"Aduh Calista apa kamu sudah gila mengatain pria itu tadi, bagaimana kalau dia balas dendam sama kamu," Raysa masih takut walaupun pria itu tak lagi disana, perasaan Raysa menjadi tidak enak.
"Sudah deh Sa, ngapain takut lagian dia sudah pergi. Lebih baik kita masuk dan menitip lamaran kita," ajak Calista tidak mau ambil pusing, bodoh amat lah pokoknya dengan pria itu.
Ia menarik Raysa memasuki Restoran, disana seorang Kasir sedang melihat kearah mereka dengan penuh senyuman menyambut mereka.
"Kita mau kemana List, aku bingung tau," ucap Raysa menghentikan langkah kakinya.
"Ehm kita coba dulu tanya sama Kasir itu, biar dia nuntun kita kemana," ajak Calista lagi mencoba memberanikan diri melawan rasa gugupnya.
Raysa ngikut saja namun dengan jantung yang berdetak dan tangan yang berkeringat dingin.
"Permisi kak, kami ingin melamar pekerjaan disini kira kira kami keruangan mana untuk menitip surat lamaran kami," ucap Calista dengan sopan menyapa kasir itu.
"Ohh lebih baik kalian langsung di iterview saja, silakan menghadap Bos pemilik Restor ini saja, ruangannya di lantai paling atas disarankan menggunakan Lift agar kalian cepat," jelas Kasir itu kepada Calista dan Raysa.
"Astaga kok langsung kepada Bosnya apa HRD nya tidak ada kak?" ucap Calista kaget dibilang harus menghadap kepada Bos.
"Hari ini ia telah berpesan jika ada yang melamar dia yang menginterview," balas Kasir itu masih dengan senyumannya.
"Ohh gitu, ya sudah deh makasih yah kak," ucap Calista pasrah, mau tidak mau harus mereka lanjutkan demi mendapatkan pekerjaan.
"Apa kamu yakin List," Raysa terlihat ragu dan penuh dengan ketakutan menguasai dirinya.
"Ah sudah lah apa pun yang terjadi nanti ayo kita temui saja," Calista sangat percaya diri dan berani, tidak ingin mundur sebelum ia mencobanya.
Mereka langsung saja kearah Lift dan memasukinya, Calista menekan tombol lantai paling atas seperti yang dijelaskan Kasir itu kepada mereka.
Tak butuh waktu lama Lift mengantar mereka sampai di lantai atas, mereka keluar dan melihat sekeliling ruangan itu.
Disana cuman 1 terdapat pintu ruangan yang lumayan besar berada pas dihadapan mereka.
"List dimana ruangannya," ucap Raysa kebingungan.
"Kayaknya ini didepan kita Sa, selain ini kan ruangan nya tidak ada lagi," balas Calista melangkahkan kakinya.
Raysa mengekorinya dengan rasa gugupnya.
"Kok kamu kelihatan berani sekarang dari pada tadi sih List?" tanya Raysa saat hendak Calista mengetuk pintu ruangan itu.
"Mau gimana lagi sih Sa, kalau kita sama sama takut dan gugup pasti tidak akan jadi yang kita angan angankan," Calista sebenarnya takut namun ia tidak ingin terbawa seperti Raysa, ia melawan rasa takut dan gugup itu karena yang ia inginkan itu bekerja. Dimana saja pun melamar kerja yah tentu berhadapan kalau bukan Bos atau HDR.
TOK-TOK-TOK!
(Suara ketok pintu oleh Calista)
"Masuk!" suara serak dan berat menyahut dari dalam.
Calista memandangi wajah Raysa sebelum ia membuka pintu ruangan.
CEKLEK!
(Suara Pintu dibuka)
"Permisi Pak," ucap Calista dengan suara pelan sedikit terdengar gugup.
"Hm," jawab seorang Bos itu dengan deheman.
Posisi kursi kebesarannya yang membelakangi arah pintu, masih bertahan dengan posisi itu tanpa berbalik menghadap kearah Calista dan Raysa.
"Apa kalian yang ingin melamar pekerjaan disini?" ucapnya kembali bertanya, namun posisinya tetap ia pertahankan tidak menghadap atau ingin melihat siapa saja yang ada disana.
"Betul Pak, kami siap di interview sekarang," balas Calista masih dengan suara pelannya.
"Nama mu dan nama teman mu beritahu," sahut pria yang berada dibalik kursi kebesarannya itu.
"Nama aku Calista Ginnifer dan nama teman aku Raysa Indry," ucap Calista menjelaskan nama lengkap mereka.
"List kok Bos ini aneh banget sih, menghadap kearah kita pun dia tidak mau," bisik Raysa sedikit kesal dengan pria yang hanya memperlihatkan unjung belakang kepala kepada mereka.
"Iyah Sah, kayaknya Bosnya sinting," disela sela persidangan mereka pun masih saja menggosipi Bos itu,
"Ehem,"pria itu berdehem entah ia sempat mendengar bisikan Calista atau Raysa yang menggosipinya dari belakang.
"Apa kalian punya pengalaman kerja dibagian penerima tamu atau pelayan?" ucap pria itu bertanya kepada kedua gadis remaja yang menghadapnya sekarang.
"Belum ada Pak, tapi kami bisa melakukannya," ucap Calista, yang menurutnya pekerjaan yang mudah dan mereka pasti bisa melakukannya.
"Dari mana kalian tau kalau kalian bisa," ucap pria itu kembali memancing Calista untuk terus menjawab sebisanya.
"Iyah,,,!" Husstt List,! Suara Calista terhenti saat Raysa segera menutup mulutnya dan menyuruhnya agar tidak terlalu lancang menjawab.
"Apa sih Sa," tanya Calista berbisik melepas tangan Raysa dimulutnya.
Kenapa kalian malah diam, aku sedang bertanya apa kalian tidak mendengar?" ucap pria itu saat keheningan tak terdengar suara menjawab nya.
Calista melototi kearah Raysa memberi isyarat agar Raysa menjawab pertanyaan Bos yang misterius itu.
"Iyah Pak, jika Bapak memposisikan kami dibagian itu kami akan mencoba melakukan sebisa kami," jawab Raysa dengan suara terbata bata dan gugup.
"Ohh begitu, tapi aku rasa kalian cocok di bagian Dishwasher atau lebih tepatnya tukang bersih bersih," ucap pria itu kepada Calista dan Raysa.
Mereka saling memandang tidak habis pikir dipekerjakan di bagian yang lebih menyiksa itu.
"Apa tidak ada pekerjaan lain lagi selain itu," sahut Calista ada rasa tidak terima dengan posisi kerjaan seperti itu.
"Kenapa, itu juga pekerjaannya halal kalian diberi upah!" balas pria itu memutar kursi kebesarannya berbalik menghadap kearah Calista dan Raysa.
Calista dan Raysa melongo melihat wajah seorang Bos yang mereka hadapi yang tak lain adalah seorang pria yang ditabrak oleh Calista tadi.
Pria itu tersenyum sinis melihat kearah keduanya. "Kenapa, apa kalian kaget?" ucapnya penuh dengan ejekan.
Kedua sahabat karib ini berdiri mematung dengan mata yang tidak berkedip kearah pria itu, tidak percaya jika dia adalah seorang Bos yang mempunyai Restoran termewah dan terbesar di Kota itu.
"Tolong letakan surat lamaran kalian diatas meja," perintahnya sembari beranjak dari duduknya, dengan pandangan matanya yang tertuju kearah Calista.
Ia mendekati Calista dan menyandarkan bokongnya di bibir mejanya, dengan wajah yang masih terhias oleh senyum manisnya.
"Kalian tidak tuli kan?" ucapnya dengan suara meninggi karena Calista dan Raysa masih terdiam dan tidak melakukan apa yang telah ia perintahkan.
Mereka berdua kaget dengan suara full bass itu, dengan cepat mereka mengeluarkan surat lamaran mereka dan meletakannya diatas meja sesuai yang ia perintahkan.
"Apa kalian setuju bekerja di bagian bersih bersih?" ucapnya lagi setelah mereka meletakan surat lamaran mereka.
"Tidak, aku tidak ingin bekerja dibagian itu, lebih baik aku tidak bekerja sama sekali disini," tolak Calista ingin segera memungut kembali surat lamarannya.
Namun pria itu dengan cepat meraih surat lamaran mereka, dan tidak mengizinkan lagi membatalkan bekerja di Restorannya.
"Tapi kalian sudah aku terima, surat lamaran serta berkas berkas kalian ini aku terima. Yang sudah aku terima tidak bisa aku kembalikan lagi," ucapnya sengaja menjebak Calista dan Raysa, ia punya ide untuk mengerjai kedua gadis ini terutama Calista yang telah membuatnya kesal hari ini.
......................
...----------------...
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments