Keesokan Hari

Calista bangun awal dipagi hari itu tujuannya agar cepat cepat pergi setelah satu malam ia berperang dengan memutar otaknya untuk memastikan ia akan pergi kemana dan mencari kehidupan yang baru dimana.

Ia keluar dari kamarnya menoleh kearah pintu kamar kakaknya untuk mengecek apa Glenka sudah bangun atau belum.

"Ohh untung kak Glen masih belum bangun," ucapnya berbisik sambil mengelus dadanya.

Ia berjalan melewati tangga menuju dapur, kebetulan disana para pelayan dirumah sudah terbangun untuk mengerjakan segala aktivitas mereka.

"Eh Non Calista sudah bangun?" ucap kepala pelayan yang melihat Calista menghampiri dapur.

Calista tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya.

"Iyah Bi, Calista lapar bisa kan Bibi masakin makanan untukku?" balas Calista yang sudah tak tahan dari kemarin siang tidak makan, perutnya keroncongan dan tubuhnya gemetaran tak ada tenaga ditambah terus terusan menangis.

"Ohh bisa Non, Nona Calista mau makan apa?" tanya kepala pelayan itu dengan tenang sambil mengambil teflon didalam lemari.

"Seperti biasa Bi, kesukaan Calista," jawab Calista menarik kursi dimeja makan dengan pelan pelan dan duduk menunggu makanannya.

"Baik Non, ditunggu dulu sebentar," balas kepala pelayan itu segera mengambil bahan masakan untuk Nona kecilnya.

Calista tersenyum dan mengangguk sambil memainkan ponselnya.

30 menit menunggu makanannya sehingga siap dihidangkan oleh pelayan di hadapannya.

"Ini Non makanannya silakan dimakan," kepala pelayan meletakan piring serta sendok dan garpu di meja dan menyajikan makanan yang telah ia buat untuk Calista.

"Makasih yah Bi," balas Calista segera meraih piring dan makanan yang telah disediakan pelayan dihadapannya.

Ia menyuap dan mengunyah makanannya dengan cepat cepat sambil sesekali menoleh kearah ruang utama di luar.

Kepala pelayan yang menemaninya duduk dimeja makan memperhatikan Calista dan merasa terheran.

"Non kenapa tidak ikut makan malam semalam?" tanya pelayan itu ragu namun memberanikan diri untuk bertanya kepada Calista.

"lagi tidak selera saja Bi makanya tidak ikut," jawab Calista sambil menyuap makanan.

Pelayan itu mengangguk tidak mau bertanya lagi takut Calista tersinggung. Ia hanya memperhatikan Calista dari arah meja berlawanan duduk dengannya.

Sebenarnya kepala pelayan itu tahu jika Calista sering diperlakukan tidak adil oleh Papahnya Jhon tapi ia takut untuk membela Calista karena Jhon orang yang sangat galak, para pelayan dirumah itu takut dan tidak berani membantah nya.

"Bi makasih yah sudah masakin makanan untuk Calista, rasanya enak Calista kenyang mau balik kekamar dulu," ucap Calista berterimakasih kepada kepala pelayan sembari ia beranjak dari tempat duduknya.

"Sama sama Non Calista," jawab kepala pelayan tersenyum dan segera memungut piring kotor sisa makanan Calista.

Calista menggangguk lalu meninggalkan dapur.

...****************...

......................

(Calista siap siap)

Setelah selesai sarapan Calista tak lupa membersihkan diri sebelum ia benar benar pergi dari rumahnya.

Marya yang menyadari jam sudah menunjuk pukul 06:35 pagi, ia beranjak dari tidurnya menoleh kearah suaminya yang ternyata masih enak tidur.

Marya kekamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya.

Tiba tiba saja ia teringat dengan Calista.

"Apa Calista masih ada dikamarnya atau sudah pergi yah?" batin Marya mengerutkan keningnya mengingat kemarin sore suaminya sudah mengizinkan Calista pergi dari rumah.

Buru buru ia bergegas pergi kelantai atas untuk memastikan Calista dikamar tidurnya.

Ia memegang ganggang pintu kamar Calista yang ternyata belum di kunci.

CEKLEK!

Marya membuka pintu dengan pelan setengah badan ia memasuki kamar itu sambil melihat sekeliling ruangan.

Ia memastikan Calista tidak ada tapi suara gemercik air di dalam kamar mandinya meyakinkan Marya jika Calista sedang mandi.

Marya dengan langkah kakinya yang pelan agar suara langkahnya tak terdengar, ia membuka lemari yang disana semua pakaian Calista kosong, tas selempang milik Calista sedang ia gantung di dalam lemari pakaian itu, dengan cepat Marya membuka meraih dompet kecil di dalam dan meletakan kartu ATM milik suaminya yang telah diperintahkan padanya.

Marya sengaja melakukannya karena ia tahu Calista pasti menolak dan lagian Marya masih enggan berbicara pada Calista.

(Di ruang utama)

"Nya kenapa cepat kali bangun, apa mau dibuatkan teh untuk Nyonya?" tanya salah Satu pelayan rumahnya.

"Iyah Bi tolong yah buatkan teh untukku," balas Marya tidak menolak ia menerima tawaran pelayan untuk dibuatkan teh padanya.

"Baik Nyonya," ucap pelayan mengangguk dan berjalan membungkuk sebagai tanda menghormati Tuan rumahnya.

......................

(Calista pergi)

Marya tersentak kaget saat ia mendengar Calista tengah menyeret kopernya dari tangga kebawah.

Marya menoleh kearah itu sorot matanya tertuju kepada Calista.

Calista melihat Marya sedang duduk di sofa ruang utama, ia menghentikan langkahnya tepat dihadapan Mamahnya.

"Mah,,,," Calista hendak berbicara kepada Marya tapi suaranya terhenti saat Marya mengangkat tangannya memberhentikan Calista berbicara.

"Kalau kamu mau pergi ya sudah silakan, Mamah tidak ingin mendengar sepatah kata lagi padamu!" ucap Marya menyela Calista berbicara.

Calista berdiri mematung ia menununduk seakan satu sayatan pisau melukai hatinya mendengar ucapan Marya padanya.

Dengan langkah berat mata berkaca kaca ia bersikeras tetap ingin pergi, ia kembali meraih kopernya dan menyeret keluar.

Calista menoleh kearah parkiran kendaraan yang disana juga terdapat motornya hadiah dari Marya.

Ia ragu untuk membawa takut jika di marahi Marya.

Calista mengurungkan niatnya untuk membawa motor itu, ia kembali melangkahkan kakinya.

"Motor itu milikmu bawa sesukamu," ucap Marya kepada Calista yang tidak tau sejak kapan Marya sudah berada di belakangnya.

Langkah kakinya terhenti seraya menoleh kebelakang.

Mendengar ucapan itu Calista tak menjawab apa pun, ia berjalan kearah motornya dan segera menyalaka mesin motor bersiap ia membawa.

Raut wajah Marya terlihat marah namun hatinya ikut tersayat melihat anaknya yang keras kepala ini tidak menghargai mereka.

Ia pun mendoakan kepergian Calista agar ia senantiasa di lindungi Tuhan, dapat tempat tinggal dan pekerjaan yang layak.

"Mah apa Calista sudah pergi?" tanya Glenka yang sudah siap siap untuk mengikuti jejak Calista dari belakang.

"Sudah sayang masih tidak jauh, sebaiknya bawa mobil agar tidak mudah Calista mengenalimu," jawab Marya yang terduduk disofa dengan perasaan sedih dan menangis melihat kepergian Calista.

Glenka mengangguk sembari berjalan keluar.

"Glen pergi dulu Mah

"Iyah sayang hati hati yah," balas Marya mengulurkan tangan untuk memberi salam oleh Glenka.

Glenka meraih dan mencium punggung tangan Mamahnya, sungguh suatu sikap ysng patut di tiru, sikap Glenka yang sopan terhadap orang tua serta menghormati para wanita membuat semua wanita wanita mengenalnya tertarik dan terkagum padanya.

Marya tersenyum mengusap kepala Glenka lembut, hatinya bersyukur memiliki Glenka yang masih bisa menghormati mereka.

Calista yang telah membuatnya kecewa seakan rasa kebencia menghampirinya namun ia dapat melawan karena bagaimana pun Calista bukan anak pungut tapi anak dari darah dagingnya bersama Jho.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...****************...

...----------------...

......................

BERSAMBUNG...

Episodes
1 Dinyatakan Lulus
2 Teriksa Tangis
3 Ingin Mandiri
4 Tolong Bebaskan Aku
5 Menyendiri
6 Jangan Paksa Aku Menikah
7 Berkepala Batu
8 Keesokan Hari
9 Bertemu Teman Lama
10 Dilema
11 Perasaan Tak Menentu
12 Sahabat Setia
13 Melelahkan
14 Seputar Perjalanan
15 Kota Tujuan
16 Happy City
17 Lamaran Kerja
18 Awal Bertemu
19 Tidak Bisa Mengela Lagi
20 Jahil
21 Suka Mengganggunya
22 Mengunjungi Kampus Impian
23 BOS yang menyebalkan
24 Gadis Ingusan Memikat Hati
25 Merindukan Keluarga
26 6 Bulan kemudian
27 Mana Ku Tahu Kamu Suka
28 Ternyata Dia Mau
29 Berada Dalam Pilihan Yang Sulit
30 Bertemu Steven
31 Kebiasaan yang tidak ada obatnya
32 Taman Kota Jadi Saksinya
33 Ada Yang Cemburu
34 Kacau
35 Semakin Cinta Dengan Steven
36 Nathan Jadi Galau
37 Calista Cuek
38 Akhirnya Raysa Tidak Jomblo Lagi
39 Jangan Nodai aku
40 Renggang
41 Diselingkuhi
42 Rindu kak Glenka
43 Pamit Pulang
44 Bareng Pulkam
45 Sambutan Hangat
46 Musim Gugur
47 Bertamu Kerumah Mu
48 Ternyata Kamu Jodoh Ku
49 Bicara Empat Mata
50 Ingin Menikah Saja
51 Anak Gadis Mamah Sudah Dewasa
52 Mengenang Kenangan Mantan
53 Kencan Bersama Calon Suami
54 Segala Rencana Pernikahan Telah Siap Diatur
55 Sedih
56 Bahagia
57 Janji Suci
58 Teman Hidup Ku
59 Pengantin Baru
60 Happy Citty A Wait
61 Kamar Pengantin Terhias Indah
62 Pemandangan Indah
63 Aku Belum Siap
64 Jangan Ngambek
65 Jebol
66 Merindukan Sahabat
67 Perkara Baju Dinas
68 Bertemu Mantan
69 Pacaran Setelah menikah
70 Steven Kepoin Calista
71 6 Bulan Sudah Menikah
72 Lupa Jadwal Datang Bulan
73 Besan Berasa Bestie
74 Sampai Happy City
75 Kebahagiaan
76 6 Bulan Kehamilan
77 Steven merencanakan kejahatan
78 Aku Sangat Membencimu
79 Kesedihan Calista
80 Nathan Cemas
81 Keadaan buruk pun terjadi
82 Tidak Bisa Di Selamatkan
83 Mengikhlaskan
84 Berbaikan
85 Ibu Rumah Tangga
86 Ulang Tahun Pernikahan
87 Sahabat Gila
88 Surat Undangan
89 Calista Diam Diam mendatangi Restoran
90 Apa Iyah Suamiku Selingkuh?"
91 Konflik
92 Pertama Kali Kamu Sakiti
93 Pergi Dari Mu
94 Hilang Tak Ada Kabar
95 Ngidamin Kamu
96 Kembali Datang Membawa Bencana
97 Salah Paham
98 Akhirnya Bertemu Dengan Calista
99 Makasih Sudah Mempercayaiku
100 2 Garis Biru
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Dinyatakan Lulus
2
Teriksa Tangis
3
Ingin Mandiri
4
Tolong Bebaskan Aku
5
Menyendiri
6
Jangan Paksa Aku Menikah
7
Berkepala Batu
8
Keesokan Hari
9
Bertemu Teman Lama
10
Dilema
11
Perasaan Tak Menentu
12
Sahabat Setia
13
Melelahkan
14
Seputar Perjalanan
15
Kota Tujuan
16
Happy City
17
Lamaran Kerja
18
Awal Bertemu
19
Tidak Bisa Mengela Lagi
20
Jahil
21
Suka Mengganggunya
22
Mengunjungi Kampus Impian
23
BOS yang menyebalkan
24
Gadis Ingusan Memikat Hati
25
Merindukan Keluarga
26
6 Bulan kemudian
27
Mana Ku Tahu Kamu Suka
28
Ternyata Dia Mau
29
Berada Dalam Pilihan Yang Sulit
30
Bertemu Steven
31
Kebiasaan yang tidak ada obatnya
32
Taman Kota Jadi Saksinya
33
Ada Yang Cemburu
34
Kacau
35
Semakin Cinta Dengan Steven
36
Nathan Jadi Galau
37
Calista Cuek
38
Akhirnya Raysa Tidak Jomblo Lagi
39
Jangan Nodai aku
40
Renggang
41
Diselingkuhi
42
Rindu kak Glenka
43
Pamit Pulang
44
Bareng Pulkam
45
Sambutan Hangat
46
Musim Gugur
47
Bertamu Kerumah Mu
48
Ternyata Kamu Jodoh Ku
49
Bicara Empat Mata
50
Ingin Menikah Saja
51
Anak Gadis Mamah Sudah Dewasa
52
Mengenang Kenangan Mantan
53
Kencan Bersama Calon Suami
54
Segala Rencana Pernikahan Telah Siap Diatur
55
Sedih
56
Bahagia
57
Janji Suci
58
Teman Hidup Ku
59
Pengantin Baru
60
Happy Citty A Wait
61
Kamar Pengantin Terhias Indah
62
Pemandangan Indah
63
Aku Belum Siap
64
Jangan Ngambek
65
Jebol
66
Merindukan Sahabat
67
Perkara Baju Dinas
68
Bertemu Mantan
69
Pacaran Setelah menikah
70
Steven Kepoin Calista
71
6 Bulan Sudah Menikah
72
Lupa Jadwal Datang Bulan
73
Besan Berasa Bestie
74
Sampai Happy City
75
Kebahagiaan
76
6 Bulan Kehamilan
77
Steven merencanakan kejahatan
78
Aku Sangat Membencimu
79
Kesedihan Calista
80
Nathan Cemas
81
Keadaan buruk pun terjadi
82
Tidak Bisa Di Selamatkan
83
Mengikhlaskan
84
Berbaikan
85
Ibu Rumah Tangga
86
Ulang Tahun Pernikahan
87
Sahabat Gila
88
Surat Undangan
89
Calista Diam Diam mendatangi Restoran
90
Apa Iyah Suamiku Selingkuh?"
91
Konflik
92
Pertama Kali Kamu Sakiti
93
Pergi Dari Mu
94
Hilang Tak Ada Kabar
95
Ngidamin Kamu
96
Kembali Datang Membawa Bencana
97
Salah Paham
98
Akhirnya Bertemu Dengan Calista
99
Makasih Sudah Mempercayaiku
100
2 Garis Biru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!