"Kak Glen tidak bosan disini?" tanya Calista yang merasa tengah pegal sudah beberapa jam berada di kolom jembatan itu.
"Capek sih tapi kakak tunggu kamu sampai bilang kita pergi dari sini," jawab kakaknya yang sedang bersandar didinding bawah jembatan sedang bermain dengan ponselnya.
Calista melihat wajah kakaknya yang sangat tampan dan rasanya adem bila dipandang terlalu lama.
Calista bengong mata yang tidak berkedip kearah Glenka.
Glenka menyadari Calista sedang memperhatikan wajahnya dari samping, ia mengangkat wajahnya menoleh kearah Calista.
"Kenapa List lihatin kakak seperti itu?" ucapnya sedikit kebingungan, ia mengusap wajahnya serta mengibas ngibasin rambutnya, takutnya ada yang nyangkut pikirnya.
"Hahaha, kenapa kakak malah begitu?" ucap Calista kembali bertanya terlihat lucu dengan kekonyolan kakaknya.
"Lah kakak tanya malah kamu tanya balik," balasnya kembali heran kepada adiknya ini.
"Ahm tidak aku hanya memperhatikan wajah kakak, semoga saja aku mendapat suami yang persis seperti kakak," jelas Calista kagum saja dengan wajah kakaknya serta sikap baik kakaknya.
"Kenapa malah kepikiran kayak gitu?" Glenka rasa adiknya demam secara tiba tiba ia meletakan telapak tangannya di kening adiknya.
"Ihh apa sih kak," Calista malah menggeliat melepaskan tangan Glenka di keningnya.
"Jelaskan sama kakak apa yang sedang kamu pikirkan?" ucap Glenka heran saja dengan ucapan Calista.
"Aku mau suatu saat menikah kepada pria seperti kakak, dia baik, penyayang, dan peduli apa lagi wajahnya tampan," Jelas Calista mengucapkan secara detail dan pelan pelan agar kakaknya paham akan maksudnya.
"Ohh begitu, ya sudah kakak aminkan," balas Glenka mengusap wajah Calista.
"Ihh kakak jahil," balas Calista, tidak terasa kesedihannya berlalu pergi diganti dengan tawa oleh kakaknya.
"List pulang yuk, kakak pegel duduk disini," ajaknya kepada Calista ia juga melihat jam di ponselnya telah menuju jam 15:00 tidak terasa mereka sudah beberapa jam berada disana.
"Ahmm ya sudah kak, kita kan tidak bisa bareng di motor Calista mengendarai motor sendiri," balas Calista segera beranjak dari duduknya seraya merenggangkan otot ototnya yang kaku.
"Tidak apa apa kita bareng berpas pasan dimotor saja, kakak harus kawal nanti kamu kabur lagi," jawab Glenka naik diatas permukaan tak lupa ia mengulurkan tangannya menarik Calista.
Calista terseyum mengangkat wajahnya melihat kakaknya dari atas yang menariknya dari bawah.
Setalah nya mereka mengendarai motor secara bersamaan dan akan pulang kerumah.
...----------------...
...----------------...
(Rumah Istana milik Jhon)
"Eh Papah baru pulang?" sambut Marya didepan pintu.
"Iyah Mah, gimana Calista sudah pulang?" tanya Jhon seraya memasuki rumahnya bak Istana itu.
"Belum Pah aku sudah menyuruh Glenka mencarinya, Papah tidak usah khawatir," ucap Marya meyakinkan suaminya.
"Ya sudah Mah aku mau mandi dulu, nanti ada yang perlu aku bicarakan kepada Calista jika ia sudah pulang," balas Jhon kepada iatrinya, ia berlalu dari sana menuju kamar untuk membersihkan diri.
Marya mengangguk seraya menatap punggung suaminya.
Marya mendudukan tubuhnya kembali diatas sofa sembari menggeser keatas dan kebawah layar ponselnya.
...----------------...
(Glenka dan Calista sampai di rumah)
Suara mesin motor yang bersamaan berhenti dihalaman rumah tempat parkiran kendaraan, Marya dengan cepat berlari kecil kearah pintu utama untuk melihat siapa yang datang.
Seketika senyum indah terlukis diwajahnya yang cantik saat ia melihat anak gadisnya yang akhirnya sudah pulang.
"Sayang kalian sudah pulang," ucapnya menyambut kedua anaknya.
"Iyah Mah kami pulang," balas Glenka tak lupa memberi salam kepada Marya di ikuti oleh Calista dari belakang.
Mereka masuk bersamaan menuju kamar mereka masing masing.
"Mah Glen mau kekamar sebentar mau mandi dulu," pamit Glenka kepada Mamahnya yang masih tersenyum cerah melihat mereka.
"Iyah sayang tidak apa apa, Mamah lagi santai disini," balas Marya yang tiba tiba Bibi Surty datang untuk memijit kakinya.
Glenka mengangguk dan berlari kecil menaiki tangga.
"Pelan pelan pijitnya yah Bi," ucap Marya meluruskan kakinya disofa.
"Baik Nyonya," balas Bi Surty menuangkan minyak Zaitun dikaki Marya.
Sementara Calista yang baru sampai didalam kamarnya ia segera memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
...----------------...
"Mah tadi aku dengar kayaknya Glen sudah pulang?" tanya Jhon menghampiri Marya yang sedang bersantai dipijit oleh pelayan rumah.
"Sudah Pah dia lagi kekamarnya tuh," jawab Marya menoleh kearah suaminya.
"Calista ada?" tanya Jhon memastikan apa Calista pulang bersama kakaknya.
"Ada, dia juga masuk kekamarnya," jelas Marya sekali lagi kepada suaminya.
"Ohh,"balas Jhon singkat seraya memainkan ponselnya.
"Gimana kerjaan kantor Pah apa perungus tidak lalai bekerja?" tanya Marya sekedar basa basi kepada suaminya.
"Yah seperti biasa mereka bekerja sesuai aturanku," jawabnya santai sesekali menoleh kearah istrinya.
Tak lama setelahnya Glenka kembali keruang keluarga menghampiri kedua orang tuanya disana.
Ia ikut mendudukan tubuhnya di sofa yang tidak jauh berhadapan di tempat duduk Jhon.
"Glen dari mana saja sehari?" tanya Jhon sedang fokus di layar ponselnya namun ia dapat melihat Glenkan yang baru datang.
"Ohh iyah Pah tadi Glen habis ngampus di suruh Mamah nyari Calista," jawabnya kepada Papahnya.
"Terus dimana Calista?" Jhon masih saja terus mempertanyakan Calista entah apa maksudnya, Glenka dan Marya terlihat bingung dengan Jhon yang menanyakan Calista terus.
Calista akhirnya terlihat batang hidungnya setelah Jhon menanyakannya terus.
Serentak mereka menoleh kearah tangga saat terdengar suara langkah kaki Calista.
Dengan satai ia ikut duduk bersama kakaknya dan kedua orang tuanya disana.
Jhon melihat kearah Calista dengan alis yang mengerut keningnya.
"Bi Surty nanti lanjut lagi yah, Bibi kebelakang sebentar," ucap Marya tau jika suaminya ingin membicarakan sesustu kepada mereka semua.
"Iyah Nyonya permisi," ucap Bi Surty membungkuk seraya melangkah enyah dari sana.
"Papah mau bilang apa tadi?" tanya Marya memecahkan suasana gugup diantara suaminya dan Calista.
"Hmm Papah hanya memberitahu karena Calista tak mau kuliah Papah sudah mendapatkan calon suami untuknya, besok siang mereka bertamu kesini," balas Jhon menjelaskan sambil sesekali menoleh kearah Calista.
Marya dan Glenka serta Calista menatap Jhon tak percaya mendengar ucapannya barusan.
"Papah serius?" tanya Marya penasaran.
"Apa wajah ku terlihat seperti sedang bercanda Mah?" balas Jhon kepada istrinya.
"Kenapa secapat itu Pah apa tidak kita pikirkan dulu?" sahut Glenka tidak percaya dengan omongan Bokapnya.
"Calista kan tidak ingin kuliah ngapain lagi ditunda tunda," balas Jhon menyahuti semua yang dipertanyakan kepadanya.
Marya dan Glenka menoleh kearah Calista seakan akan menunggu apa tanggapanya.
"Kenapa bukan Papah saja yang menikah sama pria pilihan Papah itu?" ucap Calista santai sambil menyandarkan punggungnya dibahu sofa matanya tak lepas dari layar ponselnya.
Jhon melihat kearah Calista kedengarannya lucu tapi bikin naik darah juga unjung unjungnya.
Ia terdiam mencoba untuk tidak berbicara lagi dengan emosi karena jika Calista dipukul orang yang akan melamarnya nanti takut curiga jika muka Calista babak belur seperti biasa yang dilakukannya.
"Tolong jangan pancing emosi Papah Calista, makanya sekarang kau jawab Papah apa kau ingin melanjutkan kuliah atau bagaimana?" Jhon mencoba tenang dan tidak ingin berbicara dengan emosinya lagi.
"Calista tidak ingin kuliah Pah dan juga tidak ingin menikah tolong jangan paksa aku, biarkan Calista menjalani hari hari Calista tanpa ada yang mengekang," balasnya menyahuti ucapan Jhon yang sedang serius padanya.
"Calista Mamah mohon nak untuk dengarkan kami sebagai orang tua, jangan melawan terus mau yah kuliah ini juga untuk masa depan kamu," ucap Marya berbicara lembut dan memberi pengertian kepada anak gadisnya yang super keras kepala itu.
"Iyah List kakak juga berharap kamu turuti apa yang Papah Mamah bilang, kakak tidak mendukungmu untuk tidak kuliah mau jadi apa masa depanmu," Glenka ikut memberi perhatian kepada adiknya agar mendengar sedikit apa yang mereka inginkan dari Calista.
Calista terdiam mendengar apa yang dikatakan Marya dan Glenka padanya, hatinya seakan luluh tapi jika ia pikir untuk terus dirumah itu karena perilaku Papahnya yang membuatnya tidak bisa untuk terus bertahan, maka dari itu ia selalu bersikeras ingin pergi dengan keinginannya sendiri.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments