"Apa kakakmu tidak mengajakmu pergi kekampusnya?" tanya Jhon melotot kearah Calista dan mengerutkan keningnya.
"Sudah kok," Jawab Calista santai.
"Lalu kenapa kau tidak ikut?" balas Jhon mulai sedikit emosi.
Calista terdiam sesaat, ia menundukan kepala dan menautkan kedua tangannya.
"Jawab Papah Calista!" teriak Jhon bembentak Calista.
Marya yang tengah berada dikamar yang tak jauh dari ruang utama rumahnya mendengar Jho suaminya meneriaki Calista, perasaan ada yang tidak beres.
Marya segera bergegas keluar menghampiri dan mencari tau apa yang sedang terjadi lagi.
"Ada apa Pah teriak teriak sama Calista?" tanya Marya menghampiri suaminya dan ikut duduk disana.
Jhon beralih pandangan kearah istrinya dengan mata melotot.
"Dia tidak ingin kuliah, Papah betul tidak mengerti apa jalan pikiran anak gadis mu ini," balas Jhon membaik baiki nada suaranya sedikit kepada istrinya.
Marya menarik nafas seraya mengeluarkannya pelan, memandang kearah Calista yang duduk berhadapan dengan mereka.
"Ada apa sayang tolong jelaskan kepada Papah Mamah, kenapa kamu tidak ingin kuliah?" tanya Marya yang penuh sabar dan berhati malaikat kepada anak anaknya.
Calista memandangi wajah Marya dan menghembuskan nafasnya.
"Calista malas kuliah Mah, Calista ingin mencari kerja saja," jawab Calista tegas.
Jhon yang mendengar ucapannya mendengus serasa kepalanya pecah dibuat anak gadisnya yang satu ini.
"Kau mau kerja apa dengan mengandalkan ijazah SMA itu, pikiranmu ini kenapa sih," balas Jhon sedikit lucu saja membayangkan pikiran anaknya ini.
"Kerja apa saja yang penting Calista keluar dari rumah dan mencari kehidupanku sendiri," ucapnya segera menyela ucapan Bokapnya dengan tegas.
Kedua orang tuanya itu terdiam sesaat mendengar jawabannya, meraka cukup tidak masuk akal tapi bagaimana lagi membaik baiki kepadanya.
"Jangan gila kau Calista keluar rumah kau bilang, jangan jadi gelandangan diluar sana sama saja mempermalukan kami," balas Jhon, naik darah mendengar ucapan Calista yang sangat keras kepala itu.
"Kalau kau tetap ingin kerja oke Papah berikan padamu satu perusahaan Papah kelolah semampumu, apa pun hasilnya jangan kembalikan sama Papah semua utuh untukmu, tapi kau harus kuliah!" jelas Jhon, walaupun dia terlihat galak dan keras namun ia masih bisa memberi saran yang terbaik kepada Calista, tujuannya agar anak gadisnya ini tidak sesat.
"Iyah sayang Mamah juga setuju dengan Papah," sahut Marya setuju dengan saran suaminya agar Calista tetap aman dan punya masa depan yang indah.
"Calista tidak mau," jawabnya ketus menolak semua yang diucapkan Bokapnya.
Jhon langsung meledak emosi mendengar jawaban Calista yang sedikit kurangajar tidak menghargai mereka sebagai orang tuanya.
Ia berdiri dari tempat duduknya dengan langkah cepat menghampiri Calista dan.
PLAK!
PLAK!
Dua tamparan sekaligus melayang kepipi kanan kiri Calista.
"Ya Tuhan, Pah!" teriak Marya segera menarik suaminya kembali duduk disofa.
Calista dengan kepala miring kanan dan kiri, ia memegangi pipinya yang terasa panas dan bengkak jejak jari Bokapnya yang sangat keras.
Ia kembali mengangkat wajahnya melihat kearah Jhon yang tengah berwajah api menyala.
"Makasi Pah, makasih atas perlakuan Papah kepada Calista. Keinginanku tidak mau di bantah aku ingin mandiri tolong bebaskan aku!" ucap Calista lembut sambil menahan rasa sakit yang teramat memanas di pipinya.
Calista beranjak dari duduknya berlari kearah tangga meninggalkan kedua orang tuanya yang masih terdiam melihatnya.
Sesampainya dikamarnya ia membuka lemari meraih tas selempang miliknya dan membasuh wajahnya dengan air lalu ia bergegas pergi.
Calista kembali menuruni anak tangga dengan berlari kecil, ia berjalan melewati sofa dimana kedua orangtuanya masih duduk disana.
"Kamu ingin kemana Calista?" tanya Marya yang melihat kepergiannya.
Calista menoleh namun tidak ada jawaban ia terus berjalan keluar rumah, mengeluarkan kunci motor dari tasnya dan segera mengendarai motornya dengan cepat enyah dari sana.
Jhon masih terdiam membisu entah apa yang tengah ia pikirkan tentang Calista.
Ia membolak balik pertanyaan, Calista kenapa sangat keras kepala apakah karena didikannya yang salah ataukah memang dia tak mau diatur?
Pertanyaan yang tak kunjung tidak ada jawaban, semua jawaban hanya bisa dilihat dari perlakuannya terhadap Calista.
"Pah tolong kurangi emosimu kepada Calista dan jangan secepat itu main pukul padanya, kasihan Pah," ucap Marya saat keduanya tengah sama sama terdiam.
"Papah harus pergi Mah, Calista tidak bisa dibiarkan. Jika dia tidak mau kuliah Papah cari calon suami padanya lebih baik kita menikahkan dia dari pada Papah dibikin jantungan," balas Jhon kepada istrinya bergegas pergi dari sana menuju parkiran mobil diluar.
Marya dengan wajah sedih melihat Bapak dan anak yang sama sama keras kepala sikap mereka yang sama sama bertolak belakamg sampai kapan pun tidak akan pernah akur.
"Ya Tuhan tolong berikan sikap lembut kepada suamiku agar ia menyayangi Calista tanpa harus memukulnya," suara Marya lirih mendoakan suaminya, sembari menunduk dan menautkan kedua tangannya.
Sikap Calista yang sebenarnya mewarisi sikap keras dari Bokapnya sangat persis semua yang ada dalam dirinya turunan dari dalam diri Jhon.
Namun mereka tidak menyadari juga Jhon tidak pernah berfikir dari hal itu, ia juga merasa menang dan semua yang ia lakukan benar.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments