Yuk aku antar kamu ketemu Om Ben," ujar Dion.

"Oke, yuk." Semua tamu undangan memang harus menemui Ben dan mengucapkan selamat tak terkecuali Adeline. Tapi Adeline harus bersikap wajar dan tidak mencolok. Meskipun rasanya jantung Adeline akan meledak sewaktu Dion mempertemukannya dengan Ben.

"Om, ini Adeline datang," kata Dion.

Ben yang tengah sibuk mengobrol lalu berbalik. Ia menatap Adeline yang malam itu tampil sangat cantik. Senyuman Ben membuat Adeline mabuk, hampir saja dia menghambur memeluk pria itu. Tapi kemudian Adeline mengulurkan tangan memberikan ucapan selamat. "Selamat ulang tahun, ya."

Ben meraih uluran tangan Adeline. "Terima kasih, Adeline."

Ben menjabat tangan Adeline cukup lama, keduanya saling menatap beberapa saat.

"Ekhem! Om, biasa aja dong lihatnya. Jangan mikir mau goda Adel ya. Inget, dia beda dari perempuan yang biasa om godain."

Ben menatap Dion. "Dion, kamu jangan bicara asal. Saya tidak menggoda wanita, justru sebaliknya."

"Ya, ya, tapi Adeline gak akan menggoda om." Dion berujar yakin.

"Oh ya." Ben tersenyum ke arah Adeline sambil mengedipkan sebelah mata membuat Adeline nyaris pingsan. "Benar, dia tidak menggoda saya."

"Aduh om, lepaskan tangan Adeline kali," kata Dion.

Ben melepaskan genggaman tangannya pada Adeline.

"Ah, ini ada hadiah ulang tahun. Mohon diterima, ya." Adeline menyerahkan bungkusan paper bag ditangannya pada Ben.

"Wah, kamu repot-repot bawa hadiah Ba—"

Ben berdekham. Nyaris saja dia keceplosan memanggil Adeline dengan sebutan Baby.

Adeline menahan senyum. "Semoga suka."

"Terima kasih."

Situasi itu membuat Dion merasa tidak nyaman. Apalagi melihat tatapan mata Adeline terhadap Ben. Kenapa Dion merasa sangat berbeda sewaktu Adeline menatapnya.

"Om Ben acara malam ini jadi kan?"

Pertanyaan itu membuat Adeline penasaran. Acara apa?

"Oh, itu...."

"Jadi, apa Om udah siap tunangan?"

"T-Tunangan?"

Terpopuler

Comments

Q.M.19

Q.M.19

pasti beda tatapan nya karena Adel suka Ama ben

2023-10-03

0

Luna Lulu

Luna Lulu

Ksian

2023-10-03

0

Istri Song Joongki

Istri Song Joongki

sad boyyy 😰

2023-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!