Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)

“Mbak Luna mau makan sekarang?”

“Nanti aja Bik, tunggu suami saya. Bibi kalau mau pulang, nggak apa.”

Luna sudah tiba di rumah sebelum maghrib, sudah bertekad akan menjadi istri yang baik dan berusaha membuat Teja menerimanya. Meskipun masih ragu apa mungkin Teja bisa mencintainya. Sedangkan pesan yang dikirimkan tadi pagi masih belum dijawab hanya dibaca saja. Bahkan pesan baru yang isinya Luna akan menunggu Teja pulang untuk makan malam malah belum dibaca sama sekali.

Setengah delapan malam terdengar deru mesin mobil, ternyata Teja yang datang. Luna menyambut pria itu dan direspon dengan dahi berkerut. Teja bingung dengan Luna yang menyambut bahkan dengan ceria dan menawarkan minum juga makan malam.

“Jadi gimana Pak, Mau makan dulu atau mandi dulu?”

“Bibi ke mana?”

“Sudah pulang, Pak Teja yang buat peraturan bibi nggak boleh menginap di sini setelah kita menikah. Aku tahu maksudnya, biar nggak ada yang tahu kalau malam aktivitas kita kayak gimana ya. Pak Teja mesum ih." Luna bertutur sambil terbahak lalu memukul pelan lengan Teja.

“Siapa yang mesum? Otak kamu yang mesum. Kamu habis minum atau gimana? Aneh banget.”

“Kita makan dulu ya Pak, laper nih.”

Teja pun menuju meja makan, bukan karena ajakan Luna. Namun, perutnya memang sudah berteriak minta diisi. Kesibukannya hari ini membuat dia melewatkan makan siang. Luna berperan bak istri yang baik di meja makan, seperti yang Indah lakukan pada Amar.

“Silahkah dinikmati suamiku.”

Teja tidak memperdulikan sikap Luna dan fokus pada makan malamnya. Teringat isi pesan Luna pagi tadi kalau dia tidak ingin jadi janda tapi perawan.

“Apa Luna memang masih perawan,” batin Teja. Tiba-tiba terbersit keinginan membuktikan sendiri hal itu, tapi otaknya kembali normal lalu menghapus rasa penasaran itu. Walaupun mereka harus berakhir, Teja ingin melepas Luna dalam keadaan tidak ia sentuh.

 “Sudah selesai?” tanya Luna.

Teja mengangguk pelan lalu meninggalkan meja makan.

“Pak Teja mau mandi ya, perlu saya siapkan air hangatnya? Atau perlu ditemenin mandi? Teman tidur mungkin?” Luna mencecar pertanyaan yang isinya penawaran, meskipun dalam hati gadis itu terbahak menertawakan gayanya mirip istri kurang dibelai.

“Nggak usah aneh-aneh,” seru Teja sebelum membuka pintu kamarnya, bahkan tanpa Luna tahu pria itu mengunci dari dalam. Khawatir kalau Luna memaksa masuk ke dalam kamarnya.

...***...

Esoknya, Teja kembali dihadapi dengan sikap Luna yang berlagak bagai seorang istri sungguhan. Menawarkan yang biasa Teja lakukan, seperti kopi di pagi hari juga mengantar sampai mobil sedangkan dia sendiri juga harus berangkat kerja.

“Hati-hati di jalan ya Pak, nggak apa kok kalau Pak Teja kangen. Aku on call untuk Bapak, nanti aku langsung cuss pulang,” tutur Luna membuat Teja bergidik ngeri. Antara mabuk dan kerasukan, pendapat Teja menilai sikap Luna.

Sudah beberapa hari dihadapkan dengan sikap Luna yang berusaha mendapatkan perhatian darinya, malam ini Teja dikejutkan dengan Luna yang acuh. Gadis itu duduk di sofa menonton televisi hanya melirik sekilas ketika Teja pulang.

“Bibi ke mana? Aku lapar,” seru Teja.

“Sudah pulang, makan malam sudah di meja. Pak Teja makan sendiri ya, saya lagi malas akting jadi istri yang baik. Nggak dapat piala citra, dilirik juga nggak.” Luna menatap layar tv sambil dengan toples cemilan di tangannya.

Teja berdecak mendengar ucapan istrinya. Pria itu menggulung lengan kemejanya nya sampai siku lalu menoleh dan terkejut dengan penampilan Luna yang memakai kaos tanpa lengan dan legging pendek. Meskipun tidak terlalu seksi dan menggoda, tapi pria dewasa seperti Teja bisa teg@ng hanya disuguhkan hal seperti itu.

“Luna, pakaianmu ….”

“Kenapa?”

“Ck, apa tidak ada pakaian yang lebih sopan lagi?”

Luna menggaruk kepalanya setelah meletakan toples ke atas meja. Gadis itu berdiri dan menunduk melihat apa yang dikenakan.

“Memang ini kurang sopan pak? Perasaan biasa aja deh, lagian Pak Teja juga nggak tertarik ‘kan?” Ia menduga kalau Teja tidak berselera dengan perempuan, makanya menjadi bujang lapuk. Ditambah Teja tidak tergugah sedikitpun dengan usaha Luna beberapa hari kemarin.

“Mulutmu, aku ini pria normal.”

“Nggak mungkinlah, Pak Teja nggak bakalan ngiler meskipun saya polos. Sudah sana makan dulu.”

Bukannya beranjak, Teja malah mengambil remote mematikan TV membuat Luna protes.

“Ingat kata-kata ini. Aku pria normal dan aku bisa berc!nta tanpa rasa cinta, jangan pancing aku dengan ide mesum di kepalamu itu.”

“Idih, kepedean. Pak Teja tuh nyebelin, sok jual mahal padahal diobral juga belum tentu aku mau. Ingat ya kita menikah karena perjodohan dan sepakat akan saling menerima, tapi aku ngerasa kita nggak ada usaha untuk itu.”

Luna pun beranjak dari sofa menuju kamarnya.

“Kalau udah makan, beresin sendiri. Aku lagi mode ngambek.” Teja hanya menggelengkan kepala mendengar teriakan Luna sebelum masuk kamar.

Esok pagi, karena weekend Luna bangun lebih lambat. mendapati rumah yang sepi, walaupun memang biasanya sangat sepi. Gadis itu menuju dapur dan menanyakan di mana Teja pada si Bibi.

“Joging Mbak. Pak Teja kalau weekend gini biasa jogging, nanti jam sembilan atau jam sepuluh baru pulang.”

Luna meninggalkan dapur, menguap lalu menoleh ke kamar Teja. Entah bisikan setan dari mana, gadis itu penasaran dengan kepribadian suaminya. Menoleh kiri dan kanan memastikan situasi aman, ia pun menuju kamar Teja.

“Wow, maskulin banget,” ujar Luna menatap kamar Teja yang hanya didominasi warna putih dan hitam. Cat tembok putih dan di beberapa bagian berwarna hitam termasuk list jendela. Ranjang dengan sprei juga berwarna putih, ada juga sofa dan perlengkapan lain berwarna hitam.

“Kayak papan catur,” ujar Luna lalu terkekeh.

Gadis itu berjinjit menuju ruang ganti dan kembali tercengang dengan kondisi ruangan yang begitu rapi. Semua jenis pakaian dan aksesoris tertata sesuai jenis dan warna.

“Wajar aku bilang Pak Teja belok, lihat aja isi lemarinya. Aku yang cewek aja berantakan.”

Luna tidak mendapatkan foto atau apapun yang menunjukan bahwa Teja memiliki kekasih atau wanita di luar sana. Pandanganya tertuju pada kotak di atas lemari. Ia menarik kursi untuk mengambil  kotak tersebut dan membukanya.

“Ini apa?”

Ada dua kecil di dalam kotak tersebut dan sebuah amplop coklat. Kotak pertama Luna buka, isinya beberapa lembar foto.

“Ini kayaknya Pak Teja waktu masih muda, mirip siapa ya? Imut,” seru gadis itu. Lembaran foto Teja dan seorang wanita seusianya. “Juli,” ucap Luna membaca tulisan di belakang foto. Ada selembar kertas ternyata isinya surat, Luna membaca sambil mengerutkan dahinya.

“Oh My God, dia selingkuh.”

 

Terpopuler

Comments

Lilis Wn

Lilis Wn

ayok lun trus cari tau masa lalu tejooo 😂

2024-02-24

1

Defi

Defi

keren Lun 👍👍, biar Teja bisa mikir mau sampai kapan dia hidup di masa lalu

2023-10-01

3

Defi

Defi

kapok ya Lun, tapi bagus juga tarik ulur begitu biar Teja merasa kehilangan setelah sebelumnya merasa risih 😂🤣

2023-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku Bersedia
2 Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3 Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4 Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5 Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6 Bab 6 ~ Belum Ada
7 Bab 7 ~ Pernikahan
8 Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9 Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10 Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11 Bab 11 ~ Cantik Juga
12 Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13 Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14 Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15 Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16 Bab 16 ~ Pertemuan
17 Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18 Bab 18 ~ Woi Suteja
19 Bab 19 ~ Pingsan
20 Bab 20 ~ CLBK
21 Bab 21 ~ Doddy Si Player
22 Bab 22 ~ Mulai Meaum
23 Bab 23 ~ Rencana
24 Bab 24 ~ Enak ....
25 Bab 25 ~ Kaluna !!!
26 Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27 Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28 Bab 28 ~ Karatan
29 Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30 Bab 30 ~ Rencana Busuk
31 Bab 31 ~ Kangen Aku
32 Bab 32 ~ Emosi
33 Bab 33 ~ Emosi (2)
34 Bab 34 ~ Selesaikan ....
35 Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36 Bab 36 ~ Masa Lalu
37 Bab 37 ~ Penjelasan
38 Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39 Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40 Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41 Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42 Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43 Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44 Bab 44 ~ Siapa Herman?
45 Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46 Bab 46 ~ Rencana Amar
47 Bab 47 ~ Kabur
48 Bab 48 ~ Do You Miss Me
49 Bab 49 ~ Tolong Anakku
50 Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku Bersedia
2
Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3
Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4
Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5
Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6
Bab 6 ~ Belum Ada
7
Bab 7 ~ Pernikahan
8
Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9
Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10
Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11
Bab 11 ~ Cantik Juga
12
Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13
Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14
Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15
Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16
Bab 16 ~ Pertemuan
17
Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18
Bab 18 ~ Woi Suteja
19
Bab 19 ~ Pingsan
20
Bab 20 ~ CLBK
21
Bab 21 ~ Doddy Si Player
22
Bab 22 ~ Mulai Meaum
23
Bab 23 ~ Rencana
24
Bab 24 ~ Enak ....
25
Bab 25 ~ Kaluna !!!
26
Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27
Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28
Bab 28 ~ Karatan
29
Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30
Bab 30 ~ Rencana Busuk
31
Bab 31 ~ Kangen Aku
32
Bab 32 ~ Emosi
33
Bab 33 ~ Emosi (2)
34
Bab 34 ~ Selesaikan ....
35
Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36
Bab 36 ~ Masa Lalu
37
Bab 37 ~ Penjelasan
38
Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39
Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40
Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41
Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42
Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43
Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44
Bab 44 ~ Siapa Herman?
45
Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46
Bab 46 ~ Rencana Amar
47
Bab 47 ~ Kabur
48
Bab 48 ~ Do You Miss Me
49
Bab 49 ~ Tolong Anakku
50
Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!