Bab 6 Kekeringan dan Ketakutan
Pada jam empat dini hari Rena dibangunkan oleh suara alaram yang sudah di setelnya sebelum tidur, yang membangunkannya dari lelap tidurnya.
Rena memang sengaja bangun lebih cepat dari biasanya sebab dia ingin kembali berlatih mengendalikan kemampuannya yang bisa dibilang baru terbangun itu.
Akan sia-sia dia mendapat kesempatan kedua ini bila dia tidak menyadari kemampuan yang dia miliki dan melatihnya agar menjadi lebih kuat dan tentunya agar tidak dimanfaatkan oleh siapapun lagi.
Rena mulai berkonsentrasi dalam berlatih menggunakan kemampuannya, dia mencoba membentuk gumpalan air yang telah dibuatnya menjadi berbagai bentuk.
Pada jam enam pagi Rena mengakhiri latihannya dan membantu ibunya di dapur memasak untuk sarapan mereka pagi ini. Yah!. Keluarga mereka memang begini mau ada aktivitas atau pun tidak mereka tidak pernah melupakan yang namanya sarapan pagi.
"Bersihin tanaman di taman halaman yuk! yah, Ren. Ibu lihat karena hujan kemaren tanamannya Ibu ada yang pada patah." Ajak ibu Reni setelah sarapan pagi.
"Ibu benar, sekalian biar kita ada kegiatan pagi ini." Kata ayah Tio membenarkan perkataan istrinya. Berhubung mereka juga sedang tidak akan berkebun selama satu minggu ini setelah panen, ingin melepas lelah setelah berkebun.
Pagi ini setelah sarapan keluarga kecil itu berencana membersihkan taman rumah mereka yang di hiasi oleh bunga mawar merah dan beberapa jenis bunga lainnya.
Tanaman yang biasanya tertata rapi di halaman rumah itu sudah tidak lagi berbentuk setelah angin dan hujan merah yang turun dua hari yang lalu.
Ketika mereka hampir selesai merapikan taman pekarangan rumah terdengar suara beberapa orang yang sedang heboh bercerita dengan sura yang nyaring hingga suara mereka terdengar dengan jelas. Dari apa yang mereka dengar orang-orang tersebut tengah bercerita mengenai sungai dekat pintu masuk desa yang mengalami kekeringan.
Bukan bermaksud menguping ya! Hanya saja suara mereka yang seperti toa dan yah... Seperti manusia pada umumnya yang punya kuping pasti kedengeran lah.
Untuk memastikan kebenaran apa yang barusan mereka dengar Tio berpamitan pada anak dan istrinya untuk memeriksa sungai tersebut.
"Bu, Ren! Ayah mau ke sungai sebentar ya! Ayah ingin memastikan ucapan orang-orang yang ribut barusan itu." Ucap Tio seraya merapikan peralatan taman yang dia gunakan.
"Ayah pakek motor saja, biar cepat." Ucap Rena yang melihat Ayahnya hendak berjalan kaki ke sungai.
"Rena benar yah! Sebaiknya pakai motor saja." Ucap Reni membenarkan apa yang dikatakan putrinya ketika melihat suaminya itu yang ingin berjalan kaki kesungai.
"Baiklah kalau begitu Ayah pakai motor saja." Ucap Tio mengalah pada keinginan istri dan anaknya itu, padahal dia ingin jalan kaki buat ngeluarin keringat. Seperti petani pada umumnya kalau belum berkeringan badan berasa tidak enak.
Setelah sampai di sungai Tio melihat beberapa tetangga yang lain juga sedang menyaksikan keringnya sungai yang adadi pintu desa tersebut.
"kamu kemari juga, Tio! Mau nengok sungai yang kering juga ya?" tanya pak Roni sekedar basa basi melihat kedatangan Tio.
"Benar, Ron! Kok bisa kering begini ya padahal kemaren saya baru lewat sungai ini masih ada airnya loh." Ucap Tio melihat dasar sungai yang hanya tersisa lumpur saja.
"sebaiknya kita pulang saja Tio. Bagaimana kalau sumur kita juga ikut kering bisa bahaya ini." Ucap Roni penuh kekawatiran.
"Kamu benar sebaiknya kita segera pulang dan memeriksa sumur masing-masing." Ucap Tio kemudian bergegas menuju motornya yang di parkir tidak jauh dari pinggir sungai.
Dalam perjalanan pulang Roni dan Tio yang berkendara beriringan itu mendengar keributan di sebuah rumah dan singgah untuk memastikan apa yang terjadi. Setelah sampai di halaman rumah tersebut mereka menyaksikan sesuatu yang sangat mengerikan.
Karena pintu rumah yang terbuka mereka melihat dengan jelas seorang anak laki-laki berumur sekitar lima belas tahun menggigit dan mencakar ibunya hingga berdarah-darah. Beberapa tetangga juga ikut berdatangan, namun tidak lama kemudian mereka semua berlarian kerumah masing-masing karena ketakutan melihat periatiwa tersebut.
Tio dan Roni saling pandang dan terlintas dalam fikiran mereka virus zombie yang kemaren di beritakan "virus zombie" ucap mereka secara bersamaan. Pantas saja beberapa orang yang tadinya penasaran akan keributan itu langsung tunggang langgang pulang kerumah mereka.
Ketika hendak ingin menutup pintu agar anak yang terkena virus itu tidak berkeliaran, mereka melihat anak itu sudah berada di pintu yang hendak mereka tutup sambil melihat kearah mereka dengan ganas seolah sedang melihat mangsa.
Roni dan Tio yang melihat itu pun tanpa pikir panjang langsung menancap gas meninggalkan rumah tersebut. Bukannya tidak ingin mengamankan anak tersebut, hanya saja bagaimana caranya? sedangkan anak itu mulai berlari mengejar kearah mereka.
Sepanjang perjalanan pulang Tio dan Roni yang rumahnya searah terus berteriak mengingatkan pada warga lainnya untuk mengunci pintu rumah mereka karena ada satu warga yang telah digigit oleh anak yang terkena virus zombie.
Sesampainya Tio di rumah dia langsung mengunci seluruh pintu rumahnya.
Rena dan Reni saling pandang melihat Tio yang sedang mengunci setiap pintu di rumah tersebut. "Ayah, kenapa semua pintunya di kunci." Tanya rena menghampiri Ayahnya bersama Ibunya.
"Tadi di jalan pulang dari sungai Ayah sama pak Roni mendengar ada keributan di rumah Bu Tesa, ternyata putranya kena virus zombie dan Bu Tesa di gigit oleh anaknya itu, kamu tau Ren apa yang paling mengerikannya anaknya itu tidak hanya menggigit tapi juga memakan daging bu Tesa yang di gigitnya itu." Kata Tio bergidik ngeri.
"Anak itu tadi juga sempat mengejar Ayah dan Roni. Untung saja kami berhasil kabur pakai motor." Ucap Tio menambahkan.
Setelah mendengar apa yang barusan di katakan oleh Tio, Rena dan Reni tertegun karena begitu terkejut dengan apa yang mereka dengar barusan.
"Lalu bagaimana dengan anak itu yah?" tanya Reni yang mulai panik pada suaminya itu.
"Anak itu tentu saja sedang berkeliaran sekarang Bu, makanya tadi Ayah sama Roni neriakin warga yang lain pas perjalanan pulang buat mengunci pintu rumah mereka masing-masing." Ucap Tio setelah memastikan semua pintu telah terkunci.
"Sekarang kita musti isolasi mandiri dong, Yah?" Tanya ibu yang mulai tenang.
"Ayah lebih baik menelfon pihak desa untuk mengabarkan situasi desa." Ucap Rena yang sedari tadi menyimak pembicaraan kedua orang tuanya itu.
"Rena benar yah. Sebaiknya sekarang juga telefon mereka yah." Ucap Reni mengambil handphone yang ada di kamarnya.
Tio segera menelfon pihak desa begitu istrinya memberikan handphone padanya. Pihak desa mengusulkan mengadakan rapat secara online di karenakan tidak memungkinkannya keadaan saat ini. Untungnya jaringan internet masih lancar saat ini.
Rapat berlangsung selama hampir tiga jam. Dari rapat ini pihak desa menghubungi puskesmas untuk mengamankan orang yang terjangkit virus. Namun alangkah terkejutnya mereka mendengar jawaban yang di berikan pihak puskesmas yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat membantu sebab di daerah puskesmas itu sendiri banyak yang terkena virus yang sama sehingga tidak mungkin mereka untuk membantu.
Akhirnya pihak desa menurunkan lima orang anggota keamanan desa untuk menangkap dan mengikat anak yang telah berubah menjadi zombie itu pada sore harinya.
Belum ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit untuk melumpuhkan zombie dengan langsung membunuhnya saat itu, hingga beberapa orang ini berusaha mengikat mereka yang terkena virus dengan harapan akan ada vaksin yang akan di temukan nantinya.
Pada sorenya lima anggota keamanan yang berusaha mengikat anak yang telah menjadi zombie itu namun naas bukannya berhasil malah dua diantara mereka berhasil di gigit oleh zombie itu. Apalagi saat itu zombie sudah bertambah menjadi enam orang.
Benar!
Pada kehidupan pertamanya juga begini dengan naifnya mereka berfikir akan ada vaksin atau semacamnya, hingga akhirnya para peneliti banyak yang berguguran barulah diumumkan bahwa satu-satunya cara adalah dengan membunuh mereka yang tertular.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments