Pergaulan Jakarta dan kehidupan malam membuat Teja bergidik ngeri. Tidak ingin Luna mengalami hal buruk, apalagi gadis itu terlihat masih polos. Khawatir ada pihak yang ingin menjebak atau membod0hinya. Meskipun belum ada rasa cinta untuk Luna, tapi tanggung jawab perempuan itu berada di tangannya.
Apalagi kejadian masa lalu di mana sang kekasih terjebak atau memang dijebak oleh kerabatnya sendiri sampai harus melewati malam panas bersama. Merasa terhina dan hancur, kekasih Teja yang bernama Andin itu akhirnya menghabisi nyawanya karena malu dengan Teja yang bersedia menerima segala kekurangannya.
“Sshiitt.” Teja sempat memaki, entah untuk siapa.
Beruntung karena sudah semakin larut, jalanan tidak seramai tadi. kendaraan pun lancar jaya tiba di lokasi yang di share oleh Luna.
“Yang ngajak ke sini udah pasti player,” gumam Teja melihat tempat karaoke di mana Luna berada. Pria itu sudah keluar dari mobil dan menghubungi istrinya.
...***...
Sejak tiba di tempat itu, Luna hanya diam. Seakan remaja labil yang berada di tempat yang salah. Beberapa rekannya sudah asyik dengan minuman yang mereka pesan, ada pula yang sudah bernyanyi padahal lebih merdu suara dengkuran dari pada nyanyiannya.
Astri yang awalnya enggan datang sama seperti Luna, sudah larut bersama yang lain termasuk seniornya.
“Hey, kenapa melamun?” tegur Doddy.
Luna hanya tersenyum, entah dapat dilihat oleh pria itu atau tidak. Karena lampu ruangan sudah menggunakan lampu temaram dan kelap kelip seperti lampu disko. Doddy semakin merapatkan duduknya ke arah Luna, lalu menuangkan minum.
“Maaf Kak, aku tidak minum alkohol.”
“Hah, serius?”
Luna mengangguk.
“Minum soda aja aku sakit perut, nggak ngerti nanti bakalan apa kalau minum itu,” tunjuk Luna pada botol-botol yang ada di hadapannya. Doddy tersenyum smirk dan tidak disadari oleh Luna.
Entah ide kotor atau rencana mesum apa yang ada di kepala pria itu, mendengar pengakuan Luna. Bisa dipastikan kalau perempuan itu masih segel membuat Doddy semakin semangat untuk mendekati gadis itu.
“Kamu kok kelihatan resah?” tanya Doddy. Tangan pria itu sudah berada di bahu Luna, membuat perempuan itu terkejut. Pandangan Luna yang tadinya menatap Astri sedang bernyanyi bersama seniornya -- Bu Linda -- langsung menatap Doddy yang sedang menatapnya. Luna menggerakkan bahunya agar tangan Doddy terlepas.
“Maaf pak.”
“Mau ke mana?” tanya Doddy karena Luna sudah berdiri.
Hendak beralasan ke toilet, tapi urung karena ponselnya bergetar dan nama Kang Mas Suteja tertera di layar. Tanpa permisi, Luna pun melipir ke luar room untuk menerima panggilan dari suaminya.
“Halo, Pak Teja.”
“Aku di luar, cepat ke sini atau aku masuk dan ….”
“CK, iya aku keluar. Tungguin!”
“Siapa?” tanya Doddy yang sudah berdiri di belakang Luna.
Panggilan sudah berakhir, Luna menoleh dan pamit pulang.
“Kenapa buru-buru, ini masih sore. Ayo masuk lagi, nanti aku akan antar kamu pulang dengan selamat.” Doddy menarik tangan Luna, pria itu sudah mulai mabuk membuat Luna takut dan menghempaskan tangan seniornya.
“Maaf Kak, saya duluan.”
“Hei, Luna. Kaluna,” teriak Doddy di selasar room karaoke karena Luna sudah berlari.
Teja yang menunggu dengan cemas akhirnya bisa menghela nafas lega melihat kedatangan Luna. Baru akan bicara untuk menasehati, tapi Luna sudah mengajak masuk ke dalam mobil.
“Marah-marahnya nanti aja, aku udah ngantuk banget.”
“Sudah tahu ngantuk ngapain ikut ke tempat beginian, kamu nggak ngerti bahaya Lun.”
“Ssttt.” Luna menghentikan Teja bicara dan menunjuk kemudi seraya mengatakan agar segera jalan.
Selama perjalanan pulang, Luna tertidur. Bahkan ketika sudah sampai dan mobil sudah berhenti, gadis itu belum terjaga. Teja bingung bagaimana membangunkan Luna, padahal sudah dipanggil beberapa kali.
“Luna, bangun kita sudah sampai. Apa kamu mau tidur di mobil sampai pagi?” Teja bahkan sudah melepas seatbelt dan mengguncang pelan tubuh istrinya.
Asisten rumah tangganya sudah pulang, Teja pun memanggil salah satu penjaga keamanan agar membuka pintu depan, karena dirinya hendak menggendong Luna ke dalam. Ketika dibaringkan di ranjang, Luna sempat meracau tapi kembali terlelap. Teja kembali memaki tidak jelas sambil melepaskan sepatu dari kaki Luna dan menyelimuti gadis itu.
...***...
“Kamu sudah dewasa, bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Ini Jakarta, banyak kejahatan terjadi. Ibu Kota yang lebih kejam dari ibu tiri,” tutur Teja yang masih terus mengoceh menasehati Luna, padahal mereka sedang di meja makan untuk sarapan.
Mendengar kalinat terakhir yang diucapkan Teja, Luna malah terbahak.
“Pak Teja bisa aja, kayak judul film tau. Jakarta lebih kejam dari ibu tiri,” seru gadis itu lalu kembali terbahak.
“Ingat Luna, selama kita masih terikat pernikahan kamu adalah tanggung jawab saya.”
“Cie Pak Teja, emang aku diapain sih sampai harus tanggung jawab.”
Teja berdecak mendengar candaan Luna. Kadang gadis itu memang di luar nalar. Jelas-jelas dirinya sedang emosi dan marah, malah bercanda.
“Pak Teja hafal banget deh sama tempat semalam, apa sering ke sana juga?”
“Bukan urusan kamu.”
“Yey gimana sih, aku nggak boleh tapi Pak Teja malah langganan.”
Keduanya pun siap berangkat. Hati Teja menghangat karena Luna kembali mencium tangannya sebelum naik taksi karena motornya ditinggal di kantor. Padahal bisa saja Teja mengantarkan Luna, tapi egonya masih tinggi untuk melakukan atau menawarkan hal itu pada Luna.
Sampai di kantor, Luna sengaja menghindar dari Doddy karena ulahnya semalam. Sempat menegur Astri karena semalam malah asyik bernyanyi dan mengabaikan ide awal untuk kabur.
“Bu Linda ngajakin aku nyanyi, pake mabok segala. Nggak mungkin aku tinggal, bisa-bisa dia ngadu macem-macem sama Pak Arta. Tahu sendiri Bu Linda apa-apa ngadu.”
“Kak Doddy semalam nyeremin, kayaknya dia mabuk.”
“Hah, serem gimana? Jadi dracula.”
“Ah kampr3t, emang drama Edward Cullen. Kak Doddy mabuk, aku nggak suka dengan tatapan dan gestur tubuhnya. Kayaknya dia playboy.”
“Luna, kamu nggak di apa-apain ‘kan? Di ***** nggak? Atau jangan-jangan kalian one night stand, hati-hati bulan depan kamu tahunya hamil benih …”
“Mulut, ampun deh. Merepet ke mana-mana, kebanyakan baca novel drama jadi begini nih.”
“Aku tanya serius, semalam nggak ada yang terjadi ‘kan?”
“Adalah, aku kabur.”
Obrolan berisi ghibah antara Luna dan Astri pun terhenti karena Doddy sudah berada diantara mereka.
“Kita ada janji dengan klien ‘kan? Berangkat sekarang aja ya, dari pada telat,” ajak Doddy, Luna pun mengiyakan usulan pria itu.
Kembali berada dalam mobil Doddy, Luna bungkam dan suasana menjadi canggung. Doddy pun tidak banyak bicara karena semalam dia terlalu cepat untuk pendekatan dengan Luna. Gadis itu bisa saja takut dan hati-hati ke depannya.
“Kak.”
“Luna.”
Doddy dan Luna serempak memanggil.
“Kak Doddy duluan deh.”
“Kamu duluan, ladies first.”
“Maaf semalam aku pulang duluan, karena sudah dijemput.”
Doddy manggut-manggut, memahami kalau gadis di sampingnya ini adalah gadis rumahan.
“Oke, nggak masalah.”
Akhirnya mereka tiba di restoran tempat bertemu dengan klien, yang mana klien itu adalah Teja Dewangga. Tidak lama menunggu, Luna melihat Teja datang dan menuju ke arahnya. Doddy yang duduk membelakangi arah kedatangan Teja berdiri dan berbalik ketika Luna menyambut Teja.
“Selamat siang Pak Teja,” sapa Luna menjabat tangan pria itu.
“Siang,” sahut Teja dan beralih pada Doddy.
Raut wajah Doddy dan Teja berubah tegang, bahkan saat Luna memperkenalkan bahwa Doddy adalah senior di project tersebut kedua pria itu masih saling tatap dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Alanna Th
ck ck, ngeri aq! pasti s doddy makin agresif; sptny juli nyesel smp cerai n brniat balik pd tejo
2024-11-30
0
Lilis Wn
kan apa lu bilang , dia mantan si juli
2024-02-25
0
Jumadin Adin
nah kan jadi tegang..jgn² mantan juli
2023-12-14
3