Calista mengendarai motornya keluar dari gang rumahnya ingin mengendarai jalan umum, secara bersamaan mobil di depannya membelokan kearahnya masuk gang yang ada Calista.
Sehingga mobil tersebut menyenggol spion motor Calista, karena terkejut Calista akhirnya jatuh namun tak ada luka.
"Sorry - sorry apa kamu tidak apa apa?" seorang perempuan yang tidak jauh beda umur dengan Calista turun di dalam mobilnya dan menghampiri Calista.
Calista yang menghadap kebawah jalan mengangkat wajahnya dan menoleh kearah sumber suara yang menghampirinya.
"Calista?" seru perempuan itu saat ia mengetahui wajah itu yang ternyata Calista.
Cepat cepat ia membantu menarik tangan Calista agar bisa berdiri.
"Ahm, Raysa?" balas Calista sedikit mengerutkan keningnya mencoba mengingat wajah perempuan yang tidak asing di hadapannya.
"Iyah beb aku Raysa sahabatmu waktu SMP," jawab Raysa dengan penuh senyuman diwajahnya.
"Aku sampai tidak mengenalimu," Calista tersenyum dan menarik tubuh Raysa untuk berpelukan, ia hampir tidak mengenali sahabat lama nya ini karena dulu Raysa kurus dan hitam, sekarang sudah jauh berbeda tubuh nya cantik dan seksi.
"Hem sama sahabat sendiri lupa, dasar yah kamu Calista!" sahut Raysa menyambut pelukan Calista.
Oh yah, kamu tidak apa apa kan List?" tanya Raysa memastikan.
"Ehm tidak, hanya memar di lututku saja tidak sakit kok," jawab Calista tersenyum meremas lututnya.
Raysa beralih pandangannya ke koper Calista yang telah tergeletak di tanah,
"List kamu mau kemana kok bawa koper?" tanya Raysa bingung.
Calista baru menyadari kopernya, dengan cepat ia mengambil dan mendirikannya.
"Ohh aku tidak kemana mana," jawab Calista terbata bata dengan senyum kelihatan berbohong.
"Kamu tidak kabur dari rumahkan?" tanya Raysa mencoba menebak, ia mengerutkan keningnya tidak percaya.
Hehehe, bukan gitu sih tapi,,,,,!" ucap Calista bingung harus jawab apa sama Raysa.
"Hem aku bisa tebak, kamu dipukul Bokap kamu lagi?" tanya Raysa sekali lagi, karena dulu Calista sering curhat kepada Raysa kalau dia sering dipukul sama Bokapnya salah sedikit dimarahi dan di tampar.
"Nanti aku cerita, hm by the way kamu mau kemana Sa?" ucap Calista segera mengalihkan pembicaraan Raysa.
"Ohh iyah List, sebenarnya tadi aku berkunjung di rumah mu kebetulan kan kita ketemu disini," jawab Raysa kembali bersemangat.
"Terus sekarang bagaimana apa mau lanjut kerumah atau bagaimana?" balas Calista sebenarnya tidak tega saja dengan Raysa baru juga ketemu tidak mungkin ia tinggalkan lagi.
"Yah tadinya sih pengen kerumahmu tapi tidak jadi kalau kamu tidak balik lagi disana," dengan terpakasa Raysa mengurungkan niatnya untuk berkunjung dirumah Calista karena kebetulan juga mereka bertemu disini.
"Kalau begitu kita cari Caffe yang buka dulu kita singgah," ajak Calista tidak ingin kembali lagi dirumahnya dan berniat agar segara enyah dari sana.
"Nah itu ide bagus," sahut Raysa setuju dengan Calista.
"Tapi kita bareng saja yah, motorku biar saja disini," ucap Calista bodoh amat dengan motor yang seperti itu toh bisa didapat yang lebih dari situ lagi.
"Oke, kopermu masukan di bagasi saja," balas Raysa segera membuka pintu mobilnya duduk dibalik kemudi.
Dengan cepat Calista ikut masuk saat kopernya telah ia masukan di dalam bagasi mobil Raysa.
"Kamu masih hafal jalan ini Sa?" tanya Calista saat Raysa melajukan mobilnya.
"Masih sih tapi kadang lupa karena bangunan yang sudah bertambah dan berbeda," jawab Raysa membawa mobilnya dengan kecepatan sedang saja.
Raysa sahabat lama Calista saat mereka duduk dibangku sekolah SMP, mereka sama sama dari keluarga berkeadaan namun karena bisnis Bokapnya yang bercabang di luar kota tempat ia berdomisili akhirnya mereka pindah, sejak saat itu persahabatan mereka berdua pun renggang dan putus komunikasi.
"Sejak kapan balik kerumah lama kalian disini Sa?" tanya Calista penasaran kenapa tiba tiba saja sudah datang kerumahnya.
"Baru dalam dua hari, rencana Bokap ku ia mengkuliahkan ku di Kota ini, makanya aku datang kerumahmu untuk tanyakan kamu kuliah dimana biar kita sama sama lagi List," jelas Raysa memberitahukan tentang kedatangannya di Kota lama tempat ia lahir.
"Tapi Sa aku sama sekali tidak berminat kuliah," balas Calista menundukan wajahnya menaut nautkan jari jarinya.
"Kenapa begitu, apa orang tua mu tidak mengizinkanmu?" Raysa kaget saat ia dengar Calista tak mau kuliah, ia berasa curiga apa orang tuanya tidak mengizinkannya atau mereka sudah jatuh miskin.
"Tidak sama sekali malah kedua orang tuaku dan kakakku memaksa agar aku mau kuliah, tapi aku yang bersikeras tidak mau," jawab Calista menjelaskan kepada Raysa.
"List coba kamu cerita, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?" Raysa butuh penjelasan yang detail kepada Calista tentang apa yang terjadi kenapa sampai ia pergi dari rumah dan tidak ingin kuliah.
Calista kembali terdiam, sangat malas jika menceritakan semua yang terjadi dalam kehidupannya rasanya ia sangat benci, tapi bagaimana pun Raysa mengungkit dan ingin tau.
"Kamu sudah tau kan Sa Papah ku itu dari dulu suka main tangan terus sama aku, sumpah hidupku selama berada dirumah itu tidak pernah bahagia yang kurasakan seperti neraka," jelas Calista dengan pandangan yang lurus di depan mencoba mengingat masa masa kesedihannya.
"Astaga beb, jangan bilang kamu pergi dari rumah karena memang sudah bosan atau bagaimana?" sahut Raysa ikut prihati kepada sahabatnya ini, dari dulu cerita yang sama dari Calista ia dapatkan.
"Iyah betul aku sangat sudah tidak sanggup diperlakukan seperti itu Sa, makanya aku bersikeras untuk enyah dari rumah bak neraka itu," menjelaskan lebih dalam lagi kepada Raysa.
Raysa merasakan hatinya ikut sakit mendengar jeritan tangis Calista yang dari dulu ia rasakan tidak pernah sedikitpun kebahagiaan ia dapat.
"Lalu rencana mu ingin kemana?" tanya Raysa kembali memastikan Calista.
"Aku pengen tinggalin Kota ini mencari pekerjaan di Kota lain," jawab Calista pergi jauh sekalian agar keluarganya tidak mudah menemukannya lagi.
"Apa kamu tidak kasihan dengan ku yang baru datang kamu tinggalin?" ucap Raysa sedikit ada rasa kecewa mendengar Calista ingin pindah Kota.
"Aku minta maaf Sa, tapi ini keputusan yang sudah aku pikirkan," ucap Calista merasa bersalah telah mengecewakan Raysa yang jauh jauh menemuinya.
"Pikirkan sekali lagi dah pokoknya aku tidak ingin kamu pergi List, kita harus kuliah," ajak Raysa agar Calista tidak memikirkan yang tidak tidak lagi.
"Ya sudah kita kuliah tapi jangan di Kota ini," balas Calista memberi usulan ide untuk Raysa.
"Gila kamu, Papah ku ngirim aku ke Kota ini bukan di Kota lain nanti bagaimana jika dia tahu pasti aku di pecat jadi anaknya," balas Raysa tidak mau dengan ide Calista.
"Hm ya sudah nanti kita pikirkan lagi, belok dulu di depan disana ada Caffe buka kita mampir dulu," jawab Calista menghembuskan nafasnya dan memberitahukan jalan untuk Raysa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
...----------------...
......................
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments