Bab 16 Tim Dua
Keesokan harinya seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya oleh Tio yang akan menjelaskan atau pun menjawab setiap pertanyaan dari tim dua mengenai kemampuan yang dimilikinya.
Akhirnya pada siang harinya satu persatu anggota tim dua yang berangkat kemarin tiba dirumah Tio.
Setelah semua anggota tim yang berjumlah tujuh orang itu berkumbul maka Tio mulai menjelaskan apa mengenai kemampuan yang dimilikinya.
"Ehemm... Baiklah karena semua anggota kita sudah dalam formasi lengkap maka saya akan mulai menjelaskan asal mula kekuatan Es yang kalian semua lihat kemaren." Tio sengaja membuka percakapan mereka dengan basabasi.
"Astaga, Tio! Tidak usah pakai pakai pembukaan atau basa basi apalah itu namanya, langsung sajalah ceritakan aku sampai tidak tidur semalam karena penasaran dengan rahasiamu itu." Ucap Pak Roni yang memang sudah sangat penasaran dan sudah tidak sabar mendengar penjelasan Tio.
Tio yang mendengar itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal mendengar apa yang dikatakan Pak Roni.
"Benar apa yang kamu katakan itu ,Ron! Kami pun sudah tidak sabar. Apa kamu tidak lihat kantung mata kami ini? Aku pun yakin tidak ada satupun yang tidur nyenyak karena begitu penasaran disini." Ucap Pak Joko menambahkan.
Memang jika diperhatikan dengan baik terdapat kantung hitam dibawah mata mereka.Melihat semua itu langsung saja Tio menjelaskan kepada mereka.
"Sebenarnya aku pun tidak tau bagaimana kemampuan itu aku miliki. Setelah beberapa hari kejadian hujan merah itu tiba tiba saja aku memiliki kemampuan ini." Tio berkilah seolah tak tau apa apa, kan tidak mungkin juga dia langsung mengatakan yang sebenarnya.
"Hah! Maksudnya? Kemampuan kamu itu terbangun begitu saja, gitu?" Ucap Pak Roni mengernyitkan keningnya keheranan.
"Ya, memang begitu. Aku menduga bisa saja kemampuan seperti yang aku miliki ini suatu saat nanti pun kalian juga akan memilikinya." Tio mencoba meyakinkan pada mereka.
"Apa kamu akan mengungkapkan kemampuan mu pada warga lain, Tio?" Tanya Pak Joko penasaran.
mendengar itu sontak saja semua mata langsung saja tertuju menatap Tio penasaran.
"Tidak! Tentu saja tidak."
"Kenapa?" Tanya Pak Juki seorang anggota yang berkumpul dan tentu saja petanyaan itu mewakili isi kepala yang lainnya.
"Begini, menurutku lebih baik untuk saat ini menyembunyikan kemampuanku dulu apalagi semua zombie di desa ini telah kita musnahkan." Tio sedikit menjeda, kemudian melanjutkan. "Aku berfikir untuk memberitahukannya disaat yang memang sangat dibutuhkan saja."
"Hmmm menang benar juga yang kamu katakan itu apa lagi kita juga tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya nanti." mendengar tanggapan pak joko mereka semua mengangguk setuju.
"Silahkan dimakan camilannya pak." Ucap Rena yang datang dari dapur membawa beberapa camilan untuk tamu ayahnya itu. Kemudian disusul juga dengan kehadiran Reni yang juga membawa nampan berisi teh hangat.
sebelum kembali melangkah kedapur Rena melirik Ayahnya dan menganggukkan kepalanya.
"Silahkan dimakan pak." Ucap Tio tersenyum mempersilahkan tamunya menikmati hidangan yang disajikan istri dan anaknya tersebut.
"Astaga Pak Tio ini! Malah repot menyuguhkan cemilan dan minuman segala. Diluar sana lagi susah loh pak nyari makanan." Kata Pak Juki. Walau kenyataan berbeda dengan yang dikatakannya yang seolah sungkan namun tangannya tetap saja mulai mencomot camilan yang disuguhkan.
Sontak saja kelakuan pak Juki mengundang tawa bagi mereka. "Kamu ini malu maluin aja, ki." Omel Pak Joko.
"Ya mau gimana lagi, orang sudah disuguhi didepan mata kok." Balasnya. Suasana diruang tamu seketika penuh dengan gelak tawa karena ulah Pak Juki.
Berbeda dengan Rena yang saat ini tengah berkonsentasi penuh dengan mangkok kecil didepannya. Air merah darah yang ada dalam mangkok perlahan melayang dan tak lama kemudian berubah menjadi butiran kecil dan semakin kecil hingga akhirnya membentuk embun yang perlahan Rena gerakkan keruang tamu yang sedang penuh gelak tawa itu.
Embun yang digerakkan Rena perlahan menuju ruang tamu akhirnya sampai juga dan dia pun mulai mengendalikan embun itu agar tidak menyentuh Ayahnya sebab sang ayah memang sudah pernah terkena embun tersebut.
Tio menyadari adanya embun yang dikendalikan Rena mulai memasuki ruang tamu dan perlahan menuju teman teman satu timnya berkumpul menyunggingkan senyumnya.
Keringat muncul di dahi Rena namun sebuah senyuman terlukis di bibirnya. pelahan dia bernafas lega setelah berhasil menjalankan misinya.
Sedangkan diruang tamu, para tamu tidak menyadari adanya embun yang di kendalikan Rena.
"Kira kira para anak anak yang melanjutkan pendidikannya di kota sana bagimana ya sekarang?" Pertanyaan tiba tiba dari pak Juki itu membuat suasana menjadi hening seketika.
Pak Roni yang memang duduk bersebelahan dengan pak Juki sedikit menyikutnya yang sepertinya belum menyadari keheningan ruangan itu dan masih saja mencomot cemilan.
Mendapat sikutan dari Pak Roni membuat Pak Juki menyadari apa yang barusan dia ucapakan, dia kemudian melirik pak Joko yang memang anaknya berada di kota untuk melanjutkan pendidikannya.
"Maaf..." Ucapnya melirik pak Joko.
"Tidak apa apa pak Juki Anakku pasti sedang dalam perjalanan kembali saat ini. Beberapa hari yang lalu sebelum jaringan telepon tidak lagi bisa digunakan dia mengatakan padaku bahwa dia sedang dalam perjalanan kembali ke desa dengan beberapa anak lainnya" Ucapnya tenang.
Sontak saja apa yang dikatakan pak Joko berhasil mengejutkan mereka semua. Ya! Memang jaringan telepon sudah tidak dapat lagi digunakan semenjak dua hari ini.
"Mungkin saja sebentar lagi mereka akan sampai kembali ke desa kita ini." Lanjutnya sambil tersenyum membayangkan anaknya kembali pulang.
"Sukur lah jika memang begitu pak Joko kami pun jadi ikut senang mendengarnya." Ucap Tio.
Suasana yang tadinya sempat terdapat sedikit ketegangan akibat pertanyaan pak Juki kembali mencair seperti semula.
Tidak lama kemudian para tamu Tio pun mulai pulang ke rumahnya meninggalkan kediaman Tio.
"Bagaimana, Yah?" Tanya Reni yang tiba tiba datang ke ruang tamu menemui suaminya. Dia memang sengaja tidak ikut suaminya berkumpul tadi selain tamunya yang memang laki laki semua dia juga tau jika mereka akan membahas masalah kelompok mereka dan tidak enak rasanya jika ia ikut nimbrung disana.
"Aman, Bu! Rena berhasil dengan misinya dan juga Ayah baru tau jika anak anak yang melanjutkan pendidikan di kota dalam perjalanan kembali saat ini." Ucap Tio pada Istrinya.
"Mana Rena, Bu?" Tanya Tio yang tidak melihat Rena ikut nimbrung ke ruang tamu.
"Mungkin dia tidur, Yah." Kata Reni.
Memang saat ini Rena tertidur setelah melakukan misinya yang menguras konsentrasinya itu. Awalnya dia hanya berniat rebahan sebentar saja namun sayangnya matanya tidak bisa diajak untuk rebahan langsung saja dia tertidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments