Akhirnya tiba hari pernikahan Kaluna Zena dan Teja Dewangga. Kediaman Surya terlihat ramai sejak kemarin, tentu saja karena persiapan pernikahan tersebut. Meski hanya melaksanakan ijab qabul, keluarga dan kerabat yang hadir tentu saja bukan orang sembarangan mengingat siapa Surya dan Adam.
Bahkan Nuri dan suaminya juga sudah tiba disambut oleh Indah. Luna tentu saja masih berada di kamar. sebagai mempelai wanita tentu saja lebih ribet persiapannya. Mulai dari make up sampai dengan penampilan sempurna dari kepala sampai kaki.
“Luna, Bundamu sudah datang” ujar Indah setelah membuka pintu kamar dan mempersilahkan Nuri masuk. “Aku tinggal ya Mbak.”
Indah pun duduk di tepi ranjang menatap putrinya yang masih di make up. Ada gurat kesedihan di hati wanita itu, putri kecilnya akan menjadi seorang istri. Bahkan ada rasa bersalah pula, karena tidak selalu ada di setiap perkembangan dan kehidupan yang dilalui oleh Luna. Karena permintaan Surya hak asuh Luna berada di tangannya. Entah ada rahasia apa dibalik semua itu.
“Bunda,” sapa Luna ketika MUA sudah selesai dengan tugasnya.
“Cantiknya,” seru Nuri dengan mata berkaca-kaca.
“Biasanya aku nggak cantik ya.”
“Bukan begitu, kalau sekarang kelihatan pangling.”
Luna dan Nuri duduk bersisian, Nuri menggenggam tangan putrinya seraya mendoakan agar kebahagiaan selalu menyertai gadis itu. Indah kembali dan mengatakan kalau keluarga besan sudah datang.
“Kamu tetap di sini, keluar kalau sudah selesai ijab qabul. Jangan kabur loh,” ujar Indah yang dibalas Luna dengan cebikan.
Terdengar melalui pengeras suara, acara sudah dimulai. Mbak-mbak Mua yang tadi sempat keluar kembali masuk ke kamar. “Aduh Neng Luna, suaminya gagah pisan euy. Kalau saya bukannya kabur, yang ada saya kekepin terus di kamar.”
“Hahh.”
Setelah macam-macam suara dari rangkaian acara, akhirnya terdengar suara Eyang. Suara itu bergetar dan disambut suara lantang lain. Lalu … “SAH”. Luna menghela nafasnya, mulai detik ini hidupnya sudah berubah. Statusnya menjadi seorang istri dan juga Nyonya Dewangga.
“Semangat Luna, kamu bisa taklukan bujang lapuk. Buat dia bucin akut,” gumam Luna dengan mengepalkan kedua tangan memberi semangat untuk dirinya sendiri.
Pintu kamar terbuka, Indah mengajak keponakannya keluar. Amar dan Indah mengapit Luna menemui Teja.
“Ehm, siap-siap nanti malam di unboxing,” bisik Amar.
Tentu saja ucapan Amar membuat Luna langsung menoleh dan melirik sinis pada pria yang sedang terkekeh pelan. Di hadapan Luna ada Teja memakai beskap warna senada dengan kebaya yang dikenakan oleh Luna. Teja menatap wajah Luna yang menunduk. Pria itu belum merasakan desiran apapun dalam hatinya ketika dekat dengan Luna.
Pembawa acara mengarahkan Luna dan Teja untuk menandatangani buku nikah, memasangkan cincin, juga Luna agar mencium tangan suaminya. Semua proses tersebut diabadikan dengan baik oleh fotografer.
“Mas Teja, boleh dicium istrinya,” ujar pembawa acara.
What? iya kali di depan umum begini, batin Luna.
Teja pun mendekat, hati Luna kebat kebit bahkan sampai memejamkan mata. Ternyata bibir Teja mendarat di kening bukan cium4n seperti yang dia lihat pada adegan film ketika pasangan menikah.
“Buka mata kamu,” bisik Teja.
Luna pun mengerjap kemudian mengalihkan pandangannya. Para tamu yang hadir diarahkan untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia. Luna melihat Surya tersenyum sambil mengusap ujung matanya. Pria itu merasa lega sudah mengantarkan cucunya ke jenjang pernikahan dan menyerahkan tanggung jawab hidup Luna pada pria yang tepat.
Keluarga besar Teja Dewangga sudah meninggalkan kediaman Eyang Surya, begitupun dengan keluarga Surya lainnya termasuk juga Nuri. Teja masih bersama Amar dan Surya, berbincang di ruang keluarga. Luna sudah melipir ke kamar, bahkan rambutnya sudah dia gerai dan wajahnya sudah bersih dari make up. Saat ini sedang menatap jemari tangannya di mana ada sebuah cincin terselip di jari manisnya.
“Luna, sekarang kamu bukan single lagi,” gumam gadis itu. “Hah, gerah amat ini baju. Mandi ah,” gumam Luna sambil berjalan ke arah toilet, sambil melepas kebaya yang dia kenakan hanya meninggalkan longtorso dan mengangkat tinggi kain bawahan kebaya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuklah Teja. Pria itu melihat jelas kedua kaki putih dan mulus serta bahu polos istrinya. Sempat menelan salivanya dengan pemandangan yang menggoda. Luna belum menyadari kehadiran Teja di kamar, bahkan hendak melepas kaitan longtorso yang akan mempertunjukan dua aset kembarnya.
“Berhenti,” ujar Teja mengejutkan Luna yang langsung menyilangkan kedua tangan di dada.
“Pak Teja ngapain di sini? Ini kamar aku,” teriak Luna.
“Lepaskan pakaianmu di toilet,” titah Teja lalu berbalik membelakangi istrinya.
“Iya, tapi Pak Teja keluar dulu. Ini kamar aku.”
Teja berdecak mendengar perintah Luna.
“Kamu pikir aku mau berada di sini. Dari sekian banyak ruangan di rumah ini, tentu saja aku lebih berhak berada di kamar ini. Kita sudah menikah, apa kamu lupa?”
Luna pun menepuk jidatnya. Mengapa dia bisa tiba-tiba bod0h, kalau pasangan suami istri harus berada dalam satu kamar. Apalagi dia sudah bertekad untuk menjalani pernikahan ini dengan menerima Teja Dewangga sebagai suaminya.
Brak.
Teja menghela pelan mendengar suara pintu, sepertinya Luna sudah berada di toilet. Ia pun duduk di tepi ranjang yang dihias dengan kelopak mawar dan sprei renda. Melepas beskap dan menyisakan tubuh kekar yang hanya berlapis kaos tipis dan pas di badan serta celana pendek. Memikirkan apa yang harus dia lakukan nanti malam, esok dan seterusnya dengan Kaluna Zena … istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lilis Wn
ingat kewajiban jangan ditunda2 awas nih 😂
2024-02-24
0
Novayanti Puput
gass pollll pak te kenap Bingung
2024-01-30
2
Ida Miswanti
Bunda Nuri kali Thor 🤭
2024-01-25
0