WARNING 🔞 HARAP BIJAK 🙏
...***...
Adeline buru-buru menuju ke apartemennya. Tangannya sampai gemetaran hingga dia kesulitan membuka akses masuk ke kamarnya. Kombinasi sandi apartemen yang dia masukkan beberapa kali salah sampai membuat Adeline menangis.
"Ayo terbuka!" sentak nya kesal.
"Kenapa gak mau terbuka sih!"
"Ayolah!"
"Argh!!"
Adeline duduk di depan pintu sambil mengusap kasar wajahnya. Dia amat berantakan dan tidak dapat mengendalikan dirinya.
"Sadar Adeline." Rasanya amat menyakitkan. Dia baru pertama kali merasakan patah hati.
Penyesalan terbesar Adeline adalah kenapa dia harus terlanjur mencintai Ben. Padahal sudah jelas Ben membayarnya mahal untuk kesenangan yang dia nikmati. Lantas saat kenyataan seolah membangunkannya dari mimpi indah, Adeline merasa sesak saking tidak sanggup menanggung rasa sakitnya.
"Ayolah Adeline. Kamu harus masuk." Adeline kemudian berdiri kembali lalu mulai menenangkan diri. Barulah pintu berhasil terbuka.
Hal pertama yang Adeline lakukan adalah menutup pintu, lalu menjatuhkan tubuh ke atas kasur.
"Berhenti menangis dasar lemah!" umpatnya kesal karna perasaan yang amat menyiksa.
Ponselnya berulangkali berdering, ada beberapa pesan masuk yang belum dibaca juga olehnya.
Sepuluh panggilan tak terjawab dan 10 pesan dari Ben.
Daddy : Baby are you okay?
Daddy : Sudah sampai apartemen?
Daddy : Aku akan temui kamu setelah acara. Istirahat ya.
Daddy : I Miss you.
Beberapa pesan lagi yang sengaja tidak Adeline baca karena rasanya tak sanggup. Lihatlah isi pesan dari Ben, seolah semuanya baik-baik saja. Memang ini sangat lucu dan menggelikan. Jika Ben tahu bagaimana hati Adeline terbakar karna pertunangan Ben dan Kristin. Jika saja Ben tahu bahwa dia cemburu.
Adeline : Have fun, daddy. Miss you too. Aku okey. Maaf karena pulang duluan, aku kurang fit.
Senyum pahit dia telan suka tidak suka. Adeline harus tetap tersenyum di depan Ben, bersikap seolah semuanya tidak ada masalah.
Adeline : Selamat atas pertunangan kamu daddy.
Air mata Adeline menetes tidak mau berhenti. Napasnya tercekat hingga dia meremas ponsel keluaran terbaru yang dibelikan oleh Ben beberapa Minggu lalu. Suara tangisnya pecah. Adeline tak kuat menahan kesedihan yang mendalam karena patah hati.
Secepatnya Adeline mencuci muka, dia harus menghilangkan bekas tangisan yang hanya membuat matanya bengkak. Ben akan kecewa kalau sampai tahu dia sedih karena pertunangan itu. Ben bilang hubungan mereka, seluruh perjanjian yang mereka lakukan harus diakhiri. Kalau salah satu dari mereka memiliki rasa yang terlarang.
"Aku cinta kamu, Daddy, aku memiliki rasa yang kamu sebut terlarang itu."
Namun Adeline menutupi itu sebisa mungkin. Ia tidak mau membuat Ben kehilangan kepercayaan terhadap dirinya. Ben bukan hanya malaikat bagi Adeline, dia merupakan segalanya. Sangat naif memang, Adeline mengakui kebodohannya itu.
Daddy : Aku merindukan kamu, nanti kita ke dokter ya. Sekalian cek kontrasepsi.
Ya, Ben tidak pernah berubah sejak awal. Pria itu tegas dan punya pendirian. Hubungan mereka memang hanya sebatas Give each other pleasure.
***
Setelah berkutat dengan masker yang dia tempelkan di bawah matanya. Akhirnya Adeline berhasil menghilangkan bengkak akibat menangis. Ben sebentar lagi akan datang, dia tidak boleh terlihat kacau. Tapi Adeline malah merasakan kantuk yang luar biasa, mungkin karena lelah menangis.
Tak butuh waktu lama hingga Adeline terlelap.
"Baby."
Belum lama setelah Adeline terpejam. Ben datang dan langsung menghampiri Adeline di kamarnya.
"Are you asleep, darling?"
Adeline tidak menjawab. Ben tersenyum lalu mengecup pipi wanitanya. "You must be tired. I'm sorry."
"Daddy." Adeline langsung terjaga. "Kamu datang, maaf aku ketiduran."
"Sstt ... tidurlah, Baby. Aku tahu kau mengantuk."
"Enggak, aku udah gak bisa tidur." Adeline lalu bangun kemudian memeluk daddy-nya. "Kenapa datang sih, ini kan hari bahagia kamu."
Ben mengangkat dagu Adeline sambil menatap dalam sepasang mata yang agak basah. "Kau habis nangis, ya?"
Adeline tersenyum. "Iya, aku cemburu kamu tunangan. Nanti kamu buang aku lagi."
Entah kenapa Adeline berucap begitu saja. Padahal di janji untuk terlihat tegar.
"Kenapa kau lucu sekali, Baby. Nothing has changed, I am still your beloved Daddy."
"Oh ya. Tapi aku takut kamu berubah." Adeline mengerucutkan bibirnya.
"Menggemaskan, jangan menangis ya. Kau tetap milikku, apa pun yang terjadi. Pertunangan? Itu hanyalah hal remeh, jangan dipikirkan."
Hal remeh katanya. Sialnya bagi Adeline itu adalah bencana baginya.
"Hem, kamu akan meniduri tunanganmu, lalu tidak butuh aku." Adeline mengusap rahang tegas Ben sambil mengecup sekilas bibir seksi pria itu.
"Kau bercanda. Aku hanya menidurimu."
Adeline membenci dirinya sendiri. Di saat seperti itu dia mementingkan keegoisannya. Dia menginginkan Ben bagaimanapun jalannya. Toh Ben sendiri yang bilang semuanya tidak akan berubah. Padahal tadi dia menangis sejadi-jadinya. Sekarang, Adeline mencium Ben, menggoda pria itu sedemikian rupa seperti biasanya.
"Kalau begitu aku pegang janjimu, Daddy. Jangan tidur dengannya, janji?"
Ben mengusap rambut Adeline dengan lembut. "Promise, Baby."
Kesunyian malam yang dingin menjadi saksi penyatuan keduanya. Lengan kekar berotot melingkar manja dengan bisikan-bisikan kata menggairahkan yang bersenandung di telinga Adeline. Senyumnya merekah, ia bahagia berada di pelukan Ben. Pelukan yang paling menenangkan dan membahagiakan. Sebab itu juga Adeline tidak ingin kehilangan.
Kecupan mendalam nan basah meninggalkan bekas kemerahan di sekitar leher jenjang Adeline. Bibirnya bengkak pertanda ciuman Ben sangat panas membara. Tidak dapat Adeline bayangkan jika Kristin yang mendapatkan itu semua nantinya. Mendadak hati Adeline mencelos. Ada rasa seperti tersayat di sana.
"Baby, kenapa ada air mata lagi?"
Sialnya Adeline tidak menyadari di saat bercinta pun ia malah menangis.
"Ah, bukan, Daddy. Ini karena kamu terlalu seksi," ucap Adeline dengan bibir manisnya.
Ben tersenyum. "Rupanya begitu. Kau cantik bahkan ketika menangis. Tapi sayangnya, aku sakit melihat air matamu, Baby."
Adeline tidak mengerti, kenapa sakit?
"Kenapa bisa sakit, Dad? Jangan bilang kamu punya rasa terlarang padaku?" Itu serius, tapi saat itu Adeline bersikap seolah itu candaan belaka.
Ben memberikan ciuman yang lebih dalam hingga Adeline kewalahan. "Aku sangat membutuhkan kau, Baby. Tidak mau kehilangan."
"Oh ya?" Adeline memeluk Ben. "Kamu curang daddy."
"Curang?"
Adeline mengangguk. "Kamu tidak suka aku dekat dengan pria lain. Tapi kamu?"
"Baby, kau pasti ingat perjanjian kita, kan?"
Suasana berubah seketika. "Iya, aku ingat kok."
Itu pertanda Ben bebas melakukan apa pun. Tapi Adeline tidak. Ya, ini adalah keegoisan yang berhak Ben lakukan. Sebab ada harga yang dibayar oleh Ben untuk itu. Adeline hanya harus tetap tersenyum, bersikap manja dan menggoda. Hal yang tidak lumrah bagi kacamata orang-orang. Tapi itulah yang sedang dijalani Adeline sekarang.
"Aku menyukaimu yang patuh. Tetap di sisiku, semuanya tetap sama. Aku daddy-mu. Bahagiamu, hanya aku yang bisa memberikannya untukmu."
Itu memang benar. Ben segalanya bagi Adeline. Tapi tentu berbeda arti dengan apa yang Ben katakan barusan.
"Hem, aku percaya kamu, Daddy."
"Katakan apa yang kau inginkan, maka akan kuberikan seperti yang kau mau."
"Ya." Adeline mengangguk.
"Kau tidak lupa kontrasepsi?"
Adeline ragu, tapi kemudian mengiyakan. "Tenang saja."
"Okey, we'll make love until morning."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Q.M.19
egois ya si Ben ... tnggu POV Ben nya nih thor
2023-10-03
0
Luna Lulu
Egois jg ya ben
2023-10-03
0
JianXu_Gege
curiga Ben tuh ada trauma gitu makanya dia kek jadiin perempuan sekedar penghibur gt g si
2023-09-29
0