Bab 10 Ikut Berburu
Pagi harinya setelah sarapan Rena menatap Ayah dan Ibunya penuh minat. Melihat tatapan Rena itu ibunya kemudian bertanya. "Ada apa Ren? Kenapa dari tadi kamu menatap kami?"
Rena yang kepergok menatap orang tuanya menggaruk kepala belakangnya kemudian bertanya. "Apa Ayah dan Ibu sudah membangkitkan kekuatan?"
"Belum, Ren! Tidak ada yang terasa berubah pagi ini dari kemampuan Ayah dan Ibu. Memangnya kapan kemampuan itu kamu sadari, Ren?" ucap Tio menatap Putrinya.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Ayahnya Rena kemudian teringat jika kekuatannya baru terlihat ketika malam hari yang berarti kekuatan itu baru akan benar-benar terbangun setelah dua puluh empat jam.
"Jika Rena tidak salah ingat kemampuan Rena terbangun pada pagi keesokan harinya setelah hujan itu, Yah. Mungkin saja kemampuan itu akan terbangun setelah dua puluh empat jam, Yah, kan Rena kena embunnya juga pagi pas hujan itu." jawab Rena.
Kring! Kring!
Suara telepon rumah. Reni yang posisinya memang berada paling dekat langsung saja mengangkatnya. "halo!" ucapnya.
"Apa Tio ada? Bisa tolong diberikan padanya dulu " tanya suara di seberang telefon. "Ada, tolong tunggu sebentar." Reni menyerahkan gagang telepon pada Suaminya.
Setelah Tio menerima gagang telepon "Halo!" suara di seberang telepon langsung menjawab "Tio! Ini Roni. Siang ini jam dua, kita akan mengadakan rapat dadakan di Aula desa membahas masalah semalam." Ucap Roni. "Baiklah, aku akan datang." jawab Tio. sambungan telepon pun terputus setelah itu.
"Siapa Yah?" tanya Rena.
"Itu tadi Roni mengabarkan nanti ada rapat dadakan di Aula Desa." jawab Tio setelah menaruh gagang telepon pada tempatnya.
Pada siang harinya Tio bersiap-siap berangkat ke Aula Desa menggunakan sepeda motornya tidak lupa pula Ia dengan senapan untuk jaga-jaga bila nanti di jalan bertemu zombie. Sesampainya Tio di Aula Desa ternyata sudah banyak orang yang datang lebih awal darinya.
Ketika Tio mencari tempat duduk Ia melihat Roni yang sudah duduk di bangku barisan kedua, karena melihat bangku sebelah Roni masih kosong Ia langsung saja duduk di sana.
"Kapan kamu datang, Ron?" tanya Tio berbasa basi setelah duduk di samping Roni.
"Baru sekitar sepuluh menitan lah." jawab Roni sambil melirik jam di tangannya.
Setelah beberapa saat rapat pun dimulai.
"Agar mempersingkat waktu langsung saja pertama kita akan membahas mengenai zombie yang semalam." Ucap Pak Jery membuka acara. "Untuk itu di persilahkan kepada pak Joko untuk menjelaskan hasil dari kegiatan pemusnahan zombie di wilayah kita ini." Tunjuk Jery pada Joko sebagai perwakilan yang akan menjelaskan.
Setelah Joko selesai menceritakan kejadian semalam Aula yang tadinya tenang karena menyimak apa yang dikatakan Joko langsung saja menjadi ribut. Karena pada kegiatan pemusnahan zombie semalam terbagi menjadi beberapa kelompok dan sialnya kelompok Joko dan kawan-kawan lah yang bertemu dengan zombie dan memakan dua orang korban.
"Roni bagaimana kamu yakin dengan menembak kepala zombi itu akan membuat mereka mati?" tanya Tio yang memang sudah penasaran sedari semalam.
"Aku hanya tiba-tiba teringat dengan mayat zombie yang ditemukan pagi kemaren. Kamu ingat zombie itu tewas dengan anak panah yang bersarang di kepala nya. Nah saat kita menembak bagian tubuh lain tapi zombie itu tidak mati jadi aku coba saja tembak kepalanya." Terang Roni tidak hanya kepada Tio tatapi juga kepada peserta rapat lainnya.
"Kalau begitu sekarang kita sudah tau apa kelemahan zombie itu." Ucap Pak Jery. Rapat pun dilanjutkan dengan pembahasan lainnya.
Melihat Suaminya sudah pulang Reni bertanya mengenai apa yang dibahas dalam rapat barusan. "Bagai mana rapatnya, Yah? Apa yang dibahas tadi?"
"Tentang zombie yang semalam, Bu! Nanti malam kita juga akan mengadakan Pembersihan zombie lagi di lingkungan kita ini." ucap Tio pada istrinya.
"Apa Rena boleh ikut kali ini, yah?" tanya Rena membawa segelas air dari dapur untuk Ayahnya yang baru pulang.
"Tidak boleh!" ucap Reni melarang putrinya.
"Boleh ya, Bu, Yah! Rena cuman liat dari jauh aja kok. Lagian kalau nanti Ayah tiba-tiba kekuatannya terbangun pas lagi berburu zombie gimana? Apalagi jika kemampuan yang terbangun itu sejenis dengan yang Rena miliki kan terlihat jelas Bu." Bujuk Rena.
Mendengar apa yang dikatakan Rena membuat Reni terfikir 'benar juga. Jika kekuatan Suamiku terbangun saat bertarung dengan zombie gimana jelasinnya ke yang lain? Gimana nanti yang terbangun adalah kemampuan api, terus pas bersin malah kayak naga nyembur gitu?' kemudin pada akhirnya Dia meng iya kan keinginan Rena tersebut. "Baiklah, kamu boleh ikut tapi cuman menyaksikan dari jauh saja, gak boleh dekat dekat."
Jika Rena dan Tio tau isi fikiran random Reni itu bisa bisa mereka ngakak tak tertolong ampe nangis.
"Boleh kan, Yah! Kata Ibu Rena boleh ikut loh, Yah." ucap Rena antusias melihat ke arah Ayahnya karena Ibunya telah membolehkannya ikut dan sekarang tinggal Ayahnya yang akan Dia bujuk.
Melihat betapa antusiasnya Rena, Tio pun akhirnya juga memperbolehkan Anaknya itu ikut. Apa lagi ada benarnya juga yang dikatakan Rena tadi mengenai kekuatannya yang mungkin bisa saja tiba tiba terbangun di saat berburu zombie nanti. Akan sulit untuk menjelaskan kepada yang lainnya nanti. "Boleh, tapi ingat kata Ibu kamu, tidak boleh ikut campur dalam memburu zombie hanya melihat dari jauh saja."
"Yey!" Rena meloncat loncat seperti anak kecil setelah mendengar Ia dibolehkan ikut.
Pada malam harinya sekitar jam tujuh, Rena bersiap siap di dalam kamarnya dengan mengikat rambutnya yang sebahu dengan gaya ekor kuda serta jaket hitam dan celana training, tidak lupa pula dengan samurai dengan gagang serta sarungnya berwarna merah yang akan dia bawa.
Tio yang sudah menunggu Rena di teras depan terkejut melihat Anaknya itu membawa samurai di tangannya.
"Kenapa kamu membawa koleksi samurai tiruan kamu itu, Ren? Seingat ayah kamu tidak punya yang warnanya seperti ini? Kapan kamu membelinya?" tanya Tio penasaran karena setau Dia Anaknya itu memang suka mengoleksi samurai tiruan yang persis seperti di anime yang suka ditonton anaknya itu.
"Oh yang ini baru minggu lalu Rena beli yah. Waktu Rena kepasar malam itu loh, Rena lihat warnanya bagus jadi Rena beli saja." jawab Rena cengengesan pada ayahnya.
"Rena bawa ini cuman buat pajangan saja kok yah lagian kan Rena cuman jadi penonton aja Yah." Lanjutnya.
"Ya sudah kalau begitu kita tunggu Roni dulu biar berangkat bareng." Ucap Tio pada Rena.
Sekitar lima menit menunggu Roni datang bersama Pak Joko.
"Loh! Rena ikut juga, Io?" tanya Pak Joko penasaran melihat rena dengan setelan serba hitam serta samurai yang ditaruh di punggungnya itu.
"Iya Pak Joko." jawab Tio atas pertanyaan Pak Joko tersebut.
"Kamu gak kawatir terjadi apa apa sama Rena Io?" kali ini Roni yang bertanya.
"Rena cuman liat dari jauh aja kok Pak, gak ikut tebas menebas zombie. Ini tuh cuman buat pajangan aja kok gak tajam juga." ucap Rena.
Roni dan Joko melirik Tio setelah mendengar apa yang Rena katakan untuk memastikan. Melihat lirikan Roni dan Joko Tio kemudian mengatakan, "apa yang dikatakan Rena itu benar. Dia memang suka mengoleksi samurai tiruan semenjak menonton apa lah itu yang ada samurai samurainya. Dia juga nanti ikut di dekatku kok. Kan kita pakai senapan yang otomatis dari jarak yang lumayan jauh dari zombie. Aku membawanya karena setelah pulang Dia terus saja merengek minta ikut." Ucap Tio tak berdaya mengingat Rena yang merengek minta ikut.
Mendengar itu Rena mengerucutkan bibirnya tidak suka guna mendukung jawaban Ayahnya itu.
Namun ada satu yang tidak diketahui Ayah dan Ibunya bahwa setiap samurai atau panah yang Dia koleksi itu benar-benar asli. Dia bahkan meminta pembuat panah dan samurai yang di pesannya agar semirip mungkin dengan apa yang sering di tontonnya, dan tentu saja itu menguras habis isi tabungannya.
"Sebaiknya kita segera berangkat." Ucap Roni menghidupkan motor miliknya.
Mereka kemudian segera pergi menuju tempat berkumpul sebelum melakukan perburuan zombie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments