Bab 5 Awal Kekacauan
Matahari pagi dan kicauan burung membangunkan Rena dari tidur nyenyaknya.
Rena melakukan aktifitas paginya, bersih-bersih seperti biasa membereskan tempat tidur dan mandi pagi. Setelah mandi dan berpakaian rena berdiri didepan cermin kamarnya yang lumayan besar melihat pantulan wajahnya itu Dia teringat dengan percobaan yang Dia lakukan semalam dengan air hujan merah darah.
Dengan konsentrasi penuh Rena kemudian membanyangkan segumpal air yang melayang di depannya, hampir tiga puluh menit dia mencoba namun dia masih belum berhasil melakukannya entah kemampuannya yang masih sangat kecil ataukah percobaannya yang gagal.
Rena mencoba berfikir positif, mungkin saja kemampuannya belum sekuat yang dulu hingga belum cukup untuk membuat air mengumpul sesuai dengan apa yang dia fikirkan, apalagi dia baru mencobanya pertamakali di kehidupan kedunya ini.
Rena yang tidak ingin berkecil hati kemudian pergi sarapan dengan orang tuanya.
Setelah sarapan keluarga kecil itu berbagi cerita, lebih tepatnya mendengarkan cerita ibunya yang semalam pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan bersama ayahnya.
"Ren! Semalam saat Ibu dan Ayah pergi membeli beberapa galon air untuk stok di rumah kita, orang-orang yang belanja itu rame banget sampe ngantri dah gitu harganya lebih mahal dari yang biasanya lagi." Ucap ibu dengan antusiasnya bercerita pada Rena.
"Benarkah itu, Bu?" tanya Rena melihat betapa antusiasnya sang Ibu bercerita padahal Dia sudah memprediksi apa yang akan dilakukan kebanyakan orang setelah berita kelangkaan air di umumkan.
"Beneran loh, Ren! Untung saja kamu ngusulin buat beli galon semalam soalnya stok galon di tempat biasa langsung abis loh pas Ibu dan Ayah mau pulang habis beli belanjaan lain. Jalanan saja sampe macet loh!" Ucap Ibu dengan mengebu-gebu.
"Beneran itu, Yah?" Rena bertanya pada Ayahnya untuk mengkonfirmasi perkataan Ibunya itu.
"Benar, Ren! Ayah saja ngantri beli galonnya sampai satu jam." Ucap ayahnya membenarkan pertanyaan Rena.
Seingat Rena pagi ini akan di hebohkan dengan berita menggemparkan mengenai orang-orang yang sakit kemaren akan berubah menjadi zombie. Mengingat itu rena kemudian mengajak orang tuanya menonton berita yang mungkin saja sudah disiarkan itu.
"Jika apa yang ayah dan ibu katakan itu benar pasti sekarang lagi heboh berita tentang antrian pembelian air." Ucap Rena kemudian berdiri mengambil remot televisi untuk menghidupkannya.
Dan benar saja berita yang sedang ditanyangkan memang membahas mengenai kepanikan warga masyarakat dalam membeli air bersih sehingga menimbulkan antrian bahkan tidak jarang ada keributan kecil antar warga yang sedang mengantri.
Berita yang di tayangkan berikutnya tidaklah kalah mengejutkan dan menggemparkan masyarakat. Bagaimana tidak, pasien yang terkena flu dan demam tinggi kemaren tiba-tiba mengalami gejala aneh lainnya pagi ini. Mata mereka memerah, apalagi mereka tiba-tiba menyerang perawat yang telah merawat mereka dengan brutal dengan cara menggigit dan mencakar para perawat atau pun dokter yang sedang memeriksa mereka.
Dalam berita tersebut juga menyebutkan jika orang yang terkena gigitan dan cakaran perlahan lahan mulai mengalami gejala yang sama. Sehingga masyarakat tidak di perbolehkan untuk mendekat ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat.
Ting!
Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Rena yang Dia letakkan di sampingnya.
Rena membuka notifikasi tersebut yang ternyata adalah pengumuman bahwa semester ini telah ditunda untuk waktu yang belum di tentukan. Sama seperti kehidupan sebelumnya, dahulu juga seperti ini namun bedanya dulu dia sudah berangkat ke kota sedangkan sekarang dia, tetap di kampung dengan orang tuanya.
Dahulu Dia bukannya tidak ingin pulang ke kampung setelah pengumuman penundaan semester, namun dikarenakan orang yang tertular flu yang nantinya di beri nama virus zombie ini telah berhasil melarikan diri dari rumah sakit pada siang harinya sehingga adanya isolasi wilayah yang membuatnya tertahan di kota.
"Ayah, Ibu!... Rena baru dapat info dari kampus yang mengatakan bahwa semester ini di tunda." ucapnya memandang orang tuanya dengan mata berbinar.
"Benarkah itu Ren! Syukurlah kalau begitu. Untung saja kamu belum berangkat ke kota." ucap Ayahnya penuh syukur mengusap kepala putrinya itu.
"Untung saja kamu menunda keberangkatan kamu nak!." Ucap sang Ibu dengan mata yang berkaca kaca menatap putrinya. Tidak bisa Dia bayangkan bagaimana jadinya bila putrinya itu telah berangkat ke kota meninggalkan mereka, apalagi dengan datangnya wabah penyakit ini.
Hati Rena menghangat melihat kedua orang tuanya yang begitu menyayanginya.
Setelah makan siang mereka kembali memantau berita yang ada melalui televisi di rumah mereka. Kali ini berita yang disampaikan mengenai ditutupnya akses keluar masuk wilayah atau lebih tepatnya isolasi wilayah sebab banyaknya pasien yang berhasil kabur dari rumah sakit, yang di takutkan nantinya akan menularkan penyakit ke warga lainnya.
Berita yang di sampaikan berikutnya tidak kalah mengejutkan setelah dikeluarkannya info mengenai virus yang menyebabkan para pasien bertingkah agresif, yang diketahui menyerang otak manusia sehingga mereka yang terkena akan kehilangan kemampuannya sebagai manusia pada umumnya.
Virus ini kemudian di beri nama virus zombie.
Tidak hanya orang tua Rena saja yang menjadi cemas dan panik dengan berita yang sedang disampaikan namun juga semua orang resah akan berita tersebut.
Melihat keresahan yang ada di wajah Ayah dan Ibunya Rena mencoba menenangkan mereka.
"Untung saja kampung kita lokasinya jauh dari rumah sakit dan puskesmas ya, Yah, Bu." Rena mencoba setenang mungkin melihat kecemasan orang tuanya, berharap dengan apa yang Dia katakan dapat mengurangi sedikit kerisauan di hati mereka.
"Kamu benar, Ren!..." Ucap Ibunya terlihat sudah tidak secemas tadi.
"Jika begini, bukankah harga bahan makanan pokok akan melonjak dan juga langka akibat adanya isolasi?" Ucap Ayah Rena.
"Benar Ayah. Sepertinya nanti juga akan ada antrian pembelian sembako. Nanti kita ikut saja seperti saat pembelian air kemaren walaupun Ibu sudah membelinya lebih baik kita beli lagi saja, kan kita tidak tau kapan virusnya akan hilang." Ucap Rena.
Mendengar itu Tio dan Reni menganggukkan kepalanya tanda membenarkan apa yang putri mereka katakan itu.
Dan benar saja pada sore harinya terdengar banyak suara mobil yang melintasi rumah Rena untuk keluar dari perkampungan mencari keperluan mereka entah itu bahan makanan atau apapun itu untuk ditimbun mengingat entah sampai kapan virus ini akan hilang.
Rena dan keluarganya juga bergegas keluar bersama-sama untuk ikut dalam antrian pembelian bahan makanan.
Pada malam harinya setelah makan malam bersama ayah dan ibunya Rena kembali ke kamarnya.
Di dalam kamarnya Rena kembali mencoba berlatih berharap kemampuannya pada kehidupan pertamanya akan dapat kembali dia kuasai.
Hampir dua jam Rena berlatih. Akhirnya kerja kerasnya membuahkan hasil telihat air sebesar Ibu jari melayang di depannya saat ini. Walau hanya sekecil itu Rena merasa puas. Yah... Segalanya memang harus dia mulai dari yang kecil dulu.
Melihat gumpalan air yang berhasil di bentuknya ingin rasanya dia melompat sambil berteriak. 'Haruskah aku mulai mencoba berburu malam ini, ah sepertinya tidak ' fikirnya Rena.
karena waktu hampir tengah malam, bisa-bisa orang tuanya bangun mendengar suara teriakannya itu, sukur-sukur hanya orang tuanya yang bangun bagaimana jika tetangganya juga ikut bangun karena keributan yang Dia buat bisa heboh nanti satu kampung.
___
Sudah sejauh ini. Ada yang tau nama Ibu dan Ayahnya Rena gak ni?
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya ya ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Min mika🐱
Pak Tio dan bu Reni bener ga kakk? 😁
2024-02-08
3