Bab 9 ~ Kepribadian Ganda

Obrolan dengan Teja mengenai pernikahan mereka ke depan seakan terus mengiang di telinga Luna. Gadis itu terus bergumam sambil berjalan mondar mandir, tentu saja menggumamkan sikap dan ulah Teja. Sebenarnya Luna pun belum menyukai Teja, tapi dia akan mencoba membuka hatinya.

“Dipikir dia siapa? Kalau bukan karena Eyang, nggak mungkin juga aku terima perjodohan ini. Meskipun aku jomblo bukan berarti aku nggak laku, bukan kayak dia bujang lapuk pasti karena tidak ada perempuan yang mau.”

“Kalau aku sampai cerai, Eyang pasti sedih.”

“Aku akan buat Teja Dewangga jatuh cinta denganku, itu harus. Kaluna Zena, tunjukkan pesonamu.”

Luna pun menuju pintu kaca menuju kolam renang. Sengaja memilih kamar itu untuk dia tempati. Cukup strategis dan mengarah langsung ke taman serta kolam renang.

“Hahh.” Luna menghela nafasnya lalu menguap. “Kayaknya tidur siang enak nih. Di mana-mana habis nikah tuh honeymoon, atau liburan kek. Ini malah ngerem di kamar.” Mulut gadis itu masih terus mengoceh sambil menuju ke ranjang dan berbaring di sana.

Entah berapa lama Luna tertidur, ia terjaga mendengar ketukan pintu.

“Sebentar,” sahut Luna sambil beranjak dari ranjang dan berjalan gontai menuju pintu. Ternyata si Bibi yang sudah berdiri di depan pintu.

“Maaf Mbak, untuk makan malam sudah ada di meja. Kalau mau hangat bisa pakai microwave. Untuk bahan makanan sudah menipis, memang waktunya belanja.”

Kaluna menggaruk kepalanya tidak mengerti maksud Bibi menyampaikan hal itu untuknya, seharusnya disampaikan pada Teja atau karena mereka sudah menikah dan dianggap Luna sebagai Nyonya rumah.

“Oh,” ucap Luna.

“Saya permisi pulang ya Mbak.”

“Eh, kenapa pulang?”

Bibi pun mejelaskan kalau Teja tidak mengharuskan si Bibi menginap setelah mereka menikah.

“Hah, terus kalau malam aku atau Pak Teja butuh sesuatu gimana?”

“Bapak bilang ada Mbak Luna yang mengurus.”

“Pak Teja di mana Bik?”

“Tadi pergi Mbak, makanya saya pamit sama Mbak,” ujar Bibi lalu benar-benar pamit dan meninggalkan rumah. Luna menahan geram mendengar Teja malah pergi.

“Dasar nggak tanggung jawab, ke mana tu lakik,” cetus Luna. “Suteja,” teriaknya lagi.

...***...

Entah jam berapa Teja pulang, Luna tidak biasa tidur larut tidak menunggu sampai pria itu datang. Bahkan pagi ini Luna sudah berada di meja makan, sesekali melirik pintu kamar Teja yang masih rapat.

“Jadi curiga, semalam dia kemana? Jangan-jangan ketemu cewek atau cowok?” Luna bergidik membayangkan hal yang tidak-tidak.

“Fokus Luna, fokus untuk membuat suami kamu jatuh cinta,” ujar gadis itu pelan.

“Bapak mau kopi?” tanya Bibi.

“Hm.”

Luna menoleh, ternyata Kang Mas sudah keluar dari kamar dan menuju meja makan. Pria itu mengernyitkan dahinya melihat wajah garang sang istri.

“Setelah wajah kamu memang kayak gitu?”

“Ini mode marah Pak.”

“Pagi-pagi sudah marah, cepat tua kamu. Belum lagi darah tinggi, kena stroke lalu meninggal.”

“Astaga, mulutnya. Pagi-pagi udah ngajak adu mekanik. Pak Teja ….”

“Sstt, jangan berisik. Jangan buat pagi hariku bising,” cetus pria itu lalu menyesap kopi yang diletakan bibi di hadapannya. “Kamu boleh beraktivitas, tapi tahu diri. Kita suami dan istri, tolong jaga kehormatan kamu dan keluarga kita. Jangan pulang lewat dari jam sembilan, karena tidak ada kantor yang lembur sampai tengah malam.”

“Itu berlaku juga untuk Pak Teja ‘kan? Karena semalam ….”

“Beda. Aku laki-laki, urusanku lebih banyak.” Teja pun berdiri dan mengeluarkan salah satu kartu dari dompetnya lalu memberikan pada istrinya. “Aku akan transfer nafkah untukmu termasuk urusan belanja bulanan. Untuk operasional rumah dan gaji pekerja, aku sendiri yang urus.”

“Tunggu, ini maksudnya aku harus belanja bulanan?”

“Bukan, Om kamu atau bos kamu saja,” ujar Teja lalu meninggalkan Luna yang masih terbengong heran.

“Nyebelin banget sih. Mana garing jokes-nya," gerutu Luna.

Menyadari motornya masih berada di rumah Eyang, Luna pun menggunakan taksi menuju kantor dan menyempatkan menghubungi Tante Indah agar ada yang mengantarkan motor ke tempat tinggalnya sekarang.

Luna tidak menceritakan bahwa ia telah menikah pada rekan-rekan kerjanya, termasuk Astri. Pernikahannya berlangsung di weekend dan sekarang gadis itu sudah tiba di kantor.

“Morning,” sapa Doddy yang sudah berdiri di samping kubikel Luna, padahal penghuninya baru datang bahkan komputernya pun belum dihidupkan.

“Morning juga, sayangku eh Kak Doddy,” sahut Luna yang sempat terhipnotis dengan senyum ceria dari pria itu.

“Semoga senin kamu menyenangkan ya. Jam sembilan, bagaimana kalau kita berdiskusi tentang project pertamu ku,” ajak Doddy.

“Siap Kak, apa sih yang nggak buat Kak Doddy Arnold.”

Doddy terkekeh. “Aku tunggu ya,” ujar pria itu lalu berbalik dan pergi. Luna bahkan sampai melongokkan kepala menatap tubuh sempurna yang perlahan menjauh.

“Woi, masih pagi tahu,” seru Astri.

“Justru itu, pagi ini aku dapat mood booster yang bikin hati berdebar dan hidung kembang kempis.”

Beda banget sama yang di rumah, selalu bikin naik darah. Yang di sini bikin diabetes yang di sana bikin TBC, batin Luna.

Bukan hanya Luna dan Doddy yang berdiskusi, ada Arta juga. Usulan rancangan untuk klien baru yang akan diurus oleh Doddy dan Luna pun sudah selesai, bahkan Arta setuju dengan rancangan tersebut.

“Oke, siang ini kalian temui orangnya. Saya sudah buatkan janji, jam dua di café X.”

“Permisi Pak,” seru Astri menginterupsi. “Satu jam lagi saya harus bertemu klien, tapi Bu Linda hari ini cuti. Jadi gimana pak?”

Arta terlihat berpikir, urusan klien baru dan klien lama yang dimaksud Astri sama pentingnya. Pria itu akhirnya memutuskan kalau pertemuan dengan klien baru Luna bersama dengannya, sedangkan Doddy menemani Astri.

Saat ini Luna dan Arta sudah berada di tempat dan waktu pertemuan, menunggu kedatangan klien mereka. Arta berdiri dan tersenyum, sepertinya orang yang mereka tunggu sudah datang. Luna pun ikut berdiri.

“Maaf saya terlambat.”

Luna mengenal suara itu, karena posisinya membelakangi arah masuk dia pun menoleh dan terkejut dengan kehadiran pria di sampingnya.

“Pak Teja tepat waktu kok, kami saja yang datang lebih awal,” ujar Arta setelah bersalaman.

Teja menoleh dan sama terkejutnya dengan Luna. Keduanya sempat terdiam sampai Arta mengatakan kalau rancangan pesanan Teja akan diurus oleh Luna.

Melihat Luna yang terdiam seakan tidak mengenali dirinya, Teja pun ikut permainan itu sama-sama berpura-pura kalau mereka memang tidak saling mengenal.

“Bagaimana PaK?” tanya Arta setelah Luna menjelaskan usulan desainnya.

Teja sejak tadi hanya diam memastikan berkas pengajuan rancangan interior café dan apartemen yang dia minta. Bukan karena masalah Luna, tapi rancangan itu menarik hatinya sesuai dengan apa yang dia inginkan.

“Saya cocok dengan usulan ini, ada sedikit yang harus disesuaikan tapi bukan merubah konsep. Nanti saya akan sampaikan mana bagian yang harus disesuaikan,” tutur Teja.

“Jadi kita bisa lanjutkan dengan kontrak kerja sama ya?” tanya Arta lagi.

“Bisa, tentu saja bisa.”

Teja heran dengan Luna yang bicara hanya seperlunya saja, gadis itu terlihat sangat profesional. Tidak seperti ketika berada di rumah, yang selalu berteriak bahkan ucapan yang keluar dari mulutnya lebih banyak tidak ramah di telinga.

Sampai pertemuan berakhir dan mereka meninggalkan café, Luna masih bersikap formal.

“Apa dia benar Luna yang kemarin aku nikahi? Sepertinya perempuan itu memiliki kepribadian ganda,” seru Teja yang sudah berada di dalam mobil sambil mencengkram kemudi dan memperhatikan Luna yang masuk ke dalam mobil Arta lalu perlahan mobil itu meninggalkan café.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

hmm, bagus luna, tetap tegar /Kiss//Ok//Good//Heart/

2024-11-29

1

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

keqx bayikk jatuh cinta ma karakter luna

2024-03-31

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

astagaaa🤣🤣🤣

2024-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku Bersedia
2 Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3 Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4 Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5 Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6 Bab 6 ~ Belum Ada
7 Bab 7 ~ Pernikahan
8 Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9 Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10 Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11 Bab 11 ~ Cantik Juga
12 Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13 Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14 Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15 Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16 Bab 16 ~ Pertemuan
17 Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18 Bab 18 ~ Woi Suteja
19 Bab 19 ~ Pingsan
20 Bab 20 ~ CLBK
21 Bab 21 ~ Doddy Si Player
22 Bab 22 ~ Mulai Meaum
23 Bab 23 ~ Rencana
24 Bab 24 ~ Enak ....
25 Bab 25 ~ Kaluna !!!
26 Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27 Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28 Bab 28 ~ Karatan
29 Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30 Bab 30 ~ Rencana Busuk
31 Bab 31 ~ Kangen Aku
32 Bab 32 ~ Emosi
33 Bab 33 ~ Emosi (2)
34 Bab 34 ~ Selesaikan ....
35 Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36 Bab 36 ~ Masa Lalu
37 Bab 37 ~ Penjelasan
38 Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39 Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40 Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41 Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42 Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43 Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44 Bab 44 ~ Siapa Herman?
45 Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46 Bab 46 ~ Rencana Amar
47 Bab 47 ~ Kabur
48 Bab 48 ~ Do You Miss Me
49 Bab 49 ~ Tolong Anakku
50 Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku Bersedia
2
Bab 2 ~ Pria Tua Bertubuh Gendut
3
Bab 3 ~ Si Bujang Lapuk
4
Bab 4 ~ Kenapa Belum Menikah
5
Bab 5 ~ Membahagiakan Eyang
6
Bab 6 ~ Belum Ada
7
Bab 7 ~ Pernikahan
8
Bab 8 ~ Lurus Atau Belok
9
Bab 9 ~ Kepribadian Ganda
10
Bab 10 ~ Sugar Daddy dan Sugar Baby
11
Bab 11 ~ Cantik Juga
12
Bab 12 ~ Masa Lalu Teja (1)
13
Bab 13 ~ Masa Lalu Teja (2)
14
Bab 14 ~ Reuni Dan Juli
15
Bab 15 ~ Sampai Aku Datang
16
Bab 16 ~ Pertemuan
17
Bab 17 ~ Kenapa Begini?
18
Bab 18 ~ Woi Suteja
19
Bab 19 ~ Pingsan
20
Bab 20 ~ CLBK
21
Bab 21 ~ Doddy Si Player
22
Bab 22 ~ Mulai Meaum
23
Bab 23 ~ Rencana
24
Bab 24 ~ Enak ....
25
Bab 25 ~ Kaluna !!!
26
Bab 26 ~ Sepuluh Menit
27
Bab 27 ~ Jangan Lupa Password
28
Bab 28 ~ Karatan
29
Bab 29 ~ Aku Cinta Kamu
30
Bab 30 ~ Rencana Busuk
31
Bab 31 ~ Kangen Aku
32
Bab 32 ~ Emosi
33
Bab 33 ~ Emosi (2)
34
Bab 34 ~ Selesaikan ....
35
Bab 35 ~ Kamu Masa Depanku
36
Bab 36 ~ Masa Lalu
37
Bab 37 ~ Penjelasan
38
Bab 38 ~ Bertemu di Cafe
39
Bab 39 ~ Istri Teja Dewangga
40
Bab 40 ~ Kamu Kenapa?
41
Bab 41 ~ Ini Tentang Luna
42
Bab 42 ~ Tugas Terakhir
43
Bab 43 ~ Menyelamatkan Luna
44
Bab 44 ~ Siapa Herman?
45
Bab 45 ~ Bicarakan Baik-baik
46
Bab 46 ~ Rencana Amar
47
Bab 47 ~ Kabur
48
Bab 48 ~ Do You Miss Me
49
Bab 49 ~ Tolong Anakku
50
Bab 50 ~ Bujang Lapuk Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!