Kang Mas Teja berkali-kali mengajak bertemu, tapi Luna tidak penuhi. Dengan alasan pingitan sebelum menikah. Luna sengaja melakukan hal itu agar tidak merubah keputusannya. Bisa saja Luna akan merubah keputusan tentang pernikahan bersama Teja, ingin lebih cepat misalnya.
Luna sedang fokus di depan layar komputer dan sengaja mensilent ponselnya. Tentu saja menghindari Teja Dewangga yang mengajaknya bertemu.
“Luna, kita diminta kumpul di ruang meeting,” ajak Astri. Luna mengangguk kemudian meninggalkan kubikel termasuk ponselnya.
Ternyata mereka berkumpul untuk dikenalkan dengan karyawan baru, Luna menduga orang itu ada hubungan dengan Pak Arta karena begitu dispesialkan. Kebetulan Luna dan Astri berada di baris meja paling depan. Bukan hanya mereka yang terkesima saat Pak Arta melangkah masuk bersama pria yang terlihat asing, para karyawan lain pun sama khususnya perempuan.
Bahkan Luna menopang dagunya memperhatikan pria yang sudah duduk di depan bersisian bersama Pak Arta.
“Ini adalah Doddy Arnold, mulai hari ini dia akan bergabung dengan tim desain. Pengalamannya di luar sana tidak diragukan lagi, jadi saya angkat sebagai senior. Project pertamanya akan didampingi oleh Luna.”
Astri menyenggol lengan Luna dan berbisik, “Biasa aja kali, kayak yang lihat dompet aja.”
“Emangnya aku copet,” gumam Luna dan Astri terkekeh pelan.
Sepertinya Doddy akan menjadi primadona baru di Seloka Design, bukan hanya tampan dengan perawakan tinggi dan gagah. Pria itu juga terlihat ramah dan santun, bahkan tatapan matanya terasa teduh.
“Salam kenal rekan-rekan, mohon kerja samanya,” ujar Doddy sambil tersenyum bahkan menganggukkan kepalanya.
Sungguh paket komplit untuk seorang laki-laki. Diibaratkan melihat makanan yang menggugah selera, mungkin Luna sampai meneteskan air liur karena penampilan Doddy begitu sempurna dan … menggoda.
“Ya ampun, nyebut Luna,” gumam Luna sambil mengusap wajahnya. mengingat dia akan segera menikah, rasanya tidak elok sampai memuja pria selain suaminya.
Setelah pertemuan bubar, Doddy masih bersama Pak Arta. Luna kembali ke kubikelnya dan terkejut saat membuka ponsel. Banyak panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan dari Teja, salah satunya mengatakan kalau pria itu menunggu di café nanti sore.
“Halah, bujang lapuk udah ngebet kawin kayaknya. Nggak sabar amat sih pengen ketemu Neng Luna yang cantik jelita,” batin Luna.
Doddy mengajak Luna berdiskusi terkait project yang akan mereka lakukan bersama. Gadis itu tidak bisa fokus ketika berdekatan dengan Doddy, auranya begitu dominan membuat para perempuan hanya bisa manggut-manggut tidak jelas termasuk Luna.
Doddy bahkan sempat terkekeh karena Luna tertangkap basah sedang menatapnya.
“Kamu dengar apa yang saya katakan?”
“Dengar dong Pak, suara hati Bapak aja saya dengar,” seru Luna. Lagi-lagi Doddy terkekeh.
“Jangan panggil Bapak, kesannya saya sudah tua dan kamu anak saya.”
“Terus panggil apa dong?”
“Hm, Mas, Abang, Kakak, atau ….”
“Panggil sayang aja ya Pak, lebih enak didengar.”
Doddy tergelak mendengar candaan Luna.
“Kalau perempuan lain yang bilang begitu saya anggap perempuan agresif, tapi kamu yang bilang terdengar seperti lelucon. Kamu lucu banget sih,” ujar Doddy.
“Memang saya bercanda Pak, iya kali beneran. Emang saya cewek apakah,” tutur Luna membuat Doddy tersenyum sambil menggelengkan kepala. Kalau dilihat-lihat, Teja dan Doddy sama-sama ganteng. Bedaya Teja terlihat misterius sedang Doddy lebih ramah.
Luna menguap sambil meregangkan otot tubuhnya. Terlalu fokus di depan komputer membuat tubuhnya terasa kaku dan pegal.
“Jam berapa ini?” gumam Luna sambil melirik jam dinding. “Eh busyet, hampir lupa. Ada janji sama Kang Mas,” seru Luna bergegas membereskan mejanya
...***...
Luna terjebak macet dan terlambat tiba di café, Teja tentu saja sudah duduk ganteng di meja agak pojok yang sebelumnya mereka tempati. Sungguh pria yang konsisten.
“Sorry telat,” ujar Luna santai, berbeda dengan Teja yang sempat mendengus kesal.
“Aku pesan dulu ya.”
“Tidak usah, nanti kemalaman.”
“Lah, emang mau ke mana?” tanya Luna heran.
Teja menghela nafasnya, greget dengan ulah Luna. Sulit berkomunikasi dengan gadis itu sedangkan pernikahan mereka hanya hitungan hari. Tanpa menjelaskan, Teja beranjak dari kursinya menuju kasir. Luna pun mengekor meski dengan penuh tanda tanya.
“Pak Teja, kita mau ke mana?” tanya Luna sudah berada di parkiran.
“Toko perhiasan, aku siapkan mahar dan melengkapi seserahan. Aku tidak tahu ukuran jarimu, jadi kamu harus ikut.”
“Astaga, tadi aja langsung ketemuan di toko. Kenapa Juga harus di sini.”
Teja berusaha tetap sabar menghadapi gadis itu, jelas-jelas dia berusaha menyampaikan lewat telpon tapi Luna sendiri yang mengabaikan dirinya.
“Seharusnya tadi kita duduk bareng untuk bicarakan banyak hal, meskipun hanya akad nikah ada yang harus dipersiapkan dan kamu mengabaikan teleponku.”
“Bilang dong kalau kita mau bahas persiapan, kirain Pak Teja mau batalkan pernikahan,” ujar Luna lirih.
Teja menatap Luna, apa iya gadis itu begitu menginginkan pernikahan ini. Gadis lain belum tentu mau, banyak gap di antara mereka berdua termasuk komunikasi.
“Apa kamu sangat menginginkan pernikahan ini?”
Luna mengangguk pelan.
“Demi Eyang, aku rasa Pak Teja pun dengan alasan yang sama,” sahut Luna. “Pak Teja, aku harap tidak ada pembicaraan tentang kontrak pernikahan atau semacamnya seperti novel tetangga atau drama korea. Aku ingin kita sama-sama jalani pernikahan ini, bukan hanya pura-pura di depan orang tua,” tutur Luna. Ia belum tahu pasti alasan Teja belum menikah, yang mungkin saja akan menyulitkan hubungan mereka ke depannya.
Karena bagi Teja Dewangga, belum ada perempuan yang bisa membuat hatinya terusik apalagi jatuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lilis Wn
ayok dong teja terbuka sebelum ijab ..
2024-02-24
0
Aiur Skies
kesannya vulgar dan ngebet banget yak🤧🤧🤧
2023-12-20
2
Aiur Skies
giliran ntar di ultimatum dan diacuhin baru deh kelabakan luna
2023-12-20
0