Bab 8 Akibat Kecerobohan

Bab 8 Akibat Kecerobohan

Pada jam sebelas malam Tio pulang dengan ketakutan dengan wajah pucat pasih. Setelah mendapatkan kunci rumah yang Dia simpan dalam kantong bajunya Dia segera membuka pintu dengan tangan bergetar.

Brak!

Bunyi suara pintu yang terbanting keras mengagetkan Reni dan Rena yang tidak bisa tidur menunggu Tio pulang.

"Apa yang terjadi, Yah?" Reni berjalan tergesa-gesa pada sang suami setelah mendengar bantingan pintu.

"Ayah, apa yang terjadi?" Rena yang baru sampai setelah berjalan dengan cepat ke ruang depan karena kamarnya yang memang agak jauh dari ruang depan.

Tio yang melihat istri dan anaknya mendekat setelah Dia berhasil mengunci pintu mencoba sebisanya menetralkan ketakutan yang ada di hatinya.

Reni dan Rena yang melihat Tio dengan raut wajah pucat saling berpandangan dengan raut kawatir dan tidak lagi bertanya pada Tio.

"Ayah! Ayo duduk dulu." Reni menuntun Tio duduk ke sofa untuk menenangkan Sang Suami yang pucat dan gemetaran.

Tio yang sudah berusaha agar terlihat tenang nyatanya tidak mampu menghilangkan rasa takutnya hingga Istri dan Anaknya dapat melihat wajah pucat dan tubuhnya yang masih gemetaran itu.

Rena yang melihat Ibunya menuntun Sang Ayah untuk duduk dan menenangkan diri di sofa kemudian segera pergi kedapur untuk mengambil air minum untuk ayahnya.

"Minum dulu, Ayah." Rena meletakkan segelas air putih di depan ayahnya yang mulai berangsur-angsur tenang.

Setelah Tio kembali tenang dan tidak pucat serta gemetaran lagi ia mulai menceritakan kejadian mengerikan yang terjadi selama

Melakukan keliling kampung yang bertujuan memusnahkan zombie di sekitar mereka agar tidak menimbulkan ketakutan berkepanjangan.

"Tadi saat kami menemukan segerombolan zombie dan ingin memusnahkannya dengan cepat tapi..." Tio menghentikan perkataannya karena merinding setelah kembali mengingat kejadian mengerikan itu.

"Tapi apa, Yah?" tanya Reni penasaran begitu pun dengan Rena, karena Tio malah menggantung ucapannya.

"Tetapi bukannya berhasil, malah Pak Sani yang ingin menebas zombi malah berakhir dikerumuni oleh zombie berakhir di gigit dan di cakar tujuh zombie." Ucap tio kembali meminum air yang di bawakan Rena.

Flashback

"lihat! Sepertinya itu kumpulan para zombie." ucap Pak Rio memelankan laju motornya.

"kamu benar pak Rio! Sebaikanya kita siap kan senjata kita masing-masing, bagi yang membawa senapan ataupun panah sebaiknya cari tempat yang lumayan tinggi untuk bisa mendukung dan saling melindungi kami yang langsung berhadapan langsung dengan zombie." Usul Pak Toni.

Tio dan Roni yang kebetulan sama-sama membawa senapan melihat pohon jambu air dipinggir jalan setinggi tiga meter dan langsung memanjatnya yang kebetulan baru di pangkas sebagian hingga memudahkan mereka dalam membidik sasaran.

"Aku duluan yang maju nanti kalian lihat caraku membunuh para zombie itu!" ucap Pak Sani dengan sombongnya.

Mendengar itu Pak Toni langsung saja mengernyit tidak senang dan mengingatkan Pak Sani. "Jangan ceroboh kamu, Sani! Di depan itu tidak hanya ada satu zombie saja."

"Alah, bilang saja kamu takut kan, Toni? Cihh dasar cemen!" tatap Pak Sani meremehkan Toni.

"Aku sudah mengingatkan mu Sani, jika nanti terjadi sesuatu yang buruk padamu jangan salahkan kami karna tidak mengingatkanmu." Tangan Toni terkepal karena kesal dengan ulah Pak Sani yang meremehkannya.

"Apa yang di katakan Toni itu benar, Pak Sani. Kami semua tau kalau Bapak itu pandai berkelahi tapi akan lebih baik untuk untuk lebih berhati-hati." Sahut Tio dari atas pohon jambu.

"Pak Sani juga harus ingat kalau gigitan zombie bisa menularkan virus yang ada pada mereka." Tambah Roni mengingatkan Pak Sani agar tidak bertindak semaunya.

Pak Sani yang memang dasarnya dongkol tidak mau menerima saran itu langsung saja berlari kedepan sendirian menyambut zombie yang juga sedang berlari kearah mereka. "Aku itu yang paling hebat di sini, jadi kalian tidak usah kawatir dan lihat saja aku membunuh mereka semua."

Melihat Pak Sani yang berlari seperti orang gila menerjang zombie mereka tidak bisa untuk tidak mengumpat dalam hati masing-masing. "Sial. Ayo kita juga maju!" teriak Toni mulai ikut berlari di susul beberapa orang lainnya.

"Dasar si tua tak berotak itu" Roni tertegun melirik Tio yang memang jarang berkata kasar apalagi mengumpat itu.

"Kenapa melihatku? Dari pada terus melihatku sebaiknya segera arahkan senapan kita pada zombie itu!" Tio menyadarkan Roni yang sedang tertegun.

Roni tidak menjawab apa yang di katakan Tio dan langsung saja mengarahkan bidikan kearah zombie. "Tapi Tio, ini kita harus menembak bagian apanya, apa lagi para zombie ini sedang berlari?" tanya Roni tiba-tiba.

Pertanyaan Roni yang tiba-tiba itu membuyarkan konsentrasi Tio yang hampir saja menarik pelatuk senapannya itu "Jantungnya Roni! Jantung! Bukankah jantung penopang kehidupan. Lagian kamu ini kenapa mendadak bodoh begini?" geram Tio karena gagal menarik pelatuk senapannya padahal dia sudah berkonsentrasi penuh tadi.

Roni menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal mendengar ucapan tio yang ada benarnya itu dan tidak membalas ucapan Tio.

Sementara itu Pak Sani yang sok jago berkelahi itu sudah berhasil menyabetkan satu serangan ke lengan zombie yang ada di depannya hingga lengan zombie itu terkulai lemas namun tidak menunjukkan raut kesakitan di wajah zombie tersebut.

Setelah Sani berhasil melukai satu zombie, Toni bersama rekan lainnya juga sampai ke tempat perkelahian Si Sani dan para zombie serta mulai ikut mengayunkan senjata mereka kearah para zombie.

Dorr!

Dorr!

Jleb!

Jleb!

Suara senapan Tio dan Roni yang berhasil menembus dada dan perut zombie. Zombie yang terluka menjadi semakin ganas menyerang kelompok Sani yang menyerang zombie secara langsung.

Satu zombie berhasil mencakar pundak Sani dan itu berhasil membuyarkan konsentrasinya melawan para zombie sehingga beberapa zombie mulai mengerubunginya layaknya sekumpulan semut yang menemukan permen jatuh.

Toni dan yang lainnya terkejut dengan apa yang terjadi pada Sani sebab zombie yang mereka lawan tadi sudah berpindah mengerubuni Sani. Mereka menyerang punggung zombie berharap dapat melumpuhkan para zombie yang sedang mengerubungi Sani.

AAAARGGGh!

Suara teriakan Sani yang kesakitan akibat di gigit oleh kerumunan zombie membuat mereka tertegun sejenak. Anto yang masih tertegun tidak menyadari ada satu zombie yang tengah membuka mulut tepat di belakangnya hendak menggigit pundaknya.

"Anto awas!" teriak Toni yang melihat satu zombie hendak menggigit pundak Anto, namun naas zombie itu berhasil menggigit pundak kiri Anto.

Dorr!

Jleb!

Zombie yang menggigit Anto tumbang akibat tembakan yang tepat mengenai bagian kepala zombie tersebut.

Tio melirik Roni yang berada disampingnya dengan kaget karena dia berhasil menembak zombie itu hingga tidak bergerak lagi.

"Aku berhasil Tio! Aku mengerti sekarang! serang bagian kepalanya." Ucap Roni antusias. Kemudian dia melirik rekan mereka yang berada di dekat para zombie yang sedang mencabik-cabik tubuh Sani dan Anto kemudian berteriak "SERANG BAGIAN KEPALANYA!"

Episodes
1 Bab 1 Kembali Hidup
2 Bab 2 Persiapan
3 Bab 3 Hujan Merah
4 Bab 4 Dimulai
5 Bab 5 Awal Kekacauan
6 Bab 6 Kekeringan dan Ketakutan
7 Bab 7 Perburuan Pertama
8 Bab 8 Akibat Kecerobohan
9 Bab 9 Kejujuran Rena
10 Bab 10 Ikut Berburu
11 Bab 11 Pertarungan
12 Bab 12 Es Dan Api
13 Bab 13 Berlatih dan Informasi
14 Bab 14 Kemampuan Baru
15 Bab 15 Informasi
16 Bab 16 Tim Dua
17 Bab 17 Bangkitnya Kekuatan Tim Dua
18 Bab 18 Menjelajah
19 Bab 19 Dikepung Zombie
20 Bab 20 Datangnya Kelompok Asing
21 Bab 21 Diluar Prediksi
22 Bab 22 Pertarungan
23 Bab 23 Setelah Pertarungan
24 Bab 24 kamuflase dan latihan
25 Bab 25 Kembali Mencari Perbekalan
26 Bab 26 Perjalanan
27 Bab 27 Lantai Tiga
28 Bab 28 Tikus
29 Bab 29 Kembali
30 Bab 30 Cerita Rena
31 Bab 31 Membuat Tembok Desa
32 Bab 32 Serangan Hewan
33 Bab 33 Serangan Hewan II
34 Bab 34 Serangan Hewan III
35 Bab 35 Akhir dari Serangan Hewan
36 Bab 36 Berkah Setelah Kekacauan
37 Bab 37 Cherry Hitam
38 Bab 38 Pergi
39 Bab 39 Bertemu
40 Bab 40 Kembali Dikepung Zombie
41 Bab 41 Dirampok
42 Bab 42 Pulang
43 Bab 43 Marah
44 Bab 44 Bukan Kutub Utara
45 Bab 45 Akhirnya
46 Bab 46 Meningkatkan kemampuan
47 Bab 47 Meningkatnya Kemampuan Spesial
48 Bab 48 Pembersihan I
49 Bab 49 Pembersihan II
50 Bab 50 Pembersihan III
51 Bab 51 Misi Selesai
52 Bab 52 Kembali Dengan Muatan Penuh
53 Bab 53 Mereka Lagi
54 Bab 54 Tempat Yang Katanya Aman
55 Bab 55 Masih di Tempat Penampungan
56 Bab 56 Kembali
57 Bab 57 Tim Keluarga kecil
58 Bab 58 Rumah Kaca
59 Bab 59 Benih yang telah berkecambah
60 Bab 60 Orang dari tempat penampungan
61 Bab 61 kesepakatan
62 Bab 62 Penghianat?
63 Bab 63 Hujan
64 Bab 64 Tim Tujuh Orang
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 Kembali Hidup
2
Bab 2 Persiapan
3
Bab 3 Hujan Merah
4
Bab 4 Dimulai
5
Bab 5 Awal Kekacauan
6
Bab 6 Kekeringan dan Ketakutan
7
Bab 7 Perburuan Pertama
8
Bab 8 Akibat Kecerobohan
9
Bab 9 Kejujuran Rena
10
Bab 10 Ikut Berburu
11
Bab 11 Pertarungan
12
Bab 12 Es Dan Api
13
Bab 13 Berlatih dan Informasi
14
Bab 14 Kemampuan Baru
15
Bab 15 Informasi
16
Bab 16 Tim Dua
17
Bab 17 Bangkitnya Kekuatan Tim Dua
18
Bab 18 Menjelajah
19
Bab 19 Dikepung Zombie
20
Bab 20 Datangnya Kelompok Asing
21
Bab 21 Diluar Prediksi
22
Bab 22 Pertarungan
23
Bab 23 Setelah Pertarungan
24
Bab 24 kamuflase dan latihan
25
Bab 25 Kembali Mencari Perbekalan
26
Bab 26 Perjalanan
27
Bab 27 Lantai Tiga
28
Bab 28 Tikus
29
Bab 29 Kembali
30
Bab 30 Cerita Rena
31
Bab 31 Membuat Tembok Desa
32
Bab 32 Serangan Hewan
33
Bab 33 Serangan Hewan II
34
Bab 34 Serangan Hewan III
35
Bab 35 Akhir dari Serangan Hewan
36
Bab 36 Berkah Setelah Kekacauan
37
Bab 37 Cherry Hitam
38
Bab 38 Pergi
39
Bab 39 Bertemu
40
Bab 40 Kembali Dikepung Zombie
41
Bab 41 Dirampok
42
Bab 42 Pulang
43
Bab 43 Marah
44
Bab 44 Bukan Kutub Utara
45
Bab 45 Akhirnya
46
Bab 46 Meningkatkan kemampuan
47
Bab 47 Meningkatnya Kemampuan Spesial
48
Bab 48 Pembersihan I
49
Bab 49 Pembersihan II
50
Bab 50 Pembersihan III
51
Bab 51 Misi Selesai
52
Bab 52 Kembali Dengan Muatan Penuh
53
Bab 53 Mereka Lagi
54
Bab 54 Tempat Yang Katanya Aman
55
Bab 55 Masih di Tempat Penampungan
56
Bab 56 Kembali
57
Bab 57 Tim Keluarga kecil
58
Bab 58 Rumah Kaca
59
Bab 59 Benih yang telah berkecambah
60
Bab 60 Orang dari tempat penampungan
61
Bab 61 kesepakatan
62
Bab 62 Penghianat?
63
Bab 63 Hujan
64
Bab 64 Tim Tujuh Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!