Bab 20 Datangnya Kelompok Asing
Seminggu sudah berlalu setelah Rena mengikuti Tim dua dalam pencarian bahan makanan dipasar tradisional.
Dan seminggu jugalah Ayahnya melatih teman temannya yang berada di tim dua dalam mengontrol kemampuan yang mereka miliki agar dapat digunakan secara maksimal.
"Bagaimana latihannya, Yah?" Tanya Rena penasaran melihat ayahnya yang baru pulang dari pos yang berada di gerbang desa.
Ayahnya dan tim dua memang berlatih di pos gerbang desa pada hari ini sebab tim dua yang memang mendapatkan jatah untuk menjaga pos. Apalagi jarang ada warga lain yang berkeliaran disekitar pos itu selain beberapa orang yang memang bertugas menjaga saja hingga membuat mereka lebih leluasa dalam berlatih.
"Semuanya lancar, Ren. Mereka sudah mampu mengontrol kemampuannya masing masing." Ujar Tio melangkah kearah bangku teras disamping Rena.
"Baguslah jika begitu, Yah. Apalagi ditengah kekurangan air saat ini kemampuan Pak Joko, Ivan dan Janu akan sangat membantu." Ujar Reni yang membawa segelas air putih untuk suaminya yang baru pulang itu dan Tio pun meminum air itu hingga tandas tak bersisa.
Yahh... Tiga orang itu adalah pemilik kemampuan air yang ada pada tim dua selain Rena.
"Tapi Yah, apa nanti orang orang tidak akan curiga jika hanya keluarga kita dan tim dua saja yang membangkitkan kekuatan spesial ini?" Tanya Reni khawatir mengingat hanya tim dua lah yang membangkitkan kemampuan spesial yap kita anggap saja ini sebagai kemampuan spesial.
Mendengar apa yang ditanyakan Ibunya itu sontak saja Rena tertegun merutuki kebodohannya yang tidak memikirkan hal itu. 'sial... aku lupa!'
"Bagaimana jika membuat beberapa pemuda membangkitkan kemampuan mereka, Ren." Usul Tio setelah mendengar pertanyaan istrinya itu yang memang masuk akal.
Mendengar itu mata Rena berbinar dengan pemikiran cepat ayahnya itu. "Ayah Benar. Jika kita membuat beberapa orang lagi memiliki kemampuan maka yang lain tidak akan curiga dengan kita."
"Tapi, Ren. Apakah air hujan merahnya masih ada?" Tanya Reni penasaran menatap Anaknya karena memang dirinya tidak tau seberapa banyak air hujan merah darah yang anaknya itu miliki.
Mendengar apa yang dikatakan istrinya itu Tio yang juga penasaran menatap anaknya itu.
Melihat Ayah dan Ibunya menatapnya Rena menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu kemudian tersenyum canggung. "Sebenarnya masih ada setengah ember kecil lagi Yah, Bu."
Sontak saja mendengar itu mata kedua orang tunya membulat sempurna karena terkejut.
"Astaga Ren, Jika memang sebanyak itu kita bisa membangkitkan kemampuan seluruh penduduk desa." Kaget Tio.
"Lalu siapa saja yang akan kamu pilih untuk dibangkitkan kemampuannya, Ren?" Tanya Reni Penasaran setelah mengetahui Rena masih memiliki setengah ember air hujan merah.
Mendapatkan pertanyaan dari Ibunya itu Rena mengerutkan keningnya berfikir keras siapa saja yang nanti akan dipilihnya sebab tidak mungkin memilihnya secara random apalagi tidak ada yang tau apa yang ada dihati seseorang. Bisa saja ada yang ber hianat pada mereka malah melukai warga lain.
Melihat anaknya yang mengernyitkan keningnya seolah tengah berfikir dengan seriusnya maka Tio berinisiatif untuk memberi saran pada anaknya itu.
"Bagaiman dengan Raka dan Jery saja, Ren. Ayah rasa mereka berdua itu cukup baik." Saran Tio yang membuyarkan lamunan Rena yang memikirkan siapa yang akan dibangkitkan kemampuannya.
"Ibu rasa juga begitu, Ren. Setau Ibu kedua orang itu selalu berperilaku baik dan tidak neko neko seperti kebanyakan orang." Reni pun juga setuju dengan saran yang diberikan suaminya itu.
"Hmmm... Ayah dan Ibu benar. Baiklah kalau begitu biar mereka berdua saja." Ujar Rena yang juga setuju dengan saran Ayahnya.
Tidak lama kemudian mereka semua memasuki rumah untuk makan malam karena memang pergantian orang yang menjaga pos adalah pada hampir waktu makan malam.
Keesokan harinya mereka semua dikejutkan dengan datangnya sekelompok orang menjarah beberapa rumah warga yang memang berada dekat dengan gerbang desa.
Tidak hanya mengambil persediaan yang ada dirumah warga mereka juga melakukan penyandraan pada beberapa orang yang berada dalam rumah yang mereka jarah.
keributan yang terjadi pada pagi itu pun sampai juga pada keluarga kecil Rena.
Tokk! Tokk! Tokk!
"Tio! Tio!" Teriak Danis tidak sabaran.
Sura ketukan pintu dan teriakan Danis yang terdengar nyaring dan tergesa gesa tidak sabaran mengejutkan Tio. Tio yang mendengarnya pun segera membuka pintu dan melihat Danis dengan wajah kawatirnya.
"Ada apa, Danis?" Tanya tio penasaran apalagi melihat nafas Danis yang ngos ngosan seperti habis berlari.
"itu Io ada sekelompok orang yang tiba tiba saja datang dan mengeroyok penjaga pos kemusuan mereka menjarah persediaan makanan dirumah beberapa warga mereka juga menyandera beberapa orang." Ucapnya lancar walaupun dengan nafas yang masih sedikit ngos ngosan.
Rena yang memang saat itu berada diruang tamu tentu saja dapat mendengar apa yang dikatakan paman Danis dan Ayahnya.
"Apa orang itu punya kemampuan juga paman?" Tanya Rena kawatir yang berjalan dari ruang tamu mendekati Paman Danis dan ayahnya yang memang berbicara didepan pintu.
"Entahlah, Ren. Paman mendapat kabar ini dari si Juki dan langsung segera kesini sedangkan Juki langsung ke rumah yang lain untuk memberikan kabar ini. Paman tergesa gesa kesini hingga paman pun tidak ingat menanyakan itu pada Juki dan tidak tau apa mereka punya kekuatan seperti kita atau tidak." Jelas Paman Danis yang juga terlihat kawatir.
"Kalau begitu sebaiknya kita langsung saja menuju pos untuk melihatnya karena kalau tidak salah mereka menyandera tim yang bertugas di pos dan beberapa orang lainnya di pos tersebut." Ujar Danis.
"Rena ikut, Yah. Tunggu sebentar Rena mau pamit dulu pada Ibu." Tak menghiraukan ayah dan paman Danis Rena langsung menemui ibunya untuk berpamitan dan untungnya Ibunya mengizinkan setelah dia bujuk beberapa saat.
Tak lama kemudian Rena menuju kamarnya mengambil sebotol spay kecil yang berisi air hujan merah dan menaruhnya kedalam saku celana training yang digunakannya dan kembali berlari kearah ayahnya yang menunggu di teras.
Tio melihat anaknya itu menggeleng gelengkan kepalanya.
Melihat Rena yang sudah kembali dari berpamitan pada ibunya mereka pun segera berangkat ke pos.
"Kenapa kita tidak pakai motor saja, Yah?" Tanya Rena pelan pada Ayahnya saat mereka berjalan menuju pos.
Tio yang mendapat pertanyaan dari putrinya itu tersenyum kecut. "Bensin kita sudah habis buat Mobil yang kita gunakan mencari perbekalan minggu lalu itu, Ren"
Melihat ekspresi ayahnya Rena pun melirik paman Danis yang ternyata juga tersenyum kecut dan menghembuskan nafas berat.
'Hahhh... Pantas saja Ayah dan paman Danis seminggu ini jalan kaki, aku kira mereka memang sedang latihan fisik atau apa.'
Rena pun jadi Ikut tersenyum kecut. Yahh jika dipikir lagi ada untungnya dia menyarankan membawa semua makanan yang mereka temukan minggu lalu. Jika dalam kondisi sekarang mereka menemukan banyak makanan maka akan merepotkan dalam mengangkutnya.
___
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa vote, like dan komennya ya jika kamu suka dengan cerita ini.🤗
Kalian penasaran gak sama apa aja kemampuan milik tim dua?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
@mi
Lanjut tor
2024-01-10
1
Evi Yana
neeeeeeext
2024-01-09
2