Calista baru terpikir olehnya jika ini adalah sebuah jebakan, dan bodohnya mereka terperangkap di dalamnya.
Ibaratnya nasi sudah jadi bubur, harus menerima kenyataan bekerja dibagian yang paling ngeselin.
"Kalian bisa mulai bekerja hari ini," Ucap pria itu memberi perintah kepada mereka.
"Kami mau ambil sistem kerja sambil kuliah Pak, apa pekerjaan ini tidak terikat?" sahut Raysa lebih mementingkan kuliahnya dari pada pekerjaan macam itu, sebenarnya mereka ini bukan tak punya uang tapi tekat mereka ingin mandiri mereka menerima kenyataan pahit ini.
"Tidak masalah kalian yang menentukan waktu kalian, yang terpenting ada libur sekali dalam seminggu," jelas pria itu, sedikit kasihan sebenarnya tapi ia harus memberi pelajaran dulu kepada kedua gadis itu yang telah melawannya dan membuatnya kesal hari ini.
"Mari aku antar kalian, ikut aku," ucapnya berjalan melewati keduanya keluar dalam ruangannya.
Dengan ragu ragu Calista dan Raysa mengikutinya tanpa protes sedikit pun lagi.
Nathan Alexader seperti nama yang tertulis dibener Restorannya.
Dia adalah seorang pria berumur 27 tahun, memiliki Restoran termewah yang ada di Kota Bahagia.
Ia termasuk penduduk pendatang baru di Kota itu. Usaha yang ia jalani kurang lebih dari satu tahun.
Ia seorang anak tunggal dari keluarganya, kedua orang tuanya masih berada di Kota asalnya, berada di Kota yang berbeda dengan oran tuanya ia hidup mandiri dan bekerja keras untuk menyambut hidupnya.
Postur tubuhnya yang tinggi dan gagah serta otot otot yang berisi tidak lepas dari olah raga setiap hari, banyak wanita wanita di Kota itu mengaguminya, ditambah dengan wajahnya yang tampan dan manis mata bulat berwarna coklat sungguh menawan hati para kaum hawa.
Biar pun begitu, ia tidak serakah terhadap wanita yang menggodanya, Nathan termasuk pria yang berhati baik ia jarang memikirkan tentang percintaan atau tentang mencari kepuasan terhadap wanita.
Nathan lebih memetingkan usahanya dari pada yang tidak penting, seorang pacar pun ia tidak mempunyai.
Beberapa minggu lalu, Ayahnya menyuruhnya pulang untuk bertemu kepada calon istri yang memang dijodohkan kepadanya yang tak lain dari anak sahabat karib Ayahnya, namun ia menolak alasan sibuk dengan kerjaannya. Padahal menikah sampai saat ini ia tidak pernah merencanakannya.
"Mia ini karyawan baru yang bekerja sebagai Dishwasher, beritahu apa saja yang mereka kerjakan," ucap Nathan memperkenalkan Calista dan Raysa kepada Karyawan yang lainnya.
"Baik Tuan," balas Mia membungkuk dihadapan Nathan.
"Kalian kerja yang becus, jangan malas," Nathan melontarkan kata kata kepada Calista dan Raysa yang bisa membuat mereka naik darah.
Calista tak lagi menjawabnya, sorot matanya tajam kearah Nathan, andai saja mereka diluar ruangan ia pasti sudah mencabik cabik muka pria itu.
Nathan dengan senyum mengejek berlalu pergi dari sana meninggalkan dapur menyisakan semua karyawan dan Kokinya serta Calista dan Raysa yang berada di sana.
Calista dan Raysa berdiri mematung disana, karena kali ini mereka berada di dunia kerja tidak tau harus berbuat apa atau mereka tidak tau apa yang ingin mereka lakukan.
"Hei, nama ku Mia ayo kita kenalan," ucap Mia mendekati mereka dan mengulurkan tangannya.
"Ohh iyah kak, aku Calista, dan aku Raysa," balas mereka menjawab Mia dengan wajah tersenyum dan menggangguk.
"Ohh ayo gitu, kalau begitu ayo aku beritahu apa saja yang kalian kerjakan, ikut aku," Mia memberitahukan mereka apa saja yang mereka kerjakan di dapur itu.
Mereka pun nurut mengikuti Mia, tak lupa Mia juga memperkenalkan Calista dan Raysa kepada temannya yang lain.
Hari itu Calista dan Raysa memulai pekerjaannya, dengan berat hati mereka kerjakan padahal tadinya yang mereka melamar dibagian pelayan dan penerima tamu.
"Sa, aku malas nyuci piring sebanyak ini," ucap Calista sama sekali tidak suka dengan pekerjaan ini.
"Kita kerjakan bersama dicuci asal saja tidak usah terlalu bersih toh kotor lagi nanti," balas Raysa mengerjakannya tapi asal saja.
Dengan berat hati pun mereka mengerjakan mencuci piring hampir penuh segudang, untung saja pakai sarung tangan tapi sama saja bakal pegal terlalu lama berdiri.
"List lebih baik kita cari kerjaan lain yang penting jangan di Restoran," Raysa kesal memang tapi berpura pura saja bersemangat niatnya pun ingin segera mengakhiri pekerjaan itu.
"Hem kita jalani dulu beberapa bulan, aku harus membalas dendamku kepada Bos gila itu," balas Calista punya ide untuk membalaskan dendamnya kepada Nathan Bos Restoran itu.
Karena enakan ngobrol dari pada bekerja akhirnya pekerjaan mereka mana ada selesai selesai.
Nathan kembali memeriksa semua yang berada didapur apa pekerjaannya becus atau tidak.
Tak lupa ia melihat Calista dan Raysa ditempat nyuci piring.
"Tadi sudah aku ingatkan kalau kalian tidak boleh malas, kenapa pekerjaan kalian malah tidak siap?" bentakan Nathan yang berdiri dibelakang mereka.
Calista dan Raysa kaget segera diam dan menoleh kearah Bos mereka itu.
"Kalau mau cepat kamu bantuin!" balas Calista memberontak karena dimarahi seperti itu.
Nathan yang melihat sikap Calista entah kenapa ia malah senang dan ingin mengganggunya terus, kebanyakan setiap wanita yang bekerja atau yang mengenalnya malah bersikap sok cari perhatian dan bersikap baik terhadap Nathan.
Namun Calista berbeda ia malah tidak takut sama sekali dengan nya yang disebut Bos, ia pun melawan dan tidak mau memanggil Tuan atau Bos kepada Nathan.
"Oke aku bantuin, geser kesana," jawabnya menghampiri, Raysa mengira itu serius ia sampai tak mempercayainya.
Aku mau pakai sarung tangannya," Ia menarik sarung tangan yang dikenakan Calista dan melemparnya diluar.
"Ops, jatuh di luar sarung tangannya," ucapnya tertawa kembali berlalu meninggalkan Calista yang mematung disana.
Emosi Calista hampir meledak, pria itu sungguh membuatnya marah besar wajah yang memerah apai rasanya ingin segera melayangkan tinju diwajah pria brengsek itu.
"List sabar, aku rasa itu Bos sudah gila," ucap Raysa pergi diluar untuk mengambil sarung tangan itu kembali.
Tiba tiba saja Nathan kembali lagi menghampiri mereka.
"Raysa sebaiknya jadi pelayan saja diluar, kalian terlalu ramai dibagian pencuci piring kurasa," serunya kembali memancing emosi Calista.
"Kenapa malah kayak gitu, terus bagaimana dengan Calista?" Raysa tidak tega meninggalkan Calista mencuci piring sebanyak itu.
"Tidak apa apa, dia kan bisa mengerjakan sendiri lagian pekerjaan itu mudah," sahutnya terus membuat Calista naik darah dengan kata katanya.
"Tapi aku tidak mau meninggalkan Calista sendiri disini," tolak Raysa tidak ingin mengkhianati sahabatnya seberat apa pun pekerjaan nya mereka tidak saling meninggalkan.
"Biarkan Mia yang menemaninya," Nathan sangat sengaja banget membuat Calista tersakiti dengannya entah itu sengaja atau cuman sekedar menjahili Calista.
Calista tidak menghiraukannya atau menjawab kata katanya lagi, ia melanjutkan pekerjaannya Nathan bagaikan siaran radio disana ia anggap.
......................
...----------------...
...****************...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments