Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby

Pukul tujuh malam, Teja sudah tiba di rumah. Sempat melihat sekeliling mencari keberadaan Luna, apalagi rumahnya tampak sepi seperti biasa.

“Bik.”

“Eh, sudah pulang Pak? Mau makan malam sekarang?”

“Luna belum pulang?”

“Sudah Pak, sore tadi. Malah sudah makan malam duluan, saya pikir Bapak pulang lebih malam. Mau saya siapkan makan malam?”

“Iya.”

Teja menatap ke arah kamar istrinya sambil menunggu makanan dihidangkan oleh si bibi. Teringat pertemuan siang tadi, di mana Luna bersikap formal dan … dewasa. Penampilan gadis itu juga berbeda, tidak seperti di rumah, apalagi saat pertama mereka bertemu.

Makanannya baru habis sebagian ketika Teja mendengar senandung dari gadis yang tadi dia cari. Kembali cuek dan terus mengunyah.

“Eh, Pak Teja sudah datang. Tau gitu tadi kita makan bareng aja.” Luna menuju lemari es, mengambil botol air mineral.

Teja menatap penampilan Luna yang mengenakan piyama doraemon dan rambut yang digulung asal. Setelah meneguk airnya, gadis itu menuju meja makan dan duduk berhadapan dengan Teja yang mengalihkan pandangannya.

“Aku sudah belanja bulanan, nggak tahu deh sudah lengkap atau belum. Tapi belanja sesuai list dari Bibi.”

“Hm.”

Luna akan beranjak, tapi urung karena Teja memintanya duduk lagi. menunggu suaminya selesai makan, gadis itu menyangga wajahnya dengan tangan kanan sedangkan jemari tangan kiri dia ketuk-ketuk ke atas meja.

Teja meletakan tisu kotor bekas lap mulutnya.

"Kantormu tidak tahu kamu sudah menikah?"

“Hm.”

“Kenapa?” tanya Teja dengan wajah serius menatap Luna.

“Aku akan sampaikan kalau sudah waktunya, lagipula pernikahan ini juga tidak jelas akan dibawa kemana. Oh iya, Pak Teja harus profesional ya karena aku sudah berusaha profesional. Kerjasama dengan Seloka Design jangan bawa-bawa hubungan kita, jangan karena aku yang bertanggung jawab dengan design lalu kerjasama dibatalkan atau malah sengaja ngerjain aku dengan merubah total rancangan.”

“Tidak usah khawatir, aku bukan pria seperti itu.”

“Ya sudah.” Luna sudah melangkah menuju kamarnya, tapi terhenti karena Teja kembali memanggilnya.

“Bereskan ini!” titah Teja.

“Hah, itu ‘kan tugasnya bibi.”

“Beliau sudah pulang. Setelah kita menikah Bik Ida tidak tidur di sini.”

Luna menghentakan kakinya karena kesal, dia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah dan saat ini rasa kantuk sudah mendera. Luna termasuk manusia yang tidak bisa tidur larut malam, kecuali ada masalah yang menjadi beban pikiran membuat otaknya terus bekerja.

"Chuaks."

...***...

Pagi ini Teja melewatkan sarapan, bergegas karena harus ke luar kota ada janji urusan bisnis. Sampai di beranda rumah, dia melihat Luna berdiri di samping motor sedang menatap layar ponselnya. Pria itu sampai mengernyitkan dahinya memastikan kalau perempuan yang dia tatap adalah Luna.

“Luna."

Gadis itu menoleh.

“Kamu mau ke mana?”

“Kerja Pak, masa mau ngamen.”

“Tapi ini masih pagi, mana ada jam kerja kantor sepagi ini.”

Luna menghela nafasnya, memang sekarang baru jam enam pagi. Meskipun judulnya dia akan ke kantor, tapi Luna akan mampir ke rumah Surya. Gadis itu merindukan Eyangnya, biasa bertemu dan bercengkrama tapi kini mereka terpisah walaupun dalam konteks memenuhi permintaan pria itu.

“A-aku kangen Eyang,” ujar Luna dengan suara lirih dan mata yang berembun.

Teja memahami kondisi istrinya, dia mendengar kalau Luna tinggal dan dibesarkan oleh Kakeknya. Sedangkan Teja, tidak terlalu dekat dengan ayahnya karena hanya anak dari istri kedua.

“Lain kali beritahu aku ke mana kamu akan pergi selain ke kantor.”

“Iya.”

Luna sudah berada di atas motor dan memakai helmnya, tapi kembali turun dan menghampiri Teja.

“Salim,” ujar gadis itu sambil mengulurkan tangan. Teja sempat heran lalu mengulurkan tanganya, dia kira Luna akan mengajak salaman ternyata gadis itu mencium punggung tangannya lalu kembali ke motornya. Bahkan sempat membunyikan klakson sebelum kendaraan roda dua itu perlahan meninggalkan kediaman Teja Dewangga.

Teja akan menemui calon rekan bisnisnya di daerah Bogor, karena itulah dia berangkat sepagi mungkin karena janji temunya jam sembilan pagi. Berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan dan pria itu tiba beberapa menit lebih awal.

Sudah ada teman sekaligus rekan bisnis yang menyambut kedatangan Teja.

“Gue pikir lo bakal telat. Pesan dulu deh, lo pasti belum sarapan.”

Pertemuan diadakan di salah satu resto sebuah hotel, rekanan Teja bersama sekretarisnya. Mereka berbincang ringan sambil sarapan, sampai akhirnya diskusi mengenai kerjasama. Teja memiliki software house yang dia bangun sejak kuliah, awalnya hanya start up tapi sudah berkembang menjadi software house. Tentu saja dengan modal awal dibantu oleh Adam -- ayahnya.

Pertemuan kali ini karena kerjasama pembuatan software untuk perusahaan baru. Selain itu Teja juga ada usaha jual beli dan sewa apartemen, serta rencana membuka café.

“Secara teknis, prototype system yang lo usulkan gue udah oke. Urusan kontrak kerjasama nanti komunikasi aja sama sekretaris gue. Siapa tahu kalian bisa lebih dekat dan cocok bukan cuma urusan kerja.”

Wanita yang dimaksud tersenyum malu, sedangkan Teja malah berdecak.

“Gue udah nikah.”

“Hah serius?”

Teja menunjukkan jarinya di mana tersemat sebuah cincin.

“Akhirnya temen gue ini laku juga, tapi lo serius ‘kan menikah bukan Cuma ….”

“Sudahlah, itu urusan gue.”

“Teja, lo harus move on. Juli sudah bahagia dengan keluarganya, Andin sudah meninggal masa sampai sekarang lo nggak bisa sembuh juga.”

Teja hanya diam mendengar nasehat temannya yang mengetahui dengan jelas masa lalunya.

“Gue dengar sepupu Andin sekarang di Jakarta, kemungkinan kalian bertemu sangat kecil. Secara Jakarta kota besar dan populasi penduduknya tinggi, tapi kalau sampai kalian bertemu jangan lagi lo usik masa lalu. Percuma karena hanya lo yang bakal rugi.  Andin nggak akan hidup lagi sedangkan lo bisa terpuruk di jeruji besi.”

Teja memijat dahinya pelan, bagaimana mungkin dia bisa move on sedangkan bayang-bayang masa lalunya seakan tidak hilang. Emosi yang dia rasakan saat itu kala mengetahui kekasihnya menghabisi nyawanya sendiri dan pelaku pelecehan ternyata masih ada hubungan saudara malah bebas berkeliaran seakan masih terasa.

“Gue penasaran dengan istri lo? Apa dia teman kita juga atau ….”

“Bukan. Dia jauh di bawah kita, umurnya baru dua puluh lima.”

“Hah, serius? Kampr3t juga lo, bisa dapetin daun muda. Kayak sugar daddy aja.”

Dalam hati Teja menyetujui istilah itu, dia dan Luna memang bagaikan sugar daddy dan sugar baby. Di situasi tertentu malah seperti tom and jerry.

 

Terpopuler

Comments

Mebang Huyang M

Mebang Huyang M

ceritanya bagus thor.

2024-03-16

2

Lilis Wn

Lilis Wn

move on kang , masih aj tersesat masa lalu 😂

2024-02-24

0

Hasbi Asidiqi

Hasbi Asidiqi

kang mas teja yakin gak bakal jatuh cinta secarabluna itu paket komplit.....

2023-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku Bersedia
2 Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3 Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4 Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5 Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6 Bab 6 ~ Belum Ada
7 Bab 7 ~ Pernikahan
8 Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9 Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10 Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11 Bab 11 ~ Cantik Juga
12 Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13 Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14 Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15 Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16 Bab 16 ~ Pertemuan
17 Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18 Bab 18 ~ Woi Suteja
19 Bab 19 ~ Pingsan
20 Bab 20 ~ CLBK
21 Bab 21 ~ Doddy Si Player
22 Bab 22 ~ Mulai Meaum
23 Bab 23 ~ Rencana
24 Bab 24 ~ Enak ....
25 Bab 25 ~ Kaluna !!!
26 Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27 Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28 Bab 28 ~ Karatan
29 Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30 Bab 30 ~ Rencana Busuk
31 Bab 31 ~ Kangen Aku
32 Bab 32 ~ Emosi
33 Bab 33 ~ Emosi (2)
34 Bab 34 ~ Selesaikan ....
35 Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36 Bab 36 ~ Masa Lalu
37 Bab 37 ~ Penjelasan
38 Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39 Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40 Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41 Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42 Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43 Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44 Bab 44 ~ Siapa Herman?
45 Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46 Bab 46 ~ Rencana Amar
47 Bab 47 ~ Kabur
48 Bab 48 ~ Do You Miss Me
49 Bab 49 ~ Tolong Anakku
50 Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku Bersedia
2
Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3
Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4
Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5
Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6
Bab 6 ~ Belum Ada
7
Bab 7 ~ Pernikahan
8
Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9
Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10
Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11
Bab 11 ~ Cantik Juga
12
Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13
Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14
Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15
Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16
Bab 16 ~ Pertemuan
17
Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18
Bab 18 ~ Woi Suteja
19
Bab 19 ~ Pingsan
20
Bab 20 ~ CLBK
21
Bab 21 ~ Doddy Si Player
22
Bab 22 ~ Mulai Meaum
23
Bab 23 ~ Rencana
24
Bab 24 ~ Enak ....
25
Bab 25 ~ Kaluna !!!
26
Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27
Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28
Bab 28 ~ Karatan
29
Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30
Bab 30 ~ Rencana Busuk
31
Bab 31 ~ Kangen Aku
32
Bab 32 ~ Emosi
33
Bab 33 ~ Emosi (2)
34
Bab 34 ~ Selesaikan ....
35
Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36
Bab 36 ~ Masa Lalu
37
Bab 37 ~ Penjelasan
38
Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39
Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40
Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41
Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42
Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43
Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44
Bab 44 ~ Siapa Herman?
45
Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46
Bab 46 ~ Rencana Amar
47
Bab 47 ~ Kabur
48
Bab 48 ~ Do You Miss Me
49
Bab 49 ~ Tolong Anakku
50
Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!